Tell Me Why â–Ş Park Jihoon

By arin-a

2.7K 596 140

Semuanya terjadi terlalu cepat, sampai-sampai seorang Park Jihoon tidak dapat menghindar lagi. Dirinya dipili... More

•Prolog & Cast•
01 • First Meet, Isn't?
02 • Please, Save It
03 • Have Been Chosen
04 • Crazy Thing Called 'Cooperation'
05 • Rendezvous
06 • How Can I?
07 • Special Request
08 • Who is She?
09 • The Special Day
10 • Moving
11 • Heol
12 • Get Closer
13 • No Regret
14 • What is it?
15 • Thank You
16 • Present
17 • Last Forever?
18 • Go Public
19 • How to Protect Her
20 • Fight
21 • The Cure
22 • Something Goes Wrong
23 • Promise
24 • I'm Fine
25 • ToGetHer?
26 • At least, Try
28 • Somewhere in Between
29 • About You
30 • Quotes & Mith
31 • Br(OK)en Kiss

27 • Nighty Night

44 9 0
By arin-a

Lelaki yang beberapa menit lalu bersamanya itu masih menguasai pikiran seorang Han Sera. Jelas terbayang bagaimana Guanlin terasa berbeda saat memeluknya, seolah mengindikasikan ada hal rumit lain yang terjadi. Ia menghela napas seraya masih menambah langkah perlahan, salah satu hal yang paling ia sayangkan selama mengenal Guanlin hanya satu; Sera tidak bisa membalas perasaan tulus lelaki itu.

Tentu sudah bukan rahasia lagi jika ada perasaan lain yang kental dan jelas kepadanya. Gadis itu sebenarnya peka dan lelah berpura-pura tidak menyadarinya. Meskipun telah mencoba membuka hati berulang kali sebelum semua takdir ini berubah drastis. Dia mengaku nyaman bersahabat dengannya, hanya saja, perasaan gadis bermata cokelat itu tidak akan lebih daripada itu.

Seolah tak memiliki kontrol akan hatinya sendiri, Sera tetap mengagumi Jihoon meskipun lelaki itu bahkan tidak mengetahui keberadaannya sejak mereka masih mengenakan seragam. Gadis itu bahkan masih belum berpaling meskipun menyadari bahwa Jihoon hanya mencintai Shin Jiyeon.

Hingga kini keadaannya berbeda. Beruntung masih ada takdir baik yang berpihak pada Sera. Namun, tetap saja, jauh di dalam hatinya tetap menyimpan rasa bersalah menyadari Guanlin belum menemukan gadis lain yang ia persilakan untuk menempati hatinya. Padahal, sudah jelas lelaki jangkung itu sangat berhak mendapatkan gadis yang lebih baik daripada terus menunggu Sera entah sampai kapan dan stuck.

"Sera-ya."

Suara itu sontak membangunkan gadis itu dari lamunannya secara paksa. Ia baru sadar telah menginjakkan kaki di lobby utama hotel dan kini mendapati Jihoon dengan piyama abu-abu dan sendal santai hotel, baru keluar dari lift, menatapnya khawatir. "Eoh? Oppa," gumamnya bingung.

"Aku baru saja hendak menyusulmu karena kau sudah pergi cukup lama dan kau juga meninggalkan ponselmu," ungkap Jihoon lalu mengamati Sera dengan seksama. "Apa kau tersesat? Kau tidak apa-apa?"

Gadis itu tersenyum lebar demi lebih meyakinkan Jihoon atas jawaban yang akan dilontarkannya. "Gwaenchana, Oppa. Mianhae. Aku tidak bermaksud membuatmu khawatir."

Jihoon akhirnya bisa bernapas lega dan turut menggiring Sera balik ke lift dengan gestur seraya bertanya, "Sebenarnya, apa yang kau beli?"

▪°▪°▪

"Ah, aku lapar!" gumam lelaki berambut ash grey sedikit pudar itu, ketika di hadapannya kini telah tersuguh berbagai hidangan khas Hainan yang setengah jam lalu diantar oleh petugas hotel.

