My Day || Hyunsuk x Heejin [S...

By HyunsukID

17.3K 3.1K 6.7K

Dua orang yang mewakili cahaya dan kegelapan di masa muda. Berbeda dalam setiap aspek, latar belakang, maupun... More

02. Hyunsuk
03. Drizzling
04. Three Colour Hair
05. Class Room
06. Problem
07. Naughty Boy I
08. Naughty Boy II
09. Trouble Maker
10. On The Way
11. Friendship
Mampir yuk :)
12. Sad or Happy I
13. Sad or happy II
14. See u
15. The Homework
16. I Love My Shoes
17. Something
18. Departure
19. Shadow
20. The Secret
21. Hyunsuk House
22. The Little Devil
23. Cherry Lips
24. Stupid
25. Here We Go!
26. A-Team
27. Beautiful Girls
28. Sweet Umbrella
29. Two Voices one Heart
30. Jealousy
31. HeartCold
32. Bad Boy
33. I Need my Space
34. Memories
35. Make it Fast
36. Don't go Anywhere
37. A Snake in the Grass
38. I Do Love You
39. I know U can do it || END
40. I like the story || EPILOG
🥳[MY DAY] TERBIT🎉🎉🎉💖

01. Exclusive Birthday Gift!

3K 190 251
By HyunsukID

Aku pikir, perayaan ulang tahunku di tahun lalu adalah yang terburuk. Nyatanya tidak, hanya karena tidak mendapat hadiah yang aku mau bukan berarti itu buruk. Aku ... kurang berterima kasih atas kehidupan yang kumiliki.

Sampai baru sadar di tahun inilah bagian terburuk sebenarnya. Semuanya dimulai tanpa bertanya bagaimana kesiapanku untuk menerima orang baru.

22 April 2017. Tepat di hari inilah usiaku bertambah satu tahun. Bersamaan dengan itu sebuah bangunan tinggi telah sepenuhnya berdiri tepat di sebelah kamarku. Aku pikir itu adalah hadiah ulang tahun dari ayah dan ibu.

Ternyata pikiranku meleset jauh.

Bangunan itu milik orang lain yang akan tinggal di sebelah rumahku nanti. Dari awal aku tak menyukai bangunan itu karena menghalangi jalan cahaya matahari masuk ke kamarku ini.

Itu baru kekesalan awal, tanpa tahu akan ada kekesalan selanjutnya yang kurasakan.

“Apa?! Aku tidak mau ada orang lain di rumah kita!”

“Tidak, Sayang. Dia tidak satu rumah dengan kita. Gedung di sebelah kamarmu itu, tempat tinggalnya nanti.” Meski sudah berulang kali Ayah menjelaskan, aku kekeuh tak ingin menyetujui keputusan kedua orang tuaku.

“Tetap saja tanggung jawab dia akan jatuh ke tangan Ayah dan Ibu. Aku tidak mau!”

Dengan wajah datar ibu menghampiriku, mengambil posisi ayah. “Hidup ini bukan hanya tentang dirimu, Heejin. Ayah dan Ibu juga tak akan mengambil keputusan ini jika salah. Kita sudah memikirkan jauh-jauh hari tentang ini. Kamu yang tak mengerti apa pun tentang ikatan keluarga, lebih baik jadi penurut dan diam!”

Jika disuruh memilih, aku lebih baik dimarahi ayah ketimbang ibu. Entah kenapa jika sudah berurusan dengan keseriusan Ibu, ketakutanku bertambah 5 kali lipat. Aku tak bisa melakukan apa pun selain menurut.

Tak ada senyuman yang terpancar di wajahku saat melihat rumah itu. Seharusnya aku senang seperti mereka, melihat lahan yang dahulu kosong kini terisi dengan bangunan tinggi, mewah, dan elegan.

Lahan itu memang milik keluargaku, tapi bangunan yang berdiri di sana bukan milik kami.

Ayahku membuat pernyataan layaknya mengadopsi anak asing. Aku jelas tak mau, ini konyol. Apalagi dia berada di umur yang sama denganku. Aku benci! Tapi tak bisa berbuat apa-apa karena kedua orang tuaku sudah sepakat.

Pantas saja, beberapa hari lalu aku melihat kedatangan seseorang yang aneh. Orang itu tinggi, gagah, rapi tampak seperti Bos Besar. Saat kutanya pada ibu, ternyata beliau adalah teman Ayah waktu SMP. Aku hampir tak percaya, keduanya terlihat jauh berbeda.

