Crazy Network Engineering (di...

بواسطة eleventhusiast

94.7K 15.5K 4.1K

[elschool: 01][ft.Sehun & millenial sq] Menjadi wali kelas 10 TKJ awalnya seolah menjadi bencana bagi Jisoo... المزيد

Penghuni CNE
Buana Purwaraga
01:: Kenapa dipanggil Bunda?
02:: Sekte penyembah cilor
03:: Kepemilikan
04:: Nagara dan tingkah ajaibnya
05:: Yudistira dan kucing whisky-nya
06:: Doumma dan mama mudanya
07:: Kazran dan kekagumannya
08:: Baskara dan konco mesranya
09:: Beda rasa, Beda Tuhan
10:: Reswara, Yudistira, dan Masa lalu mereka
11:: Buana Boys
12:: Aa' dan perjuangannya
13:: Petugas upacara
14:: Leandra dan Ziana
15:: Arjuna dan panahnya
16:: Suaka marga fakboy
17:: Nagara bukan kuda lumping
18:: Bunda sakit, Kita khawatir
19:: Sepuluh ribu rasa
20:: Untuk perempuan yang sedang dipelukan
21:: Patah dan tumbuh
22:: Kanaya si tameng pelindung
23:: Mendapat sebuah jawaban
24:: Pengantin dadakan
25:: Benang merah yang kusut
27:: Gerakan bawah tanah sekte p.c
28:: Pertandingan dadakan dan nongki sans
29:: You're my person, you're my home
Batas republish
30 :: Segitiga sama sisi
31:: Crying babyyyy
32 :: Chandu
33 :: Anggota baru sekte
34 :: Tragedi kolor bunga dan hoodie butut
35 :: Jmeet
🎬
36 :: Biji jagung

26:: Gula aren dalam kue putu

1.8K 312 141
بواسطة eleventhusiast

Setelah pelajaran prakarya kewirausahaan, kelas 10 TKJ berhamburan keluar kelas untuk menuju ke lab komputer, karena Minggu ini adalah jadwal mereka untuk praktek.

Sebagai salah satu siswa yang salah jurusan, Guanlin ingin sekali melarikan diri. Tapi tetap saja, ancaman dari shuhuaㅡ pacarnyaㅡberhasil membuatnya takut dan tetap mengikuti langkah kawan sekelasnya menuju lab.

Dan karena kelas Shuhua ada di hadapan lab, Guanlin melongokan kepalanya kedalam kelas gadis ituㅡyang saat itu ada guruㅡlalu melambaikan tangannya dan tersenyum manis pada sang pacar.

Shuhua? Malu.

"Guanlin!" Peringat Irene yang tengah mengajar saat itu.

Guanlin tersenyum lagi, "selamat siang Bu." Katanya.

Guanlin itu tipikal orang yang berani ambil resiko, jadi Shuhua yang semalam marah pada Guanlin karena anak itu kembali ikut nongkrong dengan geng Timur pun tau kalau kedatangan Guanlin saat ini bukan hanya untuk menyapanya.

Dan benar saja, ia menghampiri Irene lalu menyalami tangannya, "saya mau nitip pesan buat salah satu murid ibu"

Irene yang khatam kelakuan salah satu anak muridnya itu menghela nafas pelan, "Siapa memangnya?"

Shuhua yang duduk di barisan depan itu menyembunyikan wajahnya yang malu dengan menunduk dan melanjutkan kegiatan menulisnya.

"Untuk shuhua, putri satu-satunya ayah gibran ... bilang ke dia jangan marah lagi sama saya, tolong sampaikan ya Bu," Ujarnya.

Irene mengangguk, "Iya, nanti saya sampaikan, kamu kembali ke kelas sana"

"Permisi Bu, ohㅡbilangin juga ke dia, jangan nunduk mulu soalnya saya hari ini lagi ganteng, mubadzir kalau enggak dilihat."

Kemudian sorakan pun datang dari teman-teman Shuhua yang seluruhnya adalah perempuan.

"Guan..."

Irene hampir kesal, benar kata Jisooㅡadik iparnya itu memang tengil. Jadi harus extra sabar menghadapinya.

Guanlin terkekeh, menghampiri shuhua untuk memberikan satu buah permen lalu pergi keluar kelas yang mana ternyata sudah ditunggu oleh Haechan di depan pintu lab.

