Penjilat Darah Haid - END

By RosOchanie_

114K 13.8K 2.1K

Ambisi untuk mengubah diri menjadi lebih cantik membuat Nyai terpaksa melakukan ritual syirik. Darah haid ada... More

Bab 1 - Wanita Buruk Rupa
Bab 2 - Bukan Pak Haji
Bab 3 - Kucing Hitam
Bab 4 - Nyai Geulis
Bab 5 - Sumilangeun (Nyeri Haid)
Bab 6 - Abah
Bab 7 - Gadis Lusuh
Bab 8 - Cut Dalam Bahaya
Bab 9 - Teror di WC 1
Bab 11 - Cut Hilang
Bab 12 - Terjebak di Dalam Hutan
Bab 13 - Menikahi Setan
Bab 14 - Jimat Merah
Bab 15 - Cut Kenapa?
Bab 16 - Siapa Dia?
Bab 17 - Gadis Ganas (15+)
Bab 18 - Hukuman Dayat
Bab 19 - Darah Haid
Bab 20 - Malam Pertama 'tak Terlupakan
Bab 21 - Khadijah Musyrik?
Bab 22 - Istighfar!
Bab 23 - Tidur Ditemani "Dia"
Bab 24 - Dilecehkan
Bab 25 - Dibenci Para Santri
Bab 26 - Bunuh Diri
Bab 27 - Hilang Saat Butuh
Bab 28 - 2 MIMPI
Bab 29 - Tespek
Bab 30 - Pamit, Pulang!
Bab 31 - Keputusasaan
Bab 32 - Jangan Takut!
Bab 33 - Fitnah Teman
Bab 34 - Bau Busuk
Bab 35 - Terbongkar
Bab 36 - Bayang-bayang Masa Lalu
Bab 37 - Darah Manis
Bab 38 - Bau Amis
END - Penyesalan
EXTRA PART - JANGAN TAKUT MATI!

BAB 10 - KORBANKAN TEMAN?

3.4K 446 51
By RosOchanie_

Darah segar menguar dari dalam mata Pak Haji. Tangannya yang masih memegangi tasbih itu seolah hendak menahan rasa sakit di matanya. Sedang, Cut tergeletak 'tak berdaya, ditangannya sebuah bambu runcing yang di ujungnya masih menempel darah dari mata Pak Haji.

Di sisi lain, Ochi masih mematung di tempat. 'Tak bergeser sedikitpun. Matanya melihat bergantian pada dua manusia yang sempat berkumul hebat. Sibuk menimbang-nimbang, siapa
yang pertama kali harus ditolongnya.

Brak!

Belum sempat Ochi mengambil keputusan, pintu WC satu yang tertutup digebrak paksa dari dalam. 'Tak lama kemudian, sesosok wanita tanpa kaki melangkah keluar dari WC. Seolah berjalan dengan lidah panjang yang menjulur sampai ke lantai. Menjijikan!

Air ludah dan darah bercampur menjadi satu, menetes 'tak henti membanjiri lantai.

Mental Ochi kembali tersentak mendapati pemandangan 'tak mengenakan ini. Mata mereka beradu pandang, dengan bibir yang mulai gemetar saat perlahan senyuman licik tersungging dari mulut wanita itu, bersamaan dengan Guntur dan petir yang 'tak henti bersahutan.

Meski satu matanya melebam, Pak Haji masih mampu melihat. Ia kembali bangkit, menyeret tubuh ringkihnya ke depan wanita menjijikan itu. "Aya naon deui maneh ka dieu?" (Ada apa
lagi kamu ke sini?) tanyanya tanpa sedikitpun rasa takut terpancar dari suaranya.

"P-pak Haji …? Ochi? Cut?!" Tetiba saja Khadijah datang dari arah tangga. Berhenti dan mematung saat melihat apa yang tengah terjadi di depannya.
Wanita menjijikan dengan rupa yang sangat buruk dan busuk itu menoleh pada Khadijah.

Khadijah hendak berlari menghampiri Ochi yang masih mematung di pojokan, tapi langkahnya terhenti saat mendengar sebuah kalimat yang mampu melemaskan kakinya.

"Aku ingin menjadi cantik!" ucap wanita itu dengan mata yang 'tak lekang dari menatap Khadijah.

"Berikan darah kotormu …!" ucapnya menggantung sambil menunjuk Khadijah. "Atau kau harus menikah dengan anakku!" sambungnya yang kini beralih menunjuk Cut yang masih tergeletak.

