THE HALF BLOOD VAMPIRE (THBV)

By kkangseul_bear

28.3K 3.2K 527

People say history repeats itself. And that's true, You come to my life again, to take something that you hav... More

.
..
...
Ep. 1
Ep. 2
Ep. 3
Ep. 4
Ep. 5
Ep. 6
Ep. 7
Ep. 8
Ep. 9
Ep. 10
Ep. 11
Ep. 12
Ep. 13
Ep. 14
Ep. 15
Ep. 16
Ep. 17
Ep. 18
Side Story一(T)
Ep. 19
Ep. 20
Ep. 21
Ep. 22
Ep. 23
Ep. 24

Ep. 25

246 32 18
By kkangseul_bear




Mino termenung cukup lama, otaknya berpikir keras menerka siapa orang yang mampu memecahkan teka-teki dalam kepalanya. Terlalu banyak pertanyaan dan detail yang tak sempat terpikirkan. Bahkan untuk menyentuh standarnya saja, otaknya tak mampu menjangkaunya. Ketika ia berkata ia membuang waktu sejak membidik Seulgi menjadi targetnya, sejujurnya ia telah membuang waktu jauh sebelum itu.

"Kau pasti sedang memikirkanku ya?"

Lawan yang di ajak bicara itu sedikit terkejut, sebelum akhirnya menyahut, "Kau bahkan tak pernah terlintas diingatanku 2 tahun terakhir."

Waw, sudah selama itu? Durhaka sekali ia.

"Maafkan aku Kek, aku akan menebus rasa rindumu dengan berkunjung setiap hari."

"Cih, kau ingin aku cepat mati karna selalu melihat wajahmu?"

Mino tertawa dengan kencang, membuat pria tua yang duduk pada kursi roda itu ikut menyumbang tawanya.

"Wah kau melukai hatiku, padahal aku adalah cucumu yang paling tampan."

"Terserah, kenapa kau tiba-tiba datang setelah lupa jika masih memiliki Kakek?"

"Maaf, aku sedang sibuk atau lebih tepatnya pura-pura sibuk."

"Begitukah? Lalu apa yang membawa anak sok sibuk ini berkunjung?"

"Alasan pertama, karna aku sangat merindukanmu, alasan kedua karna aku ingin melihat wajah tampanmu, dan alasan terakhir karna ada sesuatu yang ingin ku tanyakan."

"Cih."

Mino tersenyum, lalu mendekat dan berdiri sejajar dengan kursi roda sang kakek.

Mino tak tau apa yang membawanya kemari setelah sekian lama. Setelah menghabiskan dentingan jam dengan berdiam diri, membuat benang kusut yang bahkan tak di coba untuk di luruskan, wajah kakeknya tiba-tiba muncul bagai sebuah jawaban dari rapalan doa. Ia tak bisa menanyakan soal Vampire pada sang Ibu tapi tentu ia bisa menanyakan seribu pertanyaan pada Kakeknya.

"Maaf menjadi cucu kurang ajar karna tidak menjengukmu, tapi aku serius ketika mengatakan aku merindukanmu. Ada beberapa hal yang membebaniku beberapa bulan terakhir dan karna aku mengetahui dengan jelas bahwa mengetahuanku masih jauh tertinggal, aku ingin memastikan beberapa hal."

"Apa terjadi sesuatu?"

"Bohong jika aku berkata tidak, tapi biarkan ini menjadi urusanku."

Pria tua itu mengangguk mengiyakan, sejak Mino lahir ke dunia ia tak pernah sekalipun berbicara dengan serius seperti sekarang. Hal apa yang membebani cucunya hingga ia membuat kerutan dahi dengan sebegitu dalamnya?

"Apa Vampire juga seorang penyihir?"

Huh?

"Kenapa kau berpikir demikian?"

"Tentu karna aku memiliki alasan."

Mino menundukkan kepalanya, mempertemukan obsidian gelap miliknya dengan sang Kakek.

"Bisakah kau menjelaskannya?"