"Hmm bagus, lancar ya modusnya?" Kata Haechan.

"Modus sama pacar sendiri mah halal," kelakarnya seraya merangkul Haechan untuk masuk kedalam lab.

Ia menoleh sesaat, dan pandangannya bertemu dengan milik shuhua. Gadis itu terlihat terkejut, perasaan Guanlin pun membuncah saat itu.

Senang.

Sementara itu, Shuhua menoleh karena setelah melihat tulisan dibalik bungkus permen yang Guanlin berikan.

Jangan marah dong katanya, dihiasi emoticon kuning dengan mata berbinar-binar.

"Udah tau pacarnya galak, masih aja ikut nongkrong sama orang-orang gak bener" komentar teman Shuhua sambil melihat objek yang Shuhua amati itu.

"Emang nyari mati dia tuh jie.." kata Shuhua sambil terkekeh kecil.

Memang benar, mau se-galak apapun Shuhua sebagai pacar... Guanlin tetaplah Guanlin yang nakal dan suka mencari ulah.

***

Setelah mendapat kabar adik kecilnya hendak dipersunting oleh kawannya, Kai bergegas pulang untuk menemui merekaㅡterutama kawannya.

Dan kini disinilah mereka, duduk berhadapan untuk mengobrol, di cafe milik kekasihnya.

"Persiapan lamarannya udah rampung?" Tanya Kai

KawannyaㅡSehun itu pun mengangguk dan menyesap kopinya, "dibantu anak-anak"

"Barudakna si alin? Yang pernah diceritain itu?"

"Iya, gua mau nyelesain kerjaan dulu, biar nanti bisa cuti panjang"

"Walah, biar bisa berkembang biak, gitu?"

Sehun dan Kai tertawa, terkoneksi pada pembicaraan 18+ yang satu itu.

Oh ... jangan tanya, se-alim apapun orang itu (dibaca: Sehun) kalau sedang bersama Kai pasti melenceng juga.

"Lu mau punya buntut berapa hun sama si Chu?"

"Ya sama si adek doang, emangnya sama siapa lagi sih?"

Kai sedikit berpikir kemudian berkata, "Yeeh, bukan gitu maksudnya cuy"

"Iya paham , tapi rencananya sih mau punya 18"

"Mau bikin komunitas atau boyben Korea ai sia?" Heran kai, sampai-sampai ia mengeluarkan bahasa Sunda kasar dari mulutnya.

"15 anak muridnya, 3 hasil gua sendiri" lanjut Sehun.

"Anak batur etamah, blegug" balas Kai.

(*Anak orang itumah, bego)

"Mereka akrab sama gua, ya meski gak semuanya sih ... Tapi Jisoo bilang dia sayang mereka, jadi gua juga harus sayang mereka"

"Kenapa gitu? Lagian katanya dia ngajar di SMK, emang anaknya pada baik? Biasanya kan pada bandel"

Sehun mengangguk, "Jurusannya TKJ sih bukan mesin, jadi masih pada baik. Malah si Guanlin yang bandel mah."

"Udah nggak aneh sih, dulu aja motor si ceye dia pilox terus digambar Otong , kan?"

"Kalau bicarain itu, gua jadi inget lagi kejadian setelahnya" kata Sehun diiringi kekehan kecil, mengingat masa lalu adiknya.

"Apa emangnya?"

"Dia dihukum sama mbu, bersihin halaman rumah pake sempak doang"

Kai tertawa, "pantes aja si ceye bilang ke gua mampus tuh si malin, otongnya diekspos ke tetangganya, besok-besok mau gua potong sekalian mana sambil emosi banget"

"Wajar, itu motor pertamanya, habis itu si alin juga kapok gapernah jailin gambar Otong lagi."

Yahㅡpertemuan antara Kai dan Sehun saat itu bukan hanya membicarakan tentang persiapan pernikahan, tetapi juga bernostalgia tentang masa lalu.

Meski mereka tidak ada di sekolah yang sama disaat SMA, keduanya memiliki beberapa kenangan bersama cukup banyak.

"Oh ya, gua denger-denger katanya doi bang Suho kerja disana?" Tanya Kai setelah obrolan mengalir selama setengah jam.

"Iya, Irene" jawab Sehun.