Di meja persegi berukuran sedang yang juga dibungkus dengan taplak berwarna putih, setangkai bunga mawar merah dalam gelas bening yang panjang terletak di tengah, dan beberapa lilin aromaterapi di dalam mug mini juga turut menciptakan suasana yang intens danㅡromantis? Terlebih posisinya terletak di balkon kamar sehingga pemandangan kota Sanya tersuguh jelas, semakin lengkap diiringi semilir angin malam yang menyejukkan.

Sera memutuskan untuk langsung mandi ketika keduanya kembali ke kamar sepuluh menit lalu, sehingga Jihoon semakin tidak sabar terlebih aroma lezatnya juga tercium ke dalam kamar. Namun, meskipun perutnya sudah bergetar, lelaki itu tetap saja menunggu Sera selesai untuk dapat menyantap makan malam bersama.

"Wah!" ungkap gadis itu takjup ketika ikut bergabung ke area balkon disertai aroma segar shampoo yang menguar. Matanya berbinar cerah ketika menatap kerlip-kerlip lilin dan menyerap suasana menawan yang sengaja diciptakan oleh petugas hotel selaras dengan senyumnya yang merekah. Ia mengambil space kosong dengan duduk lesehan seperti Jihoon di depannya.

"Aku menyiapkan ini semua untukmu."

Sera justru tertawa melihat ekspresi Jihoon yang juga tersenyum tidak meyakinkan ketika mengatakannya, bermaksud bercanda. Gagal menjadi romantis karena keduanya tahu ini sudah menjadi bagian dari servis hotel tempat mereka menginap.

"Akhirnya! Ayo kita makan," ujar Jihoon antusias memusatkan pandangan pada hidangan di depannya.

Sera masih tersenyum ketika mengamati Jihoon. "Kau pasti sudah sangat lapar."

"Tentu saja, kau juga merasakannya, bukan? Kita terakhir makan hanya di Shanghai tadi."

Sera mengangguk setuju. Hingga tanpa aba-aba, keduanya mengumamkan kata yang sama. "잘먹겠습니다!" *)

Ketika suapan pertama menyapa lidah keduanya, Jihoon sesekali mengarahkan atensinya lagi pada Sera di depannya dan langsung bertanya, "Bagaimana menurutmu? Ini ... enak?"

Sera memotong daging iga yang belum sempat dicoba Jihoon. "Ini." Dia mengacungkan potongan itu hingga tanpa pikir panjang Jihoon melahapnya dan sontak mengangguk merefleksikan cita rasanya yang sedap.

"Aku baru terpikirkan sekarang, aku ingin belajar memasak."

Sera meringis heran sambil tertawa kecil. "Kenapa tiba-tiba sekali?"

"Kau selama ini sering membuat berbagai makanan yang enak untukku. Setidaknya sekali, aku juga ingin mencoba membuatkanmu makanan spesial," ungkapnya semringah. Tidak sadar kata-katanya membuat hati gadis di depannya menghangat seketika. "Apa kau mau mengajariku?"

Gadis itu mengacungkan jempolnya tanpa ragu. "Tentu saja. Aku selalu tersedia 24/7 jam untukmu," balasnya seraya masih menahan semburat merah muda di pipi. "Pastikan aku menjadi orang pertama yang mencoba makanan buatanmu."

"Deal!"

Percakapan selanjutnya sebagian besar diisi dengan pujian terhadap hidangan yang dilahap keduanya. Jihoon baru menyadari ia punya selera yang mirip dengan Sera. Mereka juga cukup puas dengan konsep penataan dan dekorasi yang terkesan santai namun hangat. Tidak lama kemudian semua hidangan di meja telah berpindah mengisi rongga kosong di perut keduanya.

"Mungkin kita harus lebih menjelajah lagi untuk menemukan makanan lain yang enak juga selama di sini."

"Benar! Aku yakin kita bisa mencoba lebih banyak makanan yang bahkan lebih enak lagi," timpal gadis yang rambut hitamnya masih terbungkus handuk itu.