"Mereka bukan penyihir, hanya saja Pemimpin mereka bernasib baik karna menikahi Vampire dengan kemampuan istimewa."

Sang Kakek menatap lurus, memutus kontak mata yang tanpa sadar terjalin.

"Ratu Eugene merupakan Vampire dari klan Origin, ia seperti penyihir karna memiliki kecantikan abadi dan membuat dinding pembatas yang tak kasat mata untuk melindungi kaumnya, sebagai bonus, ia dapat melihat apa yang akan terjadi. Kau pasti tau jika mereka tinggal di Hutan dan membangun koloni besar bukan? Kau pasti bertanya-tanya bagaimana mungkin kastil megah itu tak pernah terlihat? Kini kau tau jawabannya."

"Apa ia masih hidup?"

"Tidak, ia telah mati beberapa abad yang lalu dan kau harus bersyukur karnanya. Ia tamak, keji, dan tak mengenal ampun. Namun ia juga ceroboh karna berusaha mengubah masa depan."

"Apa ia mati karna gagal mengubahnya?"

"Ia mati dengan misterius, penyebab kematiannya di rahasiakan hingga saat ini. Namun, ia tidak mati dengan sia-sia. Ia berhasil menghasilkan keturunan yang sama kejinya."

"Kau pernah bertemu dengannya?

"Tentu. Putri dengan kecantikan mematikan. Ia memiliki pemikiran tak terduga, hingga bahkan sang Ratu meragukan masa depan Kaumnya."

Kecantikan mematikan, pemikiran tak terduga, keturunan yang sama kejinya. Apakah Putri yang Kakeknya maksud sama dengan Putri yang ada dalam pikirannya?

"Jika memang ia sehebat yang kau katakan, kenapa ia tak pernah memunculkan batang hidungnya? Atau jika memang perilakunya sangat keji, kenapa selama puluhan tahun belakangan tak pernah ada kasus besar seperti peperangan?"

"Karna Ayahnya menyimpannya seperti porselin, menyiapkannya hingga ia cukup hebat untuk dipamerkan. Banyak rumor beredar mengatakan jika gadis itu sering berada di sekitar kita, hanya saja kita tak menyadari statusnya. Ada Serigala yang kini menjadi tawanan mengaku pernah bertemu dengannya ketika sedang menyantap manusia, pakaiannya seperti gadis Sekolah pada umumnya dan kekuatan kecil yang di keluarkannya memiliki efek yang dahsyat. Seperti rumor yang beredar, ia memiliki tato pada tulang selangkanya."

Mino terdiam, lidahnya kelu hanya untuk mengucap sepatah kata. Jika memang gadis itu Seulgi, apa memang kekuatannya sehebat itu? Itukah alasan ia sering mengancam untuk membunuhnya? Tapi jika memang benar, apakah tawaran berdamai yang gadis itu berikan hanyalah semu? Sebegitu bencinyakah mereka pada kaumnya? Hingga sang Putri terjun langsung untuk mencoba menggodanya.

"Menurutku, anak itu tidak setamak kelihatannya. Ia punya pemikirannya sendiri yang tak ingin ia bagi."

"Kini kau memihaknya?"

"Saat kali pertama aku melihatnya, aku bisa tau lewat bola matanya bahwa ia tak mengikuti siapa pun, ia memiliki jalannya sendiri. Dan dalam buku kuno yang seharusnya kau pelajari sewaktu kecil, disana tertera jika kedua kaum dapat bersatu karna cinta. Namun dalam buku itu, sang gadislah penyatunya. Ia bertaruh nyawa untuk kedua kaum meski peperangan tak bisa terelakkan."

Tunggu, tawaran perdamaian itu sudah di ramalkan?

"Buku kuno itu adalah buku tentang 'perdamaian' kan? Apa buku itu asal-muasal tentang janji perdamaian?"

"Ya, kisah itu menjadi legenda dan kami para Serigala masih menantinya."

"Bagaimana jika mereka berkhianat?"

