SECRETS [M]

By Chyndwrite

395K 31.4K 2.4K

Terlampau naif untuk Jihan menolak , Juga teramat bodoh jika Jihan menerima Tawaran untuk menjadi Wanitanya d... More

Prolog | Revisi
Chap 01 | Revisi
Chap 02 | Revisi
Chap 03 | Revisi
Chap 04 | Revisi
Chap 05 | Revisi
Chap 06 | Revisi
Chap 07 | Revisi
Chap 08 | Revisi
Chap 09 | Revisi
Chap 10 | Revisi
Chap 11 | Revisi
Chap 12 | Revisi
Chap 13 | Revisi
Chap 14 | Revisi
Chap 15 | Revisi
Chap 16 | Revisi
Chap 17
Chap 18
Chap 19
Chap 20
Chap 21
Chap 22.
Chap 23
Chap 24
26.

Chap 25

10.8K 960 124
By Chyndwrite

Song: Love - Lyn ft Hanhae

________

Sejujurnya Jihan ingin sekali menulikan telinganya, cukup hanya lima menit sebelum Jihan mengdengarkan Jimin berucap. Sayangnya itu tidak mungkin terjadi, sebab rungunya sudah lebih dulu menangkap dengan jelas bagaimana Park Jimin berkata seolah tengah mengharapkan sesuatu yang lebih darinya. Yang pasti Jihan sadar jika dirinya tidak pantas untuk menerima kejujuran manis lainnya yang barang kali sebentar lagi akan keluar dari belah bibir penuh milik pria di sampingnya itu.

Memang ada kalanya tidak mengetahui perasaan seseorang itu lebih baik. Ketimbang mengetahui tapi tidak dapat membalas perasaan tersebut. Karena rasa bersalah akan timbul di tengah-tengah hubungan yang tadinya terjalin dengan baik, lalu tiba-tiba menjadi canggung.

Seperti saat ini yang wanita itu rasakan. Canggung dan sulit untuk mengucap kata, takut-takut nanti jadi salah bicara. Jihan hanya merapalkan kata dalam hati agar segera sampai ke Apartemen miliknya, sayangnya Jimin sudah lebih dulu mengajaknya berbicara untuk memecah keheningan. Pria itu cukup peka jika saat ini wanita di sampingnya itu sedang beradu batin dan pikiran.

"Tidak usah di pikirkan Ji. Itu hal yang wajar, seorang pria akan merasakan hal yang sama sepertiku jika berdekatan denganmu. Kau tahu. Bahkan tanpa kau sadari semua pria yang mengenalmu akan menaruh harapan lebih padamu, ini bukan kali pertama kau mengalaminya. Karena sebelumnya ada Taehyung yang kau anggap sahabat pun menginginkan lebih." Pria itu berbicara seolah mengetahui banyak tentang Jihan, dan ya, Jihan membenarkan perihal hubungannya dengan Taehyung. Makanya Jihan memutuskan untuk memberi jarak dengan pria itu.

Itu pula yang menyebabkan Jihan tidak ingin mengetahui perasaan orang lain terhadapnya. Rasanya sulit untuk menjauhi Jimin juga, pria itu terlalu baik pada Jihan.

Manik Jihan melirik Jimin sesaat, bertanya-tanya dari mana pria itu tahu hubungannya dengan Taehyung? Padahal Ia tidak pernah sekalipun mengungkit tentang Taehyung. Atau lebih tepatnya Jihan sama sekali tidak pernah bercerita masalah pribadi mengenai dirinya kepada siapapun termasuk Jimin. Dari pada memikirkan yang tidak-tidak, alangkah baiknya bertanya langsung saja. Dan Jihan benar-benar bertanya.

"Dari mana kau tahu tentangku dengan Taehyung? Apa aku pernah menceritakannya padamu?" Atau barang kali tanpa sadar ia pernah mencetuskan hal itu, bisa jadi saat Jihan mabuk?. Rasanya tidak mungkin sekali, sebab Jihan tidak pernah mabuk di depan Park Jimin.

"Aku mengenal mantan istrinya Kim Taehyung. Go Hana teman kuliahku" Jihan terkejut. Astaga, sesempit itukah dunia ini? Sampai semua yang ia kenal saling terhubung. Dewa mana yang tega membuat skenario serumit ini di kehidupannya yang tidak pernah terasa baik barang sedikitpun.