Aku sudah mengira dari awal, bahwa beliau adalah orang yang sangat kaya. Dan memang benar. Choi Hyunbin namanya, datang meminta bantuan pada Ayahku agar mau mengurus peliharaannya-- eh maaf ... Maksudku anaknya, ya! Putranya.

Beliau bercerita tentang betapa buruk putranya itu. Bukan wajahnya, tapi sifatnya sungguh tidak mencerminkan seorang anak manusia. Katanya ...

Ia selalu membangkang pada guru di sekolah, berkelahi dengan anak-anak lain, melawan perkataan ayah dan ibunya sendiri, tidak berperilaku sopan pada orang lain, dan satu lagi ... Angkuh.

Katanya dia sangat sombong dengan apa pun yang dimiliki, itu jelas karena dia dilahirkan dari keluarga super kaya. Mungkin baginya terlihat keren. Tetapi meski begitu, itu semua tidak bisa dibenarkan. Anak itu berada di jalan yang salah.

Maka dari itu Ayahnya menitipkan putranya itu pada keluarga kami, katanya dia sangat tidak suka hal-hal yang jauh dari kepopuleran. Tuan Hyunbin teringat pada ayahku yang tinggal di desa, jauh dari kota.

Menurutnya, hal tersebut akan menjadi pelajaran untuk anaknya agar berubah. Di tempat terpelosok memang jelas jauh dari kata kekinian dan apa-apa yang sulit didapat. Rencananya memang sang ayah sedang menghukum putranya yang bernama, Choi Hyunsuk. Ya, kalau tidak salah itu namanya.

Sebenarnya aku sangat tidak suka ayah bersedia membantu Ahjussi itu. Bukannya melarang berbuat baik, tapi ini terlalu merepotkan. Ayah Hyunsuk jadi meminta lahan kebun di samping rumah kami untuk didirikan sebuah rumah, lebih tepatnya kamar Hyunsuk dan ruangan latihannya.

Tidak dipungkiri Hyunsuk adalah seorang trainee dari Agensi cukup besar di Korea. Perkiraannya dia akan segera debut sekitar 2 tahun lagi, perusahaan itu sendiri yang menawarinya.

Hyunsuk jelas sangat mau, tapi ayahnya yang justru khawatir akan sikap Hyunsuk. Ia takut semuanya akan menjadi buruk karena menjadi idol tidak sepenuhnya bisa tertutup.

Beliau pun meminta izin sedikit kebebasan pada perusahaan yang menaungi Hyunsuk, bahwa ia perlu merubah sifat angkuh putranya. Walaupun skill rap serta Dance-nya sudah cukup memumpuni, tapi semua akan hancur jika akhlaknya tidak dapat terkondisikan.

Tuan Hyunbin meminta Hyunsuk bisa memenuhi semua syarat dan hukuman yang diberikan. Tinggal di Desa selama 2 tahun, mungkin ini akan membuat Hyunsuk jera dan berusaha untuk merubah diri agar bisa masuk Agensi impiannya lalu segera debut.

Perusahaan itu menyetujui niat Tuan Hyunbin, namun dengan tambahan lain Hyunsuk harus rutin latihan agar ada perkembangan, sedangkan semua materi akan dikirim secara online. Dari semua itulah, sekarang beliau berhasil membangun semuanya demi Hyunsuk.

Aku tidak tahu Hyunsuk menyetujuinya atau tidak. Tapi yang pasti, gedung di sana sudah berdiri kokoh dikhususkan untuk dirinya, lengkap dengan kebutuhan, beserta isinya.

Aku sudah melihat keseluruhan rumah itu. Ada kaca besar yang menjadi dinding --ah baiklah itu cermin untuk berlatih Dance, lalu Mic, Sepiker, dan lain-lain. Aku tidak tahu semua nama barang yang ada di sana.

Hah! Apa pun itu, sangat menjengkelkan. Bahkan para tetanggaku ternganga melihat gedung seperti ini ada di Desa kami. Tapi aku sungguh tidak bohong, rumah itu menutupi jendela kamarku.

Aku menceritakan tentang bocah itu karena tahu lewat ayahnya saja ikut emosi. Jujur dari dulu aku sangat benci pada orang-orang yang sombong. Apalagi anak ini yang menyombongkan dirinya karena harta orang tua, cih.

“Kau tidak boleh memasang wajah seperti itu!” Tepukan ibu membuatku bangun dari lamunan. Alhasil aku di sini, sedang menanti kedatangan keluarga besar Choi.

