Trapped

By Fie_inaranti

722K 44.6K 10.9K

Queen harus terjebak di dalam permusuhan antara Rafael dan Joshua. Dia terlalu lugu untuk bisa memahami, jika... More

PROLOG
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25

Part 16

12.3K 1.7K 388
By Fie_inaranti

Halooo.. Masih adakah yang nungguin cerita ini update?

Btw di Karya Karsa udah sampai Part 48 ya, ada juga full part-nya.

Bagi yang udah ga sabar, penasaran banget, mending beli full part aja. Aku saranin kalian jangan langsung loncat baca ke part-part akhir ya, nantinya plot twist-nya malah gak dapet. Oke? 😘

***

Queen menatap benda pipih di tangannya. Setelah semalam ia melakukan tes kehamilan di apartemen Nara, pagi ini ia mengulanginya di rumah sendiri. Tidak ingin mempercayai hasil tes semalam.

Ia meggigit bibirnya kuat-kuat. Hasilnya tetap sama, dua garis merah tercetak jelas di sana. Ia hamil. Tanpa ikatan pernikahan. Dan ia tidak tahu ke mana harus meminta pertanggungjawaban. Satu-satunya lelaki yang sepatutnya menjadi ayah dari bayi di dalam perutnya sudah memilih untuk lepas tangan.

Tubuh Queen luruh ke lantai, menggenggam test pack erat-erat. Rasa penasarannya terhadap lelaki dengan sejuta pesona itu, membuahkan hasil. Queen tidak hanya mendapatkan jawaban bagaimana rasanya berada di dalam dekapan lengan kokoh Rafael, tetapi ia juga mendapatkan hadiah kecil yang kini bersemayam di rahimnya.

Seharusnya ia mendengarkan peringatan Joshua jika Rafael pria berbahaya. Dan seharusnya pula ia tidak melanggar prinsip yang diajarkan ibunya. Kesenangan sesaat yang ia rasakan bersama Rafael hanyalah fatamorgana. Tipu daya yang memerangkapnya dalam sebuah penderitaan yang tidak berkesudahan.

Bagaimana ia harus menyembunyikan semua ini? Maura pasti marah besar jika tahu putrinya hamil karena berani melanggar batas norma. Perlahan, jemari Queen terulur, menyentuh perutnya. Hanya ada satu cara untuk menghilangkan jejak dosanya. Melenyapkan bayi ini, bukankah itu lebih baik?

"Queen!" Maura mengetuk pintu kamar mandi. "Kenapa lama sekali? Mama menunggumu di meja makan sejak tadi."

Queen bergegas menghapus air mata. Maura tidak boleh tahu apa yang terjadi, setidaknya sampai Queen menemukan jalan keluar. Begitu pintu terbuka, Maura mengernyitkan dahi.

"Kau baru saja menangis, Sayang? Ada masalah?" Maura menghapus sisa cairan bening di sudut mata Queen.

"Tidak apa-apa, Ma. Hanya kelilipan."

"Mana ada kelillipan sampai hidung memerah begitu."

"Aku baik-baik saja, Ma. Serius."

"Sayang, dua puluh dua tahun Mama mengenalmu. Mana mungkin kau bisa membohongi Mama." Maura terpaku pada kedua tangan Queen yang diletakkan di belakang punggung. "Apa yang kau sembunyikan?"

"Bukan apa-apa, Ma. Ini hanya—"

"Queen!" Dengan gesit Maura merebut benda dari genggaman putrinya. Seketika, raut wajahnya berubah saat melihat benda pipih di tangannya. "Apa ini, Queen?"

"Maaf, Ma."

"Katakan ini bukan milikmu! Ini punya Nara, 'kan? Atau punya temanmu yang lain?" Maura mencecar Queen, putus asa.

Sementara itu, Queen hanya menunduk, cairan bening mengalir deras hingga membentuk titik-titik serupa hujan yang mendarat di lantai. Ia kehabisan kata-kata.

"Siapa laki-laki itu, Queen?" Nada suara Maura meninggi. "Laki-laki mana yang berani menyentuh putri kecilku?"

"Maaf, Ma. Aku yang salah karena tidak mendengarkan kata-kata Mama." Tubuh Queen merosot ke lantai, bersimpuh sembari bersujud di kaki ibunya.