"Aku tak pernah membayangkannya karna aku tak pernah memikirkannya. Saat kami menandatangani janji perdamaian, dimana kau tak hadir karna egomu, disana aku yakin bahwa dia memang penyelamat, meski mungkin akhir tragis akan menghampirinya."

Janji perdamaian ya? Ia memang menolak hadir karna merasa hal itu sangatlah konyol. Lihatlah sekarang, meski ada janji perdamaian bukankah mereka tetap tak berdamai dalam artian sebenarnya? Bahkan Seulgi berkali-kali mengancamnya. Tapi jika ia hadir bukankah ia dapat bertemu dengan Sang Putri?

"Apa masih banyak yang ingin kau tanyakan?"

"Apa kakek pernah mendengar tentang Hybrid? Kenapa para Vampire sangat takut pada kasta itu?"

"Hybrid? Bukankah mereka juga spesial karna terdiri dari 2 jenis? Vampire dan manusia?"

Mino Kembali terdiam, cukup tertegun setelah mendengar kata itu keluar dari mulut kakeknya, seolah memperjelas seberapa menjijikkannya asal-muasal kasta itu. Predator dengan mangsa? Cih.

Kini ia mulai memahami perasaan Seulgi, pantas saja gadis itu terlihat sangat marah. Namun ia cukup salut karna gadis itu mampu menahan amarahnya dan tidak gegabah untuk membunuh Jimin hingga detik ini, karna jika diingat-ingat gadis itu pertama kali membahas tentang Hybrid ketika ia hampir menerkam teman wanita Jimin. Apa ia sudah sadar Jimin Hybrid sejak saat itu?

"Hybrid memiliki kekuatan setara dengan Origin dan jika mereka melakukan penyempurnaan, mungkin Hybrid bisa menjadi lebih kuat. Namun karna berdarah manusia, mereka juga mengancam. Untuk saat ini para Vampire masihlah licik, mereka masih berburu manusia dan jika Hybrid ikut campur, membayangkan setetes darah manusia adalah kemustahilan."

"Kau tau mereka melanggar janji perdamaian dan kau membiarkannya?"

"Saat ini bukan masa ku, generasimu lah yang harus mengawasi. Dan bukankah Serigala juga masih berburu manusia?"

Mino menggaruk belakang kepalanya, menghindari tatapan sang kakek karna tak mampu mengelak fakta memalukan atas kaumnya.

"Kau harus mengetahui satu hal bahwa gadis itu tidak bisa diremehkan, ia jauh lebih baik dari seluruh Pemimpin Vampire yang ada."

Merasa tak mendapat jawaban, sang Kakek menaikkan pandangannya dan tatapan risau dari sang cuculah yang didapatkannya.

"Kau harus berhati-hati, ada sebuah kutukan yang jarang Serigala ketahui. Kami para tetuah menyimpannya agar kaum kita terus berlanjut dan tidak berhenti pada luka kehilangan."

"Aku tak mengerti."

"Serigala hanya mampu jatuh cinta satu kali dalam hidupnya."

Deg

Benarkah? Jadi itu kah alasan Seulgi selalu menyinggung soal perasaannya? Karna ia merasa Mino mencintainya dan akan bertekuk lutut padanya?

Tapi bagaimana gadis itu tau? Bukankah kakek bilang kaum mereka menyimpannya dengan rapat? Tapi lebih dari itu, mengapa ia bisa sangat yakin jika Mino mencintainya?

"Jika ia memutuskan untuk jatuh cinta maka ia akan memberikan segalanya, namun jika ia kehilangan cintanya dan kembali jatuh cinta untuk kedua kali, itu bukanlah cinta. Itu hanya rasa sepi dan duka akan kehilangan. Itu hanya hasrat untuk memiliki, hingga mereka tak akan merasa apa pun jika kembali kehilangan."

Sial. Jika ia mencintai Seulgi bukankah nasib percintaannya sangat tragis? Astaga, dosa apa ia sampai mendapat kutukan seperti ini.