Degh!

Jantung Khadijah seolah berhenti berdetak untuk beberapa saat. Lalu sedetik kemudian, wanita itu melayang ke udara dengan cekikikan yang membuat Khadijah bergidik ngeri.
Belum lagi, darah busuk menetes dari perut bawahnya yang bolong.

Setelah beberapa saat seakan terbawa suasana, Pak Haji kini tersadar lalu mulai menyadarkan
Khadijah dan Ochi yang masih mematung dengan fikiran buruk berkecamuk.

"Eling, Khadijah … Ochi! Sok gera pangku Cut, karunya tiris!" (Sadar, Khadijah … Ochi!
Cepat gotong Cut, kasihan kedinginan!) tegur Pak Haji.

***

Waktu Magrib dan Isya‘ sudah berlalu. Seluruh santri dan santriah masih mengaji seperti biasa di Madrasah, kecuali Khadijah, Cut, dan Ochi. Semua sudah hampir tahu alasannya dan rentetan kejadian tadi sore. Dari mulut ke mulut, ada yang merasa prihatin, takut, dan ada pula yang tidak percaya.

Cut tertidur sangat pulas, mungkin karena kecapekan. Sedang Ochi masih syok hingga berinisiatif melupakannya dengan memainkan gawainya yang tentu sudah diberi izin oleh Roisah (Kepala kobong Akhwat) kobong An-Nisa.
Khadijah memang merasa masih takut, tapi ia sudah mulai terbiasa setelah kejadian-kejadian
aneh yang pernah menimpanya beberapa waktu lalu.

Karena merasa 'tak nyaman dengan rambut keritingnya, Khadijah memutuskan untuk menyisir sebentar.

Ochi yang 'tak sengaja melihatnya langsung menegur.
"Dijah! Ngapain sih nyisir rambut malem-malem gini? Kayak gak ada waktu lain aja."

"Aku gak betah, Chi! Lagian cuma sebentar mah gak papa kali."

"Tapi, konon kata orang dulu-dulu, gadis perawan gak boleh nyisir rambut malem-malem. Pamali!" Ochi berucap dengan nada serius.

"Hahahaha …." Khadijah malah tertawa keras. "Kamu masih percaya hal begituan, Chi? Lagian ini zaman dah beda, bukan dulu lagi. Udahlah, kebanyakan nonton film horror kamu, ya?"

"Ish, dibilangin juga. Ngomong-ngomong, kamu kan lagi haid, kumpulin tuh rambutnya! Jangan dibuang sembarangan. Ntar dipelet Genderuwo baru tahu rasa, lho!"

Khadijah sedikit tersentak saat mendengar kata "Genderuwo", sontak kembali teringat pada mimpi buruk yang pernah ia alami.

"Iya-iyaaa, Ochi bawel!" sahut Khadijah mengalah.

"Ya udah, aku mau tidur, ah. Capek!" ujar Ochi sambil memposisikan diri di atas kasur lantai miliknya.

"Oke, tapi aku boleh gak pinjam HP kamu? Soalnya HP-ku lagi di-charge," pinta Khadijah yang langsung diiyakan oleh Ochi.

"Boleh, nih! Tapi, jangan dipake buat nge-chat cowok, loh!"

"Ish, cowok siapa? Aku cuma mau telfon Bunda, kangen soalnya."

Ochi terkekeh, "kirain kangen sama si Dayat, hahaha!"

"Amit-amit jabang bayi!"

"BTW, kenapa gak sekalian aja kamu laporin kejadian-kejadian yang kamu alami di pondok
ini sama Bunda kamu?" tanya Ochi.

Khadijah menggelengkan kepalanya sembari masih sibuk mencari kontak bundanya di HP Ochi.

"Nggak, ah! Aku takut nanti Bunda kepikiran. Gak papa, di sini kita punya pertolongan Allah dan Pak Haji sebagai perantaranya," kilah Khadijah dengan tenang.

"Assalaamu‘alaikum, Bunda!" sapa Khadijah saat panggilan mulai tersambung.

"…."

Tutt!

'Tak ada jawaban dari seberang telepon. Lalu sedetik kemudian, sambungan terputus.

"Kenapa?" tanya Ochi yang merasa raut wajah Khadijah berubah.

"Teleponnya dimatiin dari sana."

"Coba telpon lagi!"

Khadijah mengikuti saran dari Ochi.

"Assalaamu‘alaikum, Bunda ini Khadijah. Khadijah kangen sama Bunda."