"Kenapa, Queen? Kenapa? Apa putri kecilku sudah berubah menjadi dewasa dan merasa tidak perlu mendengar kata-kata Mama lagi, hah? Atau putri kecilku merasa bosan dikekang dan menginginkan kebebasan? Atau Mama yang tidak becus mendidikmu sehingga kau bertindak di luar batas?" Suara Maura semakin gemetar, berucap lirih, "Aku telah gagal menjadi seorang ibu."

"Aku yang salah, Ma! Queen yang salah karena mengabaikan pesan Mama."

"Katakan siapa lelaki itu!"

"Aku mohon, Ma. Biarkan aku yang menanggung semua ini. Jangan libatkan orang lain, Ma. Aku yang salah, aku yang salah."

Queen semakin tergugu, sementara Maura melepaskan cekalan tangan Queen dari kakinya. "Kenapa kau melakukan ini? Mama kecewa padamu!"

Usai mengucapkan kalimatnya Maura meninggalkan putrinya. Queen berusaha mengejar Maura sembari tidak berhenti mengucapkan kata maaf. Akan tetapi, Maura mengabaikannya. Lebih memilih masuk ke kamar dan mengurung diri di sana.

"Mama, buka pintunya! Aku minta maaf, Ma!" Queen menggedor pintu.

"Siapa lelaki itu?" teriak Maura dari balik pintu.

"Aku tidak bisa mengatakannya, Ma. Aku ingin melupakannya. Tolong beri kesempatan padaku untuk memperbaiki semua. Dan kalau Mama malu atas bayi ini, aku tidak keberatan jika harus pergi dari sini untuk menyelematkan nama baik Mama. Tapi aku mohon, maafkan aku, Ma!"

Tak lama, pintu terbuka. Maura menghambur memeluk putrinya, menangis tersedu. "Mama menyayangimu, Nak. Kau tidak boleh begini, lelaki itu harus mempertanggungjawabkan perbuatannya."

"Tidak, Ma. Aku tidak bisa mengatakannya."

***

Plaaak!

Maura mendaratkan tangannya di wajah Joshua. Ya, malam itu ia nekat mendatangi rumah megah keluarga Alexander untuk menemui putra kedua mereka. Queen tidak mau mengatakan siapa ayah dari bayi di dalam kandungannya. Namun, Maura hanya bisa menebak jika lelaki itu adalah Joshua, satu-satunya lelaki yang akrab dengan Queen.

"Jangan karena kau putra orang kaya, bukan berarti kau bisa memperlakukan putriku semaumu!" ucap Maura dengan nada tinggi, wajahnya memerah dengan sorot mata tajam penuh emosi.

"Maaf, Nyonya. Apa maksudnya?"

"Apa maksudnya? Kau bahkan berani berpura-pura bodoh di depanku, hah? Kau memperlakukan putriku seperti bunga yang kau hisap madunya saat masih mekar, lalu mencampakkannya setelah layu?"

"Saya tidak pernah mencampakkan Queen, tetapi dia yang meminta saya untuk menjauhinya."

"Dua puluh dua tahun aku menjaganya, lalu kenapa kau tega merusaknya hanya dalam satu malam, hah? Di mana nuranimu?"

"Maaf, sepertinya Anda salah paham."

Dengan mata berkaca-kaca, Maura tidak berhenti mengungkapkan kekecewaannya. "Aku yang susah payah mengandungnya, bertaruh nyawa untuk melahirkannya, membesarkannya, mendidiknya. Di mana nuranimu sehingga kau tega menghancurkannya?"

"Maaf, Nyonya. Saya tidak mengerti apa maksud Anda."

"Putriku hamil!"

Kalimat singkat itu mampu membuat Joshua terpaku. Queen hamil. Rafael menghancurkan masa depannya. Brengsek! Queen tidak bersalah, tetapi harus menderita akibat permusuhan Joshua dan Rafael. Argh!!!

Detik selanjutnya, Joshua berlari meninggalkan Maura. Tergesa-gesa menaiki tangga, kedua tangannya sudah terkepal erat. Rafael harus diberi pelajaran. Tanpa mengetuk pintu, Joshua masuk ke kamar Rafael.

Rafael yang sedang duduk di sofa, menatapnya berang. Dan Joshua tidak memberi kesempatan padanya untuk menghindar. Satu pukulan keras berhasil mendarat di tulang pipi Rafael. Lantas, Joshua mencengkeram kerah kaus yang dikenakan kakaknya. Giginya bergemeletuk.

"Kau terlalu jauh memberikan penderitaan pada Queen!" desis Joshua.

"Ada apa lagi dengan gadis itu? Aku pikir semuanya sudah berakhir."

"Queen hamil, Brengsek!"