Hanya saja bukan itu yang membuat Jihan terkejut. Tapi kata 'mantan' yang membawanya untuk kembali bertanya, "Sejak kapan?" Tanya wanita itu yang mengundang kerutan di dahi Jimin. Ia menyadari jika pertanyaannya tidak di pahami oleh pria itu pun melanjutkan. "Sejak kapan mereka bercerai? Karena aku sudah lama memutus hubungan dengan Taehyung."

Jimin mulai mengangguk pelan. "Dua bulan lalu. Hana memutuskan untuk mengakhiri pernikahannya, karena memang sejak awal pernikahannya didasari bisnis perusahaan dan bukan dilandasi cinta yang seperti itu." Pria itu menjelaskan seraya membawa kendaraannya memasuki kawasan Apartemen yang Jihan tinggali.

Jihan mengangguk paham, lalu menyadari jika mereka sudah hampir sampai di lobby Apartemen miliknya. "Tidak perlu memikirkan perkataanku tadi. Jangan canggung setelah ini, tetaplah bekerja layaknya sekretaris manisku seperti biasa. Kesampingkan antara urusan pribadi dan pekerjaan itu adalah hal yang berbeda. Kau paham maksudku kan sekretaris Yoon?" Tutur pria itu setelah mobilnya berhenti di lobby apartemen Jihan. Wanita itu mengangguk sambil menerbitkan senyumannya dan begitupun sebaliknya dengan Jimin yang menampilkan eyesmile miliknya yang menjadi kesukaan Jihan beberapa bulan terakhir. Karena senyum Jimin selalu dapat membantunya melupakan sejenak masalah di kehidupannya yang nampak rumit.

***

Siang ini Jihan bisa bersantai-santai di tempat tidur. Di akhir pekan seperti ini memang paling menyenangkan mengabiskan waktu di ranjang empuk miliknya, terbebas dari pekerjaan adalah hal yang ia tunggu-tunggu setiap harinya.

Karena selama lima hari dalam seminggu Jihan harus bangun pagi-pagi sekali. Lebih awal dari karyawan lainnya, sebab wanita itu harus menghubungi Jimin. Bos-nya itu sulit di bangunkan, meski tidak sesulit Jungkook dulu. Tapi tetap saja Jihan harus membangunkan pria park itu lewat sambungan telepon. Karena kalau tidak begitu Jimin akan terlambat hadir apalagi jika sedang ada rapat penting Jihan harus mendatangi mansion pria itu.

Sudah pukul dua belas siang, agaknya Jihan harus segera mengakhiri acara tidurnya. Karena perutnya sudah berdemo minta di isi, beranjak dari ranjang. Jihan menuju kamar mandi seraya membasuh wajahnya dengan air dingin di wastafel, lalu berjalan keluar kamar dan menuju dapur yang terletak tidak jauh dari kamar.

Telur gulung memang makanan yang paling tepat untuk mengisi perut kecil Jihan. Ia memang tidak makan-makanan berat di awal pengisian perut, karena kalau langsung di isi dengan makanan berat. Pasti akan sakit perut jika tidak terbiasa.

Menyiapkan beberapa telur gulung yang sudah di campuri dengan daun bawang serta potongan daging cincang. Jihan duduk di kursi dekat pantri.

Saat suapan kedua masuk kedalam mulutnya, suara bel dari balik pintu Apartemennya berbunyi. Dan di suapan ketiga Jihan baru beranjak dari sana untuk melihat siapa yang berkunjung di siang hari begini, dan mengganggu acara makannya.

Cukup terkejut ketika matanya menangkap seseorang dari layar interkom yang berdiri tepat di depan pintunya. Orang itu memakai dress biru selutut dengan rambut pendeknya yang ia selipkan disisi kanan daun telinga.

Sebenarnya wanita itu sedang berperang batin, apakah ia harus membukakan pintu atau tidak. Rasanya sudah lama sekali dari terakhir kali ia bertemu dengan orang itu, seingat Jihan hubungannya tidak sebaik itu untuk saling berkunjung. Lagi pula dari mana orang itu tahu prihal Jihan yang tinggal disini?.

Oke lupakan saja. Saat ini yang harus ia lakukan adalah mempersilahkan tamunya untuk masuk kedalam kawasannya. Dengan hati-hati Jihan membukakan pintu itu, seraya was-was kalau nanti orang itu mengancamnya dengan senjata tajam barang kali. Karenakan hubungannya dengan orang tersebut tidak berakhir baik!

"Oh hai. Jihan" Sapa wanitu itu setelah dibukakan pintu oleh Jihan.