▪°▪°▪

Setelah kenyang, keduanya bergegas menyikat gigi bersama seraya masih membicarakan seputar makanan dan rencana tempat yang ingin dikunjungi selama di Hainan. Hingga di suatu titik, ketika menghadap cermin yang sama, gadis itu seperti merasa de javu, hingga Jihoon yang menyadari Sera tiba-tiba terpaku otomatis ikut tersita perhatiannya.

"Ada apa?" tanyanya bingung, menatap Sera yang tiba-tiba diam dari cermin besar yang menyuguhkan bayangan keduanya.

Semburat tipis kembali menghiasi wajah Sera yang mendadak memanas, diiringi senyuman sebelum akhirnya berterus terang menjawab, "Ini akan terdengar bodoh, tapi ... aku seperti tengah berada di salah satu scene drama yang pernah kutonton."

Jihoon terkekeh hingga ia melirik Sera yang tepat berdiri di sampingnya. "Drama romantis, eoh?"

Lelaki itu tidak pernah tahu, jika kini jantung Sera berdebar semakin kencang karena tebakannya menimbulkan impuls khusus. Gadis itu jadi enggan menjawab. Pipi merah gadis itu berusaha sebisa mungkin ia sembunyikan seraya menghapus segala pemikiran aneh yang bermunculan di kepalanya.

Gadis bermata cokelat itu hanya masih tidak menyangka, hal sesederhana iniㅡyang biasanya hanya ia didapati dalam drama, akan terjadi secara nyata dalam hidupnya dan otomatis membuatnya bahagia. Apalagi kini di sampingnya, berdiri orang yang tak pernah tergantikan untuk dikaguminya sejak bertahun-tahun lalu.

Anugrah terindah.

Definisi dari waktu yang dihabiskan gadis itu ketika berada di sisi Jihoon. Tidak apa-apa bagi Sera, meskipun perasaan laki-laki itu belum selaras dengannya, dan entah sampai kapan akan bertepuk sebelah tangan.

Sera tidak bisa menahan senyum mengamati Jihoon yang tidak menyadari dirinya tengah diperhatikan seksama. Ia selesai lebih dulu daripada Sera. Setelahnya, tanpa diminta lelaki itu ikut membantu memegangi rambut gadis itu agar tidak iku terjatuh ketika ia menunduk untuk berkumur mendekati keran air dan sedikit membasuh wajah.

"Kau tidak langsung tidur?" tanya Jihoon ketika melihat Sera masih memilih saluran TV tepat di depan sofa.

Gadis itu menggeleng. "Kau tidurlah lebih dulu, kau pasti sudah lelah."

"Hm, tapi aku juga tidak berniat untuk langsung tidur," ujar Jihoon sambil merebahkan tubuhnya di sofa cokelat yang nyaman dan cukup lebar itu.

Sera yang juga masih duduk di ujung sofa menjentikkan jariㅡseolah ada lampu terang di kepalanya, ia tak ragu lagi mencetuskan idenya. "Kau mau menonton film?"

Jihoon ikut antusias. "Boleh juga, kau saja yang memilih."

"Kau suka genre apa?" tawar gadis itu sambil tersenyum tipis ketika menemukan saluran khusus berisi film blockbuster yang juga menjadi salah satu fasilitas hotel ini. Belum sempat Jihoon menjawab, gadis itu sudah kembali bertanya, "Bagaimana dengan ini?"

Jihoon mengangguk tanpa ragu, akhirnya film diputar dan keduanya kompak bungkam. Baru sepertiga film berjalan, ketika Sera menoleh ia mendapati Jihoon sudah terlelap dengan bantal yang menutupi perutnya. Posisi tidurnya tidak sepenuhnya merebah, hanya saja postur sofa tetap bisa membuatnya nyaman. Sera memakluminya karena perjalanan keduanya hari ini cukup menguras tenaga. Ia beruntung sempat tertidur di perjalanan meskipun terpaksa melewatkan pemandangan dan suasana kota Sanya dari jalanan. Sedangkan Jihoon yang tetap terjaga pasti lebih membutuhkan istirahat, di samping kondisinya yang juga belum sepenuhnya pulih.