Kai yang tengah minum itu pun tersedak, "Loh? Orang yang dulu pernah suka sama lu dong? Yang suka ngirim roti bakar waktu istirahat itu kan?"

Sehun mengangguk, "sekarang dia jadi temen deketnya Jisoo"

"Masih cantik hun?"

"EKHM!" Deham pacar kaiㅡ Jennieㅡyang tengah membereskan meja di belakang kai, ia membanting kain lap ke atas meja hingga membuat suara yang cukup nyaring.

Kai bergidik ngeri, pacarnya itu emang kayanya masuk kesebelasan macan asia. Ganas banget, cocok buat Kai yang suka oleng kesana-kemari.

"Yang pasti masih cantikan njen abang tercantik dong, yakan hunn??" Katanya sambil mencolek pinggang Jennie, yang mana langsung kena sabet oleh lap ditangannya.

"Bullshit!"

Lalu Jennie pergi dan Kai berkata, "Untung Jisoo enggak se-galak dia ya hun?"

"AKU DENGER YA!"

Kai memejamkan matanya, meringis lagi, "Maafin Abang, sayang!"

Yahㅡuntungnya saat itu sedang jam kerja dan sekolah, jadi cafe tersebut hanya ada mereka didalamnya.

"Iya, dia masih cantik, tapi tetep enggak ngalahin milik gua." Kata Sehun.

"Anjay bucin"

Jennie datang kembali bersama nampan berisi camilan dan kue, meletakkannya diatas meja lalu berkata, "kapan nyebar undangannya hun?"

"Makanya nih ya njen, kalau Abang ngomong tuh denger, Sehun baru mau lamar Jisoo jadiㅡ

"Aku gak bicara sama kau ya bang," ketus Jennie dengan logat medannya.

"Ya Tuhan..." Lirih Kai.

"Insyaallah bulan depan, nanti dikabarin lagi."

"Nah kebetulan nih, aku punya kawan yang buka jasa bikin undanganㅡ

"Ujung-ujungnya promosi..."

"Eit! Ini tuh membantu bisnis kawan bang, kau harus mengerti!"

"Iyaiyaa"

Sehun pun menyimak perkataan Jennie yang diselingi perdebatan dengan Kai. Pada akhirnya ia tertarik saran gadis itu.

Alhasil ia mengambil buku catatan didalam tas kecilnya, lalu mencatat nomor serta alamat tempatnya.

"Kalau sekalian sama cafe ini bisa?"

"Hah?gimana?"

"Buat hidangan dessertnya, jujur gua suka sama minuman dan makanan disini, biasanya kalau masuk selera gua, ke Jisoo juga sama."

"BOLEH BANGET LAH!" Pekik Jennie dengan semangatnya, ia bahkan sampai memukul-mukul bahu Kai dengan gemas.

"Akhirnya aku bisa bikinin hidangan buat acara nikahan bang!!"

"Aduh, jangan dipukul juga lah akunya.."

"Aku eksaitid banget!!"

Sehun menggelengkan kepalanya pelan, lalu menatap buku catatan persiapan pernikahannya.

Ia kembali melihat lembar awalnya, dan dirinya tersenyum disaat mendapati tulisan Jisoo disana.

Itu adalah tulisannya beberapa tahun lalu, disaat ia hendak menempuh pendidikan S-1 nya.

Katanya, mimpinya selain menjadi guru adalah menjadi ibu dari anak Sehun. Yah, meskipun terdengar seperti harapan picisan, Sehun menanggapinya serius.

Karena hubungan mereka memang tidak se-lancar yang dilihat, sudah cukup banyak masalah yang mereka lalui di belakangㅡbahkan sampai kata putus pun pernah terlontar dari mulut Jisoo, tapi akhirnya disinilah mereka...

Dekat pada hari dimana mereka akan berjanji dihadapan Allah untuk sebuah ikatan suci.

Sehun rasa masa-masa sulit mereka itu sepadan dengan apa yang hendak mereka dapatkan itu.

Sangat sepadan.

***

"Lia, aku ramal instalasi windows kamu kali ini gagal"

Lia yang tengah serius membaca perintah di komputer itu menoleh lalu memukul pelan bahu Jaeminㅡorang yang iseng mendoakan kegagalannya pada praktek kali ini.

"Jangan gitu!"