Aku sangat malas, bisakah dipercepat waktunya?

Seketika aku memiliki satu harapan, semoga saja si anak itu memberontak lalu kembali ke asalnya, dan anggap saja semua ini tak pernah terjadi, kemudian selesai ....

[****]

Lemousin, mobil dengan warna hitam pekat memasuki area dusun. Mewah serta kilaunya menjadi titik pusat perhatian. Semua mata tertuju pada Si Primadona.

Saat mobil tersebut berhenti di sebuah rumah sederhana, beberapa orang di tempat lain yang melihatnya langsung mencibir, menciptakan bisikan-bisikan tak jelas dari jarak jauh.

Tak menggubris para tetangga yang tengah membicarakannya, keluarga Jeon tetap menghampiri sang tamu dengan wajah semringah.

“Astaga ... Pasti perjalanannya sangat melelahkan?” Pria yang di duga sebagai kepala rumah tangga itu menghampiri sang rekan, mengajaknya masuk.

“Lelahku benar-benar hilang karena melihat pemandangan yang indah di sini,” balasnya sambil mengedarkan pandangan. 2 bulan Hyunbin tak mengunjungi tempat ini, tapi sudah merindukan suasananya.

Sesaat kemudian, keluarlah sosok wanita berpenampilan casual layaknya wanita karier, diikuti seorang pemuda berwajah masam. Dia mengenakan pakaian berwarna merah, Aerphon yang menggantung di lehernya dan beraksesoris lengkap. Seperti, kalung, gelang, dan anting di kedua telinganya.

Satu kata refleks terpikirkan oleh Heejin. “Berandal!”

Sosok itu melepas sepatunya sambil mendumel tak jelas. “Eomma! Kau yakin aku harus di sini 1 tahun ke depan?”

“2 tahun,” ibunya mengoreksi.

“Yang benar saja, di sini tak ada apa pun yang menarik!”

“Hyunsuk, jaga bicaramu! Awas saja kalau di dalam nanti kau buat keributan. Eomma tidak segan-segan mengirimmu ke Korea Utara!”

Dengan cepat Hyunsuk merapatkan dua bibirnya.

Ancaman apa lagi ini?

Setelah panjang lebar membahas segala perihal dan juga rencana yang diprediksi ke depannya, semua mengangguk setuju kecuali dua anak 17 tahun di sana. Hyunsuk dan Heejin.

Hyunsuk sedari tadi mengelak akan peraturan yang ayahnya berikan, Tuan dan Nyonya Jeon yang mencoba menenangkan keadaan, Ibu Hyunsuk yang terlihat menguap karna hampir setiap hari ia melihat pemandangan seperti ini.

Dan satu lagi. Dengan tangan mengepal kuat di atas meja, rambut menjuntai menutup kedua sisi wajah, Heejin dengan wajah merah padamnya ingin sekali mengutarakan pendapat, jika ia juga tak menyetujui semua yang bersangkutan dengan ini. Heejin ingin orang-orang itu pergi dari rumahnya sekarang juga.

“BRISIIIIKKK, PERGI KALIAN DARI SINI!!”

Namun Heejin masih memiliki rasa malu untuk menggebrak meja lalu berteriak seperti itu. Jadi, gadis itu hanya membuang napasnya pelan, memutuskan untuk diam dan menahan diri baik-baik.


Hampir dua setengah jam perdebatan itu berlangsung, pada akhirnya Heejin lebih baik melarikan diri dari ruang tamu menuju dapur, membantu ibunya memasak.

“Ibu, kau yakin akan bolak-balik ke rumah sebelah hanya untuk mengantar makanan ke tempat Hyunsuk?” tanya Heejin membuntut.

Pertanyaan itu sudah berulang kali dibahas, namun Heejin selalu saja tak puas dengan jawaban ibunya.

Masih fokus pada wortel yang sedang dipotong, Hyemi menyempatkan untuk menjawab, “Itu tidak sulit, Heejin.”

Sampai akhirnya gadis itu menyandarkan punggungnya di depan kulkas, melihat jelas wajah Sang Ibu. “Kenapa mereka tidak membayar orang saja? Lagi pula Ibu punya kesibukan sendiri, kan?”

Mau bagaimana pun Heejin tetap keberatan dengan keputusan ini.

“Itu akan memerlukan biaya lagi, Sayang. Mereka sudah membangun rumah itu dengan dana yang tidak murah.”