Sebelumnya Jihoon telah mempersilakan Sera jika hendak turut merebahkan diri di sofa yang sama, meskipun keduanya masih memiliki sedikit jarak. Gadis itu telah sepakat dengan Jihoon bahwa ia akan pindah ke kasur ketika kantuk telah menghampiri. Namun kini yang dilakukan gadis itu justru diam-diam mengamati wajah Jihoon yang damai dalam tidurnya.

Fokusnya mulai terbagi antara menyimak cerita film dan memandangi dengan seksama luka-luka di wajah Jihoon yang mulai mengering namun masih cukup jelas membekas, kini Sera bisa melihat semuanya dari jarak dekat. Kedua mata lelaki itu sepenuhnya erat terpejam, Park Jihoon benar-benar tampak seperti malaikat dengan wajah alaminya ketika tidur.

Satu-satunya kesempatan untuk terlihat seolah tak ada beban yang harus dipikul, sangat bebas dan damai. Sera selalu bisa menangkap ada sesuatu yang disembunyikan lelaki itu rapat-rapat, di balik definisi hidup tanpa penyesalan yang digaungkan secara sederhana baginya. Masih ada berbagai ruangan yang menyimpan rahasia rumit, hanya saja Jihoon mungkin memang sengaja tidak memberikan kuncinya pada siapapun.

Namun, tertanam sejak awal gadis itu juga tidak mau berharap terlalu muluk. Meskipun menyederhanakan harapan bukan perkara yang mudah. Kenyataan bahwa seorang Han Sera benar-benar bisa hidup bersama lelaki yang dikaguminya sejak masih berseragam sekolah saja sudah suatu anugrah yang masih sulit dipercaya.

"Mungkin semesta memang punya alasan tersendiri kenapa aku tidak pernah bisa menghapus kekagumanku padamu, Oppa." Gadis itu berbisik jelas, seiring dadanya bergemuruh khawatir jika Jihoon terbangun. Namun melihat kelopak lelaki itu masih terpejamㅡtidak terpengaruh sama sekali, ia melanjutkan, "Tidak apa-apa, aku tidak pernah menyesal. Kau tahu bukan? Perasaanku ini urusanku, tapi bagaimana perasaanmu padaku, itu jelas bukan kuasaku."

Tanpa sadar Sera ikut membiarkan kantuk merenggut kesadarannya secara penuh. Ia menyerah dan tak sengaja mengabaikan scene paling krusial di mana film romantis yang ditontonnya berakhir bahagia dan manis seperti kebanyakan dongeng sebelum tidur.

Tak lama Jihoon mengerjap dan mendapati credit title film masih terputar beserta Sera yang sudah terlelap di sebelahnya. Posisi tidurnya merebah tapi agak miring ke kiri, sehingga Jihoon bisa melihat wajahnya yang damai terbuai alam mimpi. Lelaki itu tersenyum, namun ada kegetiran yang menyertainya. Tangannya bergerak pelan, menyingkirkan anak rambut yang sedikit tersampir di wajah gadis itu.

Andai kau tahu alasan mengapa sebelum pernikahan ini, aku membuatmu berjanji untuk tidak jatuh cinta padaku.

"Aku telah menyadari, kau terlalu baik untukku dan aku pikir, kau berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik dari aku."

▪°▪°▪

(* Saya akan menikmati makanannya

Hai.

Ketemu lagi wkwkw. Aku lagi mengejar cerita ini biar cepet ending nih:") Mohon doanya yaa⚘ Aku bener2 pengen ini selesai secepatnya karna sejak 2019 ga kelar2 euy~

Baru nemu chemistry-nya Sera sama Jihoon mulai part2 ini dan part selanjutnya lumayan ... hihiw. Wkwkw. Gimanalah, aku yg deg2an padahal yg menjalani bukan aku😭

Anyway, terima kasih buat yg masih mau baca, jangan lupa ninggalin jejak yaa☺ Semoga sehat selalu~ Ayo berteman di twitter & ig: @ itsrealarin yaa! DM aja, okay☆

Thank you, see you!
♡Arin.

Continue Reading

You'll Also Like

468K 4.9K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
48.2K 3.5K 50
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
326K 27K 38
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
63.8K 5.8K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...