"Lia jangan dengerin jaemin" Kata Seonho yang tiba-tiba nongol diatas komputer Lia, yang mana usut punya usut dirinya duduk di depan Lia.

"Yang ada jangan dengerin lu ho, bisa-bisa nanti ada komputer meledak lagi!" Cetus Jaemin.

"Ih jaem gaboleh gitu!" Tegur Lia.

Jaemin tercengir, "canda hoho-ku sayang"

Seonho cemberut kemudian berkata, "Hoho sayangnya sama Lia, bukan sama Jaemin"

Anak itu kembali duduk, dan jaemin melancarkan aksi mengganggu Liaㅡoh ya, saat itu mereka memang dikelompokkan menjadi dua orang per kelompok. Tujuannya adalah untuk membantu satu sama lainㅡbukan menganggu salah satunya seperti yang Jaemin lakukan.

"Pak bin! Liat, Haechan malah main game kartu sama Guanlin!" Adu Somi sambil menggeplak mereka berdua dengan buku laporan praktek miliknya yang cukup tebal.

Pak Bin atau lengkapnya Pak Bintang itu sedang mengecek hasil kerja kelompok 1, ia menoleh dan terkekeh, "Biar aja, asal sudah."

"Noh denger!" Hardik Haechan.

"Emangnya lu udah?!" Tanya Somi

"Ya belom lah!"

"Tuh kan pakㅡ

"Yaudah Somi, kamu tukar kelompok sama Guanlin, biar kamu yang jadi partner Haechan." Kata pak bintang, final.

Guru itu memang sangat santai, tidak mau ambil pusing pada permasalahan anak muridnya dan mengambil jalan tengahㅡmeski seringkali tidak disukai sebelah pihak.

"Yah pak???"

"Atau kamu mau jadi partner Seonho?"

"Seonho, kamu anak baik tapi suka meledakkan komputer, jadi mama minta maaf kali ini harus pilih si Haechan laknat....." lirih Somi dalam hati.

"Sama Haechan aja pak..." Ujarnya.

Guanlin tersenyum penuh arti lalu mencolek bahu Haechan. Lelaki itu sendiri membalasnya dengan cengiran tertahan, yang entah kenapa sangat ingin ia tampilkan saat itu.

Somi pindah ke samping Haechan, "Kerjain!" Galaknya.

"Dih? Apa?"

"Kerjain instalasinya, terus catet di laporan, Haechan!" Gemas Somi.

"Ajarin dong.."

"Masa gitu aja gabisa? Giliran install game aja bisa!"

"Ngomel mulu, Mark nya jalan sama cewek lain ya?"

Somi menatapnya kesal, "tau ah!"

"nih ya Som, kalau jadi Mark, gua gaakan jalan sama cewek lain." kata Haechan, ia bahkan sampai memutar duduknya jadi menghadap somi yang ada di samping kanannya.

"Sumpah ya Chan, lu mau gua tampol...?" Tanya Somi, jengah.

Haechan menahan senyumnya, menatap Somi begitu dalam, "Soalnya lu itu lucu banget kalau lagi ngambek, jadi mana mungkin cuma jalan? mending sekalian pacaran aja ya kan?, biar bisa liat muka ngambek lu yang lucu ini"

"Sumpah? Lu? Gak jelas? Banget????"

Guanlin dan Jeno yang duduk di meja samping kiriㅡterhalang oleh jarakㅡ pun saling memandang dan menghela nafas.

Udah bagus dikasih kesempatan, malah ngomongin hal yang gak penting.

Emang paling bagus tuh Somi tampol Haechan aja deh ya??

"Kata Hakkam, kakaknya ini jelas banget, ganteng lagi" balas Haechan

"Matanya minus kali"

"Dia minum jus wortel tiap hari, sama bala-bala yang ada wortelnya juga, jadi matanya masih bagus."

"Bilangin ke Hakkamㅡ

"Kalau kakaknya ganteng?"

"Bukan. Bilangin ke dia turut berduka cita karena harus lahir jadi adik lu." Kata Somi dengan pedasnya, seperti sablak level 15.

Heejin yang duduk didepan Haechan itu menahan tawanya yang hendak meledak, sebab sejak tadi ia menguping pembicaraan kedua orang itu.