Jihan bingung mau berkata apa. Rasanya aneh sekali di sapa seperti ini oleh mantan saingannya dulu. Yang menganjurkan dirinya untuk pergi dari sisi Jungkook. "Hai.. Eunha?" Jawab Jihan yang seakan bertanya. 'Ada urusan apa datang kesini?'

Ingin mencakar wajah manis itu. Ya ampun sumpah! Jihan benci melihatnya, bagaimana, Ya?. Eunha ini benar-benar sudah masuk daftar wanita paling Jihan hindari sejujurnya.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik. Mungkin, atau Sangat?"

Eunha tersenyum. Tidak lama kemudian ia kembali berujar, "Boleh aku masuk?"karena sudah beberapa menit Jihan tidak kunjung mempersilahkan dirinya untuk masuk.

"Ah. Ya. Silahkan" lalu Jihan memberi ruang agar Eunha bisa memasuki Apartemen miliknya.

Acara makanku terganggu lagi.

"Mau minum apa?" Tanya Jihan dengan sopan setelah mempersilahkan Eunha duduk di sofa.

"Air putih?"Jawab Eunha yang nampak bertanya kembali.

"Boleh. Memang hanya ada air putih sih." Harusnya tidak perlu bertanya. Tapi ya namanya juga menawari, urusan ada atau tidaknya belakangan saja. Yang penting Jihan masih berbaik hati menawarinya minum.

Selang berapa lama Jihan ikut bergabung di ruang tamu dengan Eunha. Meletakan satu cangkir air putih, sebenarnya ingin membiarkan Eunha menunggu dirinya untuk menyelesaikan menyantap makanannya. Tapi dirinya tidak tega membuat orang lain menunggu dirinya, dan terpaksa harus menahan kembali rasa laparnya.

Berdehem seraya melancarkan kerongkongan. Jihan berujar kelewat santai, jika dulu ia akan bersikap sopan sebab Eunha adalah calon istri dari atasannya. Tapi tidak untuk sekarang ini. Karena status mereka itu bisa di bilang sama?

Sama-sama mantan.

"Ada keperluan apa? Aku tidak akan berbasa-basi. Jadi langsung pada intinya saja apa tujuanmu sampai repot-repot datang ke apartemenku?" Memang harusnya seperti ini, karena hubungan mereka tidak sedekat itu untuk saling berkunjung. Ada sirat keraguan yang Jihan tangkap dari sorot mata Eunha.

Wanita Jung itu memainkan ujung kuku jemarinya, seraya menatapku sendu. Entahlah Ia tidak mau menafsirkan sesuatu terlebih dahulu. Sebab Eunha ini sulit sekali di tebak bahkan dulu saja Jihan menyangka jika Eunha sudah mengetahui prihal hubungan gelapnya dengan Jungkook.

Di tambah lagi dengan sikap Eunha dibalik paras cantik nan polos tersebut. Ada sisi jahat yang baru Jihan ketahui beberapa bulan lalu, tidak sepenuhnya menyalahkan Eunha karena ia pun sama jahatnya. Jika posisi mereka bertukar Jihan pasti akan melakukan hal yang sama dengan apa yang di lakukan Eunha untuk menyingkirkannya dari sisi Jungkook.

Karena tidak ada yang membenarkan perselingkuhan bagaimanapun situasinya. Menjadi simpanan tetaplah salah!

"Aku datang kesini bukan untuk meminta maaf atas apa yang aku katakan atau lakukan beberapa bulan lalu. Karena aku tidak bersalah. Yang aku lakukan itu benar dan wajar mengingat bagaimana statusmu dan statusku saat itu." Tuturnya dengan tegas, tidak seperti beberapa menit lalu yang merasa ragu. Kali ini Eunha berani menatap Jihan.

Benarkan. Eunha ini gampang sekali merubah ekspresi dalam sekejab, jadi Jihan harus lebih berhati-hati lagi saat menyimpulkan sesuatu. Karena manusia bisa menyembunyikan segalanya di balik wajah tanpa orang lain ketahui. Kesimpulannya adalah jangan pernah menilai orang dari covernya saja, karena tidak ada yang tahu seperti apa ia di balik cover tersebut.