“Tapi, Ibu jadi terlihat seperti pembantu mereka!”

Jeon Hyemi tak bisa jika harus mendengar putrinya terus mengeluh. Ia menghentikan aktivitasnya lalu menoleh pada Heejin. “Ibu tidak merasa seperti itu, toh mereka juga tidak membayar Ibu,”

“Tidakkah itu menjadi lebih buruk?”

Hyemi mengentakkan pisau. Menatap Heejin dengan wajah tak suka. “Kau ingin Ibumu ini digaji? Hanya karna ingin membantu?”

Seketika keadaan berubah mencekam.

“Bu-- bukan begitu ....” Heejin meraih lengan wanita itu. “Aku tidak mau lelah Ibu jadi sia-sia karena mengurus anak itu,” lirihnya kemudian memeluk sang ibu.

Heejin terlalu menyedihkan jika sudah cemberut seperti ini. Apalagi Hyemi juga sempat membentaknya tadi siang.

Suara Hyemi melemah, “Tidak ada yang namanya sia-sia, Heejin. Dengarkan Ibu!” Dia memegang kedua bahu putrinya.

“Kau fokus saja dengan sekolahmu, jangan pikirkan apa pun. Bantu Ibu jika ada waktu luang, dan ...” ucapannya berhenti, la menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan.

“Berteman baiklah dengan Hyunsuk.”

Waktu Heejin seketika berhenti. Sebenarnya Heejin tidak bisa mempercayai semua ini, tapi mau bagaimana lagi? Mungkin karena adik laki-lakinya dulu yang membuat ibunya seperti ini. Hyemi pasti sangat merindukan putra satu-satunya yang sekarang telah pergi.

Heejin sungguh mengerti, pasti Hyunsuk mengingatkan Ibunya pada sang adik, itulah mengapa ibunya sangat bahagia saat diminta untuk mengurus Hyunsuk.

“Oke, aku akan berteman dengannya,” ucap Heejin pada akhirnya. “Karena Aku ingin membahagiakanmu, Ibu!”

“Anak pintar! Ibu sangat mengandalkanmu, Heejin.” Hyemi mengelus rambut Heejin sebelum kemudian mendaratkan pelukan.

Sudut bibir Heejin mengembang licik ‘Setidaknya aku tak mengatakan berteman baik dengannya, jadi akan kubuat dia pergi mandiri dari sini,’

Hyunsuk’s pov

Karena ini kali pertamaku di sini, aku kesulitan menemukan di mana kamar mandinya. Aku berniat tanya pada bibi, tapi tak sengaja telingaku mendengar obrolan dua orang yang berada di dapur.

Tadinya aku ingin kembali dan tak ingin mengganggu, tapi mendengar namaku di sebut, aku tidak bisa melewatkan hal ini. Pada akhirnya aku menguping sampai selesai.

Aku tetap diam di tempat itu. Sampai seseorang membuka pintu membuatku terkejut. Berbeda denganku, dia justru terlihat tenang dan biasa saja.

Aku berdeham, mencoba menghilangkan ketegangan. “Di mana kamar mandinya?” tanyaku namun tak mendapat jawaban.

Aku ... Jadi gugup sendiri ditatap seperti ini.

Aku melihat dia menghela napas berat kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. Gadis itu berjalan mendekatiku. “Kau dengar? Jangan pernah sekalipun merepotkan Ibuku!”

Apa dia baru saja memberi peringatan padaku? Padahal berpura-pura tidak mendengar adalah alasan yang ingin kupakai. Namun karena kesempatan mengelak pun tak ada, akan kuperingati balik dia di lain waktu.

Usai mengatakan itu dia pergi menabrak bahuku kasar. Aku tetap diam kemudian berpikir, kenapa dia begitu lucu? Jeon Heejin ya namanya ....

.


.


.


.


.

.


.

To be continued



Jeon Heejin

Choi Hyunsuk

  Yang modelan begini dikata berandal?

Hebat Heejin😩🤚

Continue Reading

You'll Also Like

7K 849 28
Kisah Jihoon menemukan orang lain yang membawanya hingga ke matahari terbenam start : 22 Juni 2021 finished : 11 Juni 2022 ©joaapark
92.9K 10.1K 22
"Sorry gua gak gendut kayak panda 🐼"-haruto
244K 36.7K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
10.5K 957 25
Kalo biasanya orang orang suka gak kuat suka sama cowok modelan dingin kayak dia, gue malah kebalikannya. Gue suka dia yang dingin. . . . Es - Park...