Junkyu yang kali ini jadi partnernya pun berdecak kagum, "bisa-bisanya gua enggak ngantuk lagi denger obrolan mereka."

Wajah Heejin memerah, dan Junkyu yang menyadarinya pun berkata, "Nafas jin!"

Tawa Heejin pun meledak, yang mana langsung membuat seisi kelas terkejutㅡbegitu juga Junkyu.

Habisnya Heejin ketawa kaya kesurupan, anjir.

"Woy eta budak kunaon?!" Pekik Hyunjin yang tengah menulis laporan, ia langsung berdiri dan loncat ke pinggir Heejinㅡkarena bangkunya ada di samping kiri Heejin.

"Ruqyah mble, bisi kerasukan jurig lab!" Pekik Jaemin.

Hyunjin hendak memegang kepala Heejin namun suara tangisan dari pojok kanan membuatnya berdiri mematung.

"SEPUPU LU YANG KERASUKAN WOY!!" Heboh Haruto, anak itu yang biasanya sok swag pun lari kebelakang Pak Bintang dan melongo seperti anak dongo.

Mereka jadi kelimpungan saat itu, terlebih Hyunjin yang langsung ngacir bersama Jeno untuk menemui Pak Mulyadi untuk mengeluarkan arwah yang merasuki tubuh Yeji.

Karena siang itu, kondisi Yeji memang sedang tidak fit, ditambah ruangan lab itu memang masih terhitung baru dan katanya ada penghuninya. Yang mana jika ruangan itu gaduh, pasti ia akan merasuki salah satunya.

Ahㅡ beberapa saat lalu juga kakak kelas mereka ada juga yang mengalaminya.

Benar saja, setelah menangis, Yeji langsung menggebrak meja dan marah-marah. Mengatakan kalau mereka mengganggunya, dan menasehatinya dengan bahasa sunda kasarㅡnadanya khas seperti kakek-kakek sepuh.

"Punten, ini siapa ya?" Tanya Jaemin yang memberanikan diri.

"Aing teh sepuh didieu, saria teh gandeng pisan, ngaganggu aing nu keur istirahat!"

(* Saya itu sesepuh disini, kalian berisik banget, ngeganggu saya yang lagi istirahat)

Okeㅡ bayangkan saja Yeji marah-marah seperti itu sambil memejamkan matanya, Jaemin ingin tertawa tapi takut durhaka. Ia lantas kembali berkata, "Budak ieu teu salah nanaon bah, rerencangan abdi nu lain ge sanes rek ngaganggu..."

(* Anak ini gak salah apa-apa bah, temen saya yang lain juga bukan maksud ingin mengganggu)

"Aing teu paduli, intina saria ngaganggu katenangan aing, budak ieu ge ngarasa kaganggu kusabab saria gandeng wae. Daripada kasiksa didieu jeung saria, mending ku aing bawa ieu budak."

(*Saya tidak peduli, intinya kalian mengganggu ketenangan saya, anak ini juga merasa kegaggu karena kalian berisik mulu. Daripada kesiksa disini sama kalian, mending sama saya bawa ni anak)

Heejin pun yang menjadi oknum tersangka kerasukannya Yejiㅡkarena gaduhㅡ hanya bisa terdiam sambil mengerejapkan matanya.

Renjun langsung menghampiri anak itu dan membawanya ke belakang, agar tidak terlalu dekat dengan Yeji.

"Ajun..." Lirih Heejin sambil meremat ujung seragam Renjun.

"Makanya, jangan ketawa keras-keras." Kata Renjun sambil menyentil dahi Heejin.

Pak Bintang menepuk bahu Jaemin kemudian menyuruhnya untuk mundur, lalu membacakan doa di depan telinga Yeji sambil memegangi anak muridnya itu.

"Aing resep ka budak ieu.. tong titah aing mangkat!"

(*Saya suka sama anak ini, jangan suruh saya pergi)

Jaemin pun menggerutu, "anying, teu tau diri aki-aki teh!" Yang mana langsung kena tepukan keras oleh Liaㅡah, entah sejak kapan gadis itu ada disampingnya.

Hyunjin dan Jeno kembali bersama Pak Mulyadi, diikuti oleh Jisoo dibelakangnya.

Pak Mulyadi menghela nafas sebelum kemudian merapalkan doa-doa untuk mengeluarkan sosok itu dari tubuh Yeji.