Masih 'tak ada jawaban.

Rasa takut mulai bergemuruh di dada Khadijah. Ia takut jika ada hal buruk yang menimpa
bunda dan keluarganya.

"Bunda kenapa? Kok, cuma diam? Bunda gak papa, 'kan? Ayo bilang iya, Bunda! Jangan
buat Khadijah khawatir."

"I … yaaa."

Degh!

Jawaban itu memang sesuai harapan, tapi suara itu …? Jelas bukan milik Bunda. Itu lebih
terdengar pelan, tapi menusuk. Disertai geraman aneh yang mampu membuat Khadijah semakin takut.

HP Ochi tetiba mati daya. Posisinya yang tepat berada di depan wajah Khadijah, membuat ia
mampu bercermin pada layarnya. Nahas, mata Khadijah seketika membulat lebar saat
penampakan konyol itu kembali datang. Di sana, di layar HP. Yang artinya, sosok itu kini ada
di belakang Khadijah.

Jujur saja, sendi di leher Khadijah seolah kaku. Ia sama sekali 'tak mampu untuk sekadar
menoleh ke belakang. Jantungnya berdebar hebat. Mental dalam dirinya kembali terguncang.
Capek juga jika harus terus menerus diteror makhluk yang 'tak ia kenali.

"Arrgghhhhh!!!"

Ochi berteriak keras saat sosok itu berhasil mengambil kesempatan di tengah guncangan hebat yang menimpa tubuh Khadijah. Satu tangan dingin menarik kasar rambut Kadijah ke atas sampai tubuhnya melayang di udara.

Tubuh Khadijah sudah benar-benar melayang. Kakinya berontak sekuat tenaga untuk
melepaskan rambutnya dari cengkraman tangan wanita buruk rupa itu.

"TOLOOONGGGG!" Khadijah kembali berteriak keras sekali. Namun, suasana telah berubah. Ochi
yang melihat Khadijah melayang hanya diam. Lalu setelahnya, ia tertawa.

"Ahahahaha! Rasakan itu, Gadis pengganggu!"

Mata Khadijah dan Ochi beradu pandang. Bukankah sebagai seorang sahabat, Ochi harus
menolongnya?

"Ochi, apa maksudmu? Cepat tolong aku! Aww!" Khadijah terus memohon disertai dengan erangan perih di kepalanya. Namun, Ochi malah
kembali tertawa puas, membuat Khadijah menitikkan air mata.

"AWWW!" jerit Khadijah saat tangan wanita itu kembali menarik rambutnya dengan kasar, membawa tubuhnya menjauhi lantai.

Perasaan marah dan capek berkecamuk memenuhi dada Khadijah. Ia sudah benar-benar muak
dengan semua ini.

"Sebenarnya kamu itu siapa, Wanita laknat?!"
Wanita yang Khadijah tanya 'tak menjawab, justru malah Ochi yang menimpal.

"Sudah kubilang, kamu harus menanggung akibat dari perbuatanmu sendiri, manusia ceroboh!"

"APA? Akibat dari apa?"

"Cih, manusia 'tak berakhlak! Kamu sudah menawarkanku darah haidmu. Sekarang, ayok berikan!" ucapnya tajam.

Khadijah menggeleng cepat, "tidak! Aku tidak mau!"

"Kalau begitu …." Ochi menggantung kalimatnya. "Keluarlah anakku! Dan bawa dia!"

Tangannya menunjuk ke arah Cut yang kini sudah terbangun. Ia celingak-celinguk, mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

Sebuah uluran tangan dengan lembut mengajaknya, "ayok ikut aku!"

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 96 22
#1 goresan kata sebuah goresan kata luka yang dirasakan setiap orang, mereka yang terlihat bahagia belum sepenuhnya benar benar bahagia, terkadang se...
55.1K 6.5K 176
"Lin Shi adalah pendosa seluruh industri film!" "Lin Shi, aku ingin meminta maaf kepada seluruh penonton jaringan!" "Lin adalah pencuri tua, aku ti...
896K 7K 9
(FIKSI) Lulu,gadis manis bertubuh indah menikah dengan jin,bukan untuk "pesugihan" tapi untuk "perlindungan"
15.2K 342 50
~ QP ~ Hidup bagaikan pantun, Singkat tapi sangat berarti. Kumpulan pantun buatan author, Tidak bermaksud sombong, Hanya ingin berbagi ilmu. Bacanya...