Rafael tersenyum sinis sembari berucap santai, "Lalu apa hubungannya denganku? Kalau kau mau, kau bisa menikah dengannya."

"Dia anakmu, Bodoh!"

"Kau yakin aku satu-satunya lelaki yang tidur dengannya? Dia memberikan keperawanannya secara gratis padaku. Dia hanya menginginkan kenikmatan. Dan setelah mengakhiri hubungan satu malam kami, kau yakin dia tidak mencari kenikmatan dari lelaki lain?"

"Dia bukan gadis seperti itu!" Sekali lagi, Joshua memberikan bogem mentahnya di wajah Rafael.

Namun, Rafael tidak melawan. Ia bahkan masih bisa bersikap santai, dan tersenyum samar seolah rasa sakit itu tidak terasa di wajahnya. "Kau begitu memuja dan mencintainya. Kenapa kau tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menikahinya? Bukankah itu yang kau inginkan?"

"Kalau saja membunuh orang bukanlah sebuah dosa, aku pastikan kau sudah tidak bernyawa detik ini juga!"

"Aku tidak takut mati!" Rafael berbalik memukul Joshua. "Kau memang tidak ada bedanya dengan ibumu, pembunuh!"

"Ibuku bukan pembunuh!" Joshua meradang.

Dan perkelahian sengit tidak bisa dihindarkan lagi. Saling memukul satu sama lain. Hanya butuh waktu beberapa detik bagi Rafael untuk menjatuhkan Joshua. Sialnya, kaki Joshua bergerak cepat hingga posisi berbalik. Rafael roboh, dan Joshua memanfaatkan momen itu untuk mencekik leher kakaknya.

"Stop!!!" Suara lelaki di ambang pintu, menginterupsi kakak beradik itu. Keduanya menoleh, menemukan Alexander berdiri dengan kedua tangan mengepal.

Tanpa menunggu komando dari sang ayah, mereka mengakhiri perkelahian sengit itu. Rafael mengusap darah yang menetes dari lubang hidungnya, sementara Joshua menyentuh wajahnya yang terasa nyeri.

"Tiga puluh menit lagi, Papa tunggu kalian di ruang kerja Papa." Kalimat yang singkat, tetapi cukup membuat kedua putranya tidak berani membantah. Setelah melemparkan tatapan tajam pada Joshua dan Rafael, Alexander melangkah pergi. Masih dengan jas hitam yang tersampir di pundaknya.

Joshua terkekeh. "Kau pikir bisa lepas tangan setelah Papa memasuki masalahmu? Bersiaplah meninggalkan Selly, dan mempertanggungjawabkan perbuatanmu."

"Brengsek! Kau yakin rela memberikan wanita yang kau cintai untukku?"

"Sudah sepatutnya kau mendapatkan hukuman atas perbuatanmu!"

"Bullshit! Aku berani menjamin, kau akan iri melihatku bersanding dengan Queen. Dan saat itu kau baru akan menyadari, seharusnya kau yang berada di sisinya. Bukan aku."

"Mungkin kita bisa bertukar partner. Aku yakin Selly tidak keberatan menikah denganku. Karena yang dia butuhkan hanyalah harta, bukan dirimu, apalagi cinta!"

"Menyingkirlah sebelum aku patahkan lehermu!" seru Rafael.

Joshua tersenyum sinis, kemudian tubuhnya menghilang di balik pintu. Rafael mendaratkan kepalan tangannya di dinding. Meninggalkan Selly? Tidak mungkin, ia begitu mencintainya. Tetapi bagaimana dengan wanita bodoh yang meminta pertanggungjawaban atas kehamilannya? Argh!!! Kenapa Queen tidak mendengarkan peringatannya? Bagaimana mungkin ayah Rafael bisa sampai tahu masalah ini? Brengsek!

***

To be Continued
18-09-2020


Continue Reading

You'll Also Like

46.7K 5.9K 40
(Disarankan untuk membaca buku pertama (Danger : Hate and Revenge) terlebih dahulu sebelum membaca buku ke-2) Kehidupan Stephanie kian pelik pasca me...
5.8M 306K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
234K 14.7K 35
Anggaplah ini sebuah perjanjian yang mutualisme, saling menguntungkan. Nai akan bebas dari isu panas yang sempat menjadikan dirinya sebagai pemeran...
1.9M 11K 4
Unstoppable Player (Revised) Eagle Eye series #3: Blackjack. The story of Noel and Vanessha. Dua insan yang sudah mengenal sejak lahir oleh karena pe...