"Ini kenapa bisa jadi gini?" Tanya Jisoo pada Pak Bintang.

"Biasa, keganggu. Anak-anaknya berisik mulu."

"Ah..gitu rupanya..."

Jisoo pun mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas, dan Seonho ada di pojokan seorang diriㅡtanpa siapapun yang menyadarinya. Ia lantas bergegas menghampiri anak itu dan membawanya kedalam pelukan.

Kata Mama Seonho, anak itu mudah sekali panik dan diserang oleh kecemasan. Apalagi jika ada suatu hal asing menimpanya saat itu.

"Yeji gapapa kok, hoho jangan khawatir..." Bisik Jisoo.

Seonho memejamkan matanya, dengan tangan yang gemetar ia berkata, "b-beneran bunda??"

"Yaa, setelah ini semuanya bakal baik-baik aja. Hoho tarik nafas dulu yuk..."

Dengan sangat sabar, Jisoo membantu Seonho menarik nafas-lalu menghembuskanya demi mengembalikan pernafasan normalnya.

Guanlin yang awalnya fokus pada Yeji pun menoleh lalu menghampiri Seonho dan Jisoo, "Dia kenapa teh?"

"Panick attack.."

Bagai kakak yang menenangkan adiknya, Guanlin menggenggam kedua tangan Seonho dan menatapnya seraya mengatakan kata-kata penenang.

"Jangan liat Yeji, fokus ke gua!" Tegas Guanlin.

Seonho pun menuruti Guanlin, dan mulai mengontrol emosinya. Anak lelaki itu terlalu kalut berada di tengah-tengah kerusuhan kelas saat itu.

Jisoo mengusap rambut Seonho dengan lembut.

"Yeji gapapa ho, dia gapapa.."

Mungkin bagi orang lain situasi itu hanyalah sebuah keributan semata karena Yeji yang kerasukan, tapi bagi Seonhoㅡsemuanya terasa beda. Di matanya, keributan itu sangat nyata hingga membuatnya kacau dan panik.

Seonho memejamkan matanya lalu meremat tangan Guanlin.

"Kamu tenangin dia ya Lin, temenin terus, teteh mau liat kondisi Yeji."

Guanlin mengangguk, lalu Jisoo kembali pergi ke depan.

Yeji masih di kondisi yang sama, sepertinya sepuh itu sangat menyukai Yeji hingga sulit sekali melepaskannya. Namun beberapa saat kemudian, dibantu oleh doa anak-anak kelas, Yeji berhasil lepas.

Anak itu langsung jatuh ke pelukan Hyunjin yang ada di sampingnya.

"Bawa ke UKS." titah Jisoo.

Hyunjin hendak mengangkat Yeji namun ditahan oleh Jeno, "Kaki lu lagi cedera, biar gua aja."

Lelaki itu mengangkat Yeji kedalam gendongannya, lalu pergi ke UKS diikuti oleh Jisoo dan beberapa anak kelas.

Pak Bintang pun akhirnya memutuskan untuk menunda tugas laporan sampai Minggu depan, dan untuk yang belum berhasil menginstal diberi laptopㅡyang mana mengerjakannya di kelas, bukan di lab.

Saat di kelas, Heejin langsung dihampiri Haechan, Jaemin, dan Somi. Mereka menyalahkan Heejinㅡdalam konteks iseng, tapi anak itu menanggapinya serius.

"Gua kan gatau! Lagian echan sama Somi ngobrolnya aneh banget!" Bela Heejin dengan mata yang sudah memerah. Siap meluncurkan air matanya.

Tapi ketiganya masih saja lanjut mengisenginya. Karena melihat wajah kesal Heejin sangatlah menggemaskan.

AhㅡRenjun saat itu tidak ada, ia pergi ke toilet bersama Haruto dan Junkyu.

"Kok nyalahin gua sama Somi? Jelas-jelas lu yang ketawa kenceng banget" kata Haechan.

Kadang, sebuah candaan memang tidak selalu bagus dilontarkan. Apalagi jika tidak melihat situasi.

Mengingat Yeji yang hendak dibawa oleh sesepuh, Heejin jelas masih ketakutan. Tapi mereka bertiga tidak mengerti.

"Mangkanya cil, waktu lahir tuh diadzanin bukan disuruh nonton OVJ, jadi lawak kan idup lu" cetus Jaemin.