"Putri dari Ratu Eugene memiliki kecantikan abadi, dan siapa pun yang melihatnya tak akan mampu melawan pesonanya. Jika kau sampai terjatuh padanya, kau tau akhir apa yang akan terjadi."

"Ramalan itu akan menjadi kenyataan."

"Ya, penyatuan kedua kaum dan cinta. Aku tak pernah menduga jika sampai kau orangnya."

Hey tunggu, ia orangnya? Apa ia bisa pinjam pemutar waktu? Kembali dimasa ia pertama kali menyadari keberadaan Seulgi dan mulai membencinya? Ia rasanya ingin kembali ke masa itu dan memilih menghindar. Bukan hanya satu anak tangga, ia justru terjatuh dari seribu anak tangga? Sial sekali nasibnya.

"Pertama, bukan aku orangnya. Bahkan jika memang benar pun aku tak sudi mengakuinya. Namun, apakah ada penawarnya? Hanya untuk berjaga-jaga."

"Penawar agar tidak jatuh cinta dengan sang Putri? Bukankah aku bilang itu sihir? Jika memang kau orangnya tentu saja itu sangat buruk bagimu, tapi itu lah yang terbaik untuk kaum kita."

"Jadi aku harus berkorban?"

"Jadi karna itu kau tiba-tiba datang menemuiku?"

Tunggu, apa?

"Bukan, astaga. Sejak kapan kau menyadarinya? Maksudku, aku tak sedang menjalin kasih atau dekat dengan Vampire apalagi Putri dari Pemimpin Vampire, kau membuatku terluka lagi karna mencurigaiku begitu."

Pria paruh baya itu menaikkan kedua sudut alisnya hingga menukik, senyum jahil tercipta di wajahnya.

"Aku bahkan belum membuat pernyataan apapun soal kedatanganmu, dan apa? Menjalin kasih? Justru kepanikanmu yang membuatnya terlihat jelas."

Ups, benar. Kenapa kau tiba-tiba panik Song Mino?

"Ekhm, apakah Putri pemimpin Vampire hanya satu? Bisa sajakan mereka memiliki pemimpin lain di wilayah berbeda."

"Tentu saja kaum mereka menyebar ke seluruh negri, namun pemimpin tertinggi mereka hanya satu."

Begitu ya, jadi sudah pasti Seulgi? Tapi bukankah akan sangat memalukan jika calon pemimpin mereka adalah Vampire yang sedang pubertas? Seulgi adalah gadis labil yang suka mencium sembarang orang. Lagipula Mino juga tak pernah menyaksikan kekuatannya secara langsung.

"Putri itu, apa kau tau siapa namanya?"




ㄧTHBVㄧ



Senin, hari yang sama dengan waktu berbeda. Setelah Mino ke Kastilnya dan mendengar kisah kelam tentang masa lalunya, Seulgi merasa ia terlalu membuang waktu hingga terlena yang mengakibatkan luluhnya dinding pertahanan hatinya.

Bodoh. Kenapa ia sampai menceritakan masa lalunya? Bahkan kecurigaannya pada Jimin.

Jemari kurus gadis itu terus terketuk pada meja di hadapannya. Ketukannya tak berirama, menjelaskan seberapa kacau pikirannya.

Kriitt

Suara kursi yang tertarik mengembalikan kesadarannya. Oh, itu Jimin.

"Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

"Hm? Ya, ada yang sedang ku pikirkan tapi itu bukan hal serius."

Jimin mengangguk mengiyakan dan keheningan menyelinap diantara mereka, membuat Seulgi menjadi yang pertama memecahnya.

"Mau membolos bersama?"

"Tiba-tiba?"

"Aku tak memaksa, jika kau tak berminat aku akan mengajak Taehyung."

"Hey, aku bahkan belum menolaknya. Memang kau ingin membolos kemana?"

"Kemana saja, aku merasa suasana hatiku akan memburuk jadi aku butuh udara segar."

Sebenarnya Jimin agak keberatan untuk membolos, ia terkenal sebagai siswa teladan sejak kecil bahkan ia tetap memaksa masuk Sekolah meski sedang sakit, tapi menolak ajakan Seulgi dengan Taehyung yang menjadi opsi pengganti agak membuat dirinya dongkol.