Jihan sedang mencermati setiap kata yang Eunha lontarkan dari bilah bibirnya. Sampai saat suara itu mengalun kembali, menghantarkan rasa sesak sekaligus rasa bersalah. "Dari pada mengakui kesalahan. Aku lebih suka memberitahumu bagaimana konisi Jungkook saat mengetahui kau pergi meninggalkannya." Eunha tersenyum miris. Dan Jihan memahami ada sirat luka yang tercetak di sudut bibir Wanita itu. "Pria itu. Hancur! Kau tahu? Jungkook hancur sama sepertiku. Kau mengacaukan hidupnya dan ia menghancurkan kehidupanku. Bukan hanya aku tapi kedua orang tuaku!" Jihan bahkan tidak tahu apa saja yang terjadi beberapa bulan terakhir. Ia hanya tahu kalau pertunangan mereka dibatalkan dengan Jungkook yang memutuskan secara sepihak. Setelahnya Jihan menutup rapat berita yang kerap kali televisi siarkan tentang kehidupan pribadi ataupun perusahaan Jungkook.

"Apa ini berarti kau menyalahkanku?" Tanya Jihan setelah mendengar penuturan Eunha.

"Tidak. Aku tidak menyalahkanmu, sama sekali tidak. Karena itu resiko dari semua yang aku kulakukan padamu, Jungkook mengetahuinya. Ia mengetahui penyebab kepergianmu saat itu. Tapi rasanya tidak adil kalau kedua orangtuaku pun ikut terseret! Aku menganggap itu berlebihan. Dan saat itu aku berpikir untuk menghancurkanmu kembali. Karena kupikir bagaimana bisa wanita rendah sepertimu mendapatkan cintanya Jungkook, yang bahkan Yoora saja tidak mendapat perlakukan seperti dirimu!

Sebelum dirimu. Yoora juga memiliki hubungan dengan Jungkook, Kau tahu. Aku juga melakukan hal yang sama dengan apa yang aku lakukan padamu bahkan kau masih mendapatkan belas kasih dariku. Yoora pergi dan Jungkook tidak sehancur pada saat kau pergi karena kehadiranmu sudah lebih dulu hadir di tengah-tengah hubungan mereka." Jihan tentu saja tidak begitu mengerti dan memahami semua perkataan Eunha. Tapi bagaimana bisa ia hadir di tengah hubungan Yoora dan Jungkook yang bahkan saat itu ia masih mengejar pendidikan.

"Apa maksudmu sebenarnya? Eunha tolong jangan mengatakan hal-hal yang menurutku tidak masuk akal sama sekali. Aku bahkan tidak mengenal kalian sejak lama, dan bagaimana bisa kau mengatakan seolah akulah yang menjadi penyebab masalah kalian sejak dulu!" Sejujurnya enggan untuk percaya. Tapi rasanya ada perasaan yang lebih sekedar kata percaya, Jihan penasaran. Ia ingin tahu lebih banyak lagi apa saja yang sebenarnya ia tidak ketahui selama ini prihal Jungkook.

Eunha hanya tersenyum congkak. Melihat bagaimana tingkah Jihan yang seolah-olah tidak mengetahui apapun.

"Apa kau pikir beasiswa yang kau dapatkan itu adalah suatu keberuntungan semata Jihan? Oh. Ayolah kau itu lugu sekali. Atau hanya berpura-pura lugu,huh?" Ketusnya seraya menyilangkan kaki, lalu bersandar dan mulai merasa nyaman dengan posisi duduknya saat ini.

"Dari tadi cara bicaramu itu memang mengesalkan ya." Kalau saja Jihan tidak merasa penasaran mungkin tangan berharganya ini sudah tercetak di pipi mulusnya Eunha.

"Tidak ada keberuntungan yang seperti itu untuk orang kampung sepertimu Jihan." Wanita sialan ini! Benar-benar minta sekali di siram air keraskah?. Tidak, tidak air keras saja tidak akan mempan untuk menghadapi Eunha. mungkin air garam sebab yang ia hadapi ini setan. Bisa-bisa merendahkan Jihan dikediamannya pula.

Diamnya Jihan membuat Eunha kembali meneruskan ucapannya. "Oke, anggap saja kau tidak tahu apapun, tentang Jungkook yang mengatur semuanya dan mengenai dia yang membiayai semua kuliahmu. Pria itu juga yang memasukanmu ke perusahaannya, bukan karena kau di rekomendasikan seperti apa yang selama ini kau tahu. Karena gelar yang kau miliki tidak cukup pantas untuk menjadi sekretaris Jungkook!"

[ ]

Story ini tuh agak slow update ya guys. Karena harus kubaca ulang untuk diperbaiki 😌

Cyn💕

Continue Reading

You'll Also Like

775K 49.9K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
1M 1.9K 17
WARNING!!! Cerita ini akan berisi penuh dengan adegan panas berupa oneshoot, twoshoot atau bahkan lebih. Untuk yang merasa belum cukup umur, dimohon...
514K 2.9K 24
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
692K 34.3K 51
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...