"Baiklah, ayo keluar sekarang sebelum Guru Kim datang."

Jimin mengambil tas Seulgi yang berada di atas meja dengan tangan kanannya selagi tangan kirinya menggenggam tangan gadis itu. Membolos bersama entah kenapa terdengar agak romantis di telinganya, bukankah itu dapat juga di sebut berkencan? Apalagi mereka saling menyukai.

"Mau ke pantai?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Ke rumahmu bagaimana?"

"Rumahku? Bukankah kau bilang ingin cari udara segar?"

"Ya, dan ini sudah cukup. Aku hanya perlu keluar ruangan, mengambil beberapa tarikan nafas panjang hingga udara yang masih alami ini memenuhi paru-paruku dan selesai. Suasana hatiku sudah jauh membaik."

"Wow, semudah itu? Lalu apa yang akan kita lakukan di rumahku? Lagipula jarak dari Sekolah ke rumahku cukup jauh dan aku tidak memiliki kendaraan pribadi."

"Menonton? Sekedar informasi, menghabiskan waktu bersamamu masuk ke dalam daftar hal yang aku sukai, jadi menempuh jarak yang cukup jauh menggunakan bus bukan masalah untukku."

Awch, bahaya. Jantung Jimin ingin meloncat. Bagaimana bisa gadis itu mengatakan hal manis dengan suara selembut permen kapas?

"Baik, Tuan Putri. Permintaanmu adalah perintah bagiku."

Seulgi tertawa dan mereka pergi ke halte terdekat.

Mendengar Jimin memanggilnya Tuan Putri cukup mengiris hatinya. Fakta bahwa gadis itu akan menjadi Pemimpin dengan Jimin yang akan menjadi salah satu kaumnya membuatnya tertampar. Dan apa katanya? Permintaan adalah perintah? Apa ia akan menuruti setiap perkataan Seulgi jika tau fakta sebenarnya? Dan sial, kenapa ia seperti berhadapan dengan Peter. Lamunannya terpaksa berhenti begitu bus yang akan mereka tumpangi sudah tiba.

"Oh ya Seul, orang tua Nayeon kembali pukul 3 jadi kita harus keluar sebelum itu."

"Okay, lagipula ini masih pagi kita masih punya banyak waktu."

Mereka saling melempar senyum, terlihat sangat serasi karna bentuk mata yang serupa. Namun sayang, senyum seindah bulan sabit itu nyatanya memiliki banyak kekhawatiran. Jimin memutusnya, memainkan jemarinya dengan gelisah, "Kapan-kapan ajak aku kerumahmu ya?"

Seulgi terdiam beberapa saat lalu memasang wajah menjengkelkan, "Nanti ya jika kau sudah tampan, Ayahku hanya mengijinkan pria tampan kerumah."

"Astaga, jadi aku kurang tampan?"

"Jika dibandingkan Taehyung, tentu saja."

"Wah hatiku sakit sekali."

Seulgi tertawa kencang, sejak kapan Jimin sangat lucu? Mereka saling melampar candaan hingga tanpa sadar waktu sudah terlewat cukup lama dan kini mereka sudah berada dirumah Jimin, atau rumah keluarga Nayeon lebih tepatnya.

Pria itu mengambil kunci dibelakang pot bunga lalu keduanya membuka sepatu mereka dan membawanya ke kamar Jimin. Seperti bunuh diri bukan? Mereka membolos namun malah pulang kerumah seperti anak TK yang tak tau tempat kabur lebih baik selain rumahnya.

"Aku ambil camilan dulu ya?"

"Tak usah, aku sedang berdiet."

"Diet? Kau sudah kurus begini dan ingin diet? Kau ingin sakit huh?"

"Kau bukan seorang gadis, kau tidak tau mengapa mereka yang bahkan kaum pria sebut kurus ingin berdiet. Kau saja sana yang makan, aku tak akan menyentuhnya."

Gantian Jimin yang dibuat tertawa oleh gadis itu, Seulgi lucu sekali ketika mengomel meski nyatanya gadis itu memang hobi melakukannya.

"Baiklah, aku akan menemanimu berdiet."

Aw Seulgi tersentuh, ia mengecup pipi Jimin sekilas lalu berkata, "Terima kasih, aku terharu."

Pria itu hanya membalasnya dengan tawa kikuk, nanti ia akan balas dendam ke Seulgi karna sembarangan membolak-balik hatinya, ya meskipun ia menyukainya.

"Mau menonton film apa?"

"Kau suka genre fantasi tidak? Aku sudah lama tidak menonton Twilight."

"Baiklah kita menonton itu saja."

Jimin menyalakan laptopnya sedangkan Seulgi menatap sekeliling kamar Jimin dan senyumnya mengembang ketika barang pemberiannya tergantung dengan cantik.

"Ini."

Pria itu memberikan Seulgi selimut untuk menutupi pahanya yang terekspos juga bantal sebagai sandaran gadis itu. Perhatian sekali kan?

"Apa kau suka dream catcher pemberianku?"

"Tentu saja, itukan barang pertama yang diberikan calon kekasihku dan sangat istimewa karna ia membuatnya dengan tangannya sendiri."

"Ya dan aku membuatnya ketika calon priaku menelpon karna terus bermimpi buruk."

Mereka berdua tersenyum setelahnya dan tangan Jimin terangkat untuk sekedar mengelus wajah Seulgi, memandang gadis itu dengan tatapan memuja.

"Aku ingin mengatakan banyak hal padamu Seul."

Seulgi menggengam tangan Jimin yang ada diwajahnya, mengelusnya dengan ibu jarinya. Film yang akan mereka tonton bahkan belum dimulai, namun suasana manis antara keduanya sudah tercipta dengan sebegitu cepatnya.

"Aku selalu bermimpi buruk tentang masa kecilku, bagaimana Ayah dan Ibuku mati juga bagaimana seorang wanita hendak membunuhku. Aku tak tau makhluk seperti itu ada di dunia nyata, aku tak memaksamu untuk percaya tapi aku tidak berhalusinasi. Aku melihat Vampire dan Serigala seukuran orang dewasa."

Oh, haruskah Seulgi memasang wajah terkejut?

Skenario awal yang terkuak itu sama persis seperti dalam ingatannya. Ia bahkan belum memulai menginterogasi pria itu namun Jimin sudah lebih dulu memulainya.

"Wanita itu mencekikku, mengatakan hal tak masuk akal dan bahkan tak layak didengar oleh anak seusiaku. Aku tak bisa mengingatnya dengan jelas namun ia membunuh Ayahku, wanita itu mematahkan lehernya. Ia tak sendiri, ada seorang pria yang membawa potongan kepala Ibu dan melemparkannya padaku tanpa rasa manusiawi."

"Kau tak perlu melanjutkannya Jim-"

"Aku ingin kau mengetahuinya Seul, aku ingin kau tau semua tentangku. Bukankah itu tujuanmu kesini?"

Seulgi tertegun, Jimin sangat mempercayainya. Bagaimana ini? Hati dan pikirannya ternyata masih belum sejalur dan ia harus mencoba berpikir rasional saat ini. Jimin tak perlu melanjutkan, karna Seulgi sudah cukup memastikannya. Tapi sekedar membayangkan jemarinya mencekik dan mematahkan leher Jimin saja Seulgi tak mampu.

"Lalu ada Serigala besar datang dan menyerang wanita itu, dan saat itu aku melarikan diri. Aku bersembunyi di lemari kecil di ujung ruangan dan serigala besar itu mati mengenaskan. Wanita itu sangat kuat, aku tak tau Vampire sekuat itu."

Tunggu, jadi Jimin bersembunyi di lemari? Ia bahkan masih berada di ruangan yang sama namun Seulgi tak bisa mencium baunya. Bukankah Hybrid terdengar sangat hebat?

Entahlah tapi Seulgi merasa sedikit terhina, ia merasa kastanya bukan apa-apa dibanding Hybrid.

"Jimin, bagaimana kau bisa tau wanita itu Vampire?"

"Ia sama seperti manusia pada umumnya hanya saja ia memiliki taring dan bola mata berwarna merah, aku juga mendengar kata Vampire keluar dari mulutnya ketika berkelahi dengan Ayah."

Ayah?

Ayah katanya?

"Kau lah pembunuh sebenarnya."

Tidak, Seulgi tidak membunuh Laura. Daniel yang melakukannya.

Pria itu penghianat yang berselingkuh dengan manusia. Dan manusia jalang itu adalah Ibu dari pria dihadapannya.

Seulgi menunduk, tangannya yang semula mengelus tangan Jimin kini mencengkramnya. Mata Seulgi memerah dan taring itu hampir muncul sebelum Jimin memeluknya erat.

"Dan kau hadir, kau mengobati rasa traumaku. Terima kasih Seul, terima kasih karna Tuhan mengirimmu untukku. Aku tak tau bagaimana aku menjalani rasa traumaku ini hingga kau datang dan menjadi penyembuhnya."

Mata Seulgi membulat sempurna dan bahunya terasa basah.

Jimin menangis.

"Aku mencintaimu dengan segenap hatiku, hanya melihatmu, melihat benda pemberianmu, hatiku langsung terasa tenang. Aku selalu takut jika Vampire itu kembali dan membunuhku, namun jika memang hal itu akan terwujud setidaknya kau sudah tau betapa aku tulus mencintaimu."

Menyedihkan.

Jimin, Vampire itu kembali. Wanita yang dulu mencekikmu kini ada dalam pelukanmu. Wanita yang sangat kau takuti adalah wanita yang sangat kau cintai. Vampire pembuat trauma itu bahkan kini menjadi penyembuhnya.

Bagaimana Jimin? Nasibmu sial sekali bukan? Apa kau akan lari setelah tau kebenarannya? Atau justru menggenggam tangannya dan memohon untuk membawamu bersamanya?

Seulgi adalah pendosa besar, dia tidak hanya membunuh nyawa seseorang namun juga merusak mental orang tak bersalah. Dia lah yang harusnya diikat pada besi perak, dia lah yang harusnya mati.

Seulgi balas memeluk Jimin dan matanya berkaca-kaca, ia menyadari dengan jelas kesalahannya.

Matanya menatap dream catcher buatannya yang ia rancang dengan bahan milik Ibunya, dalam hati ia memohon ampun karna tak menjadi anak yang diharapkan. Ia bahkan memohon ampun pada Laura karna belum bisa membalaskan dendamnya.

Bibir merahnya terbuka, memperjelas bendera kekalahan yang telah ia kibarkan. Dan Seulgi, Putri dari pemimpin Vampire kini telah menjadi pembelot.

"Aku juga mencintaimu Jimin dan aku berjanji akan selalu melindungimu."




TBC




Noted: Ini chap terpanjang kayaknya sampe 3k lebih dan ternyata banyak banget perombakan hehe, untuk karakter Jimin kenapa dia bisa fall over hells sama Seulgi karna dia udah kehilangan cintanya dari masih kecil jadi ketika dia mulai jatuh cinta lagi dia pasti gamau kehilangan karna rasa traumanya dulu. ini hanya sekedar informasi bagi yang udah lupa atau ngerasa karakter Jimin 'too easy', maaf klo aku kurang bisa nyampein karakter semua tokoh ya. btw semoga sukakkk and i lafyu all stay healthy yaa <3

Xie Xie, next.

Continue Reading

You'll Also Like

68.6K 6.9K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
232K 34.9K 63
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
71.5K 3.2K 49
Almeera Azzahra Alfatunnisa Ghozali seorang dokter muda yang tiba-tiba bertemu jodohnya untuk pertama kali di klinik tempatnya bekerja. Latar belakan...
452K 8.4K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.