Heejin sedih.

Ia mengusap air mata yang mengalir dikedua pipinya, "Kalian kenapa sih? Kok nyalahin gua??"

"Emang lu yang saㅡ

Baru saja Haechan hendak kembali melontarkan perkataannya, Heejin sudah ditarik oleh Ryujin ke belakangnya.

"Goblok ya Lo pada?!" Kata Ryujin sambil melotot.

"Anjir? Kok jadi seriusan???" Heran Jaemin.

"Dek? Lu nangis beneran?" Tanya Somi khawatir, ia lantas hendak menarik lengan Heejin namun langsung ditepisnya.

"Benci." Lirih Heejin.

Harusnya mereka ingat, mau se-ceriwis apapun Heejin, hatinya masih sangat rapuhㅡtak tau kapan saatnya retak dan hancur.

Haechan langsung kelimpungan, ia menarik Ryujin agar pergi lalu membawa Heejin kedalam pelukannya, "Yaallah dek,echan bercanda. Enggak kok, bukan lu yang salah. Udah ya jangan nangis, jangan benci... Cup..cup..cup."

"Dek, liat muka jelek Jaemin!" Pekik Somi, Jaemin langsung bereaksi.

Lelaki itu menampilkan wajah konyolnya, hingga membuat Heejin tergelitik. Tapi karena gengsi, ia malah terdiam.

Renjun yang baru saja kembali dari toilet pun berdiri mematung di depan pintuㅡkarena melihat Heejin ada di pelukan Haechan, dan manik indahnya menatap Jaemin yang terlihat sedang berusaha menghiburnya.

Kalau saja diperbolehkan, Renjun ingin cemburu saat itu.

***

Irene terkekeh pelan, merasa kasihan pada Jisoo yang seharian ini disibukkan oleh anak-anak kelasnya.

"Mau gua pijit?" Tanya Irene.

Jisoo mengangguk, lalu mendekatkan kursinya ke dekat Irene.

"Kacau banget ya Jis?" Tanya Irene sembari memijat bahu Jisoo.

"Hm, sepuluh menit setelah siuman, Yeji malah kerasukan lagi ren. Katanya sih carang iga , ditambah anaknya lagi down banget, jadi sensitif banget lah."

Irene berdecak pelan, "anak itu emang udah langganan Jis, dulu waktu SMP juga gitu"

"Kok tau?"

"Pernah ngajar disana."

"Sesering itu ren?" Tanya Jisoo.

"Iya, habis anaknya gampang kepikiran banget, meskipun casingnya jutek gitu."

"Gua belum ngenal mereka banget ya ternyata.."

"Orang tuanya juga belum tentu kenal betul anaknya sendiri."

Jisoo mengangguk, lalu memejamkan matanya agar rileks pada pijatan Irene.

"Ren.."

"Hm?"

"Makasih ya"

"Buat pijetannya? Santai Jis, lu juga kan suka gini"

"Bukann"

"Terus?"

"Makasih udah jadi partner kerja gua yang baik, rasanya kaya nemuin bestie di zaman sekolah" kata Jisoo, ia selanjutnya terkekeh pelan.

Irene tersenyum, "kalau itu sih sama Jis, gua juga mau ngucapin terimakasih. Selama gua ngajar disini, enggak ada guru lain yang berhasil bikin hati gua tergerak buat lebih deket kaya lu."

"Peluk dong"

"Dih geli ah"

"Hahahaha, bercanda ren."

"Oh ya, sesudah nikah nanti lu masih ngajar disini gak?"

Jisoo mengangguk, "masih, tapi kayanya sampai Guanlin lulus aja. Gua punya beberapa plan soalnya, lu sendiri gimana?"

"Hm...kayanya setelah 2 bulan nikah, gua bakal berhenti terus ngajar di sekolah PAUD deket rumah aja."

"Gaji dari doi udah ngecukupin sih ya?" Ledek Jisoo.

"Yaelah, bukan gitu!" Irene pun tertawa karenanya.

Jisoo hendak kembali berkata, namun ketukan di pintu membuatnya terdiam.

"Masuk!" Kata Irene.

Ah, ternyata itu adalah Jaemin.

"Bunda, lapor!" Katanya dengan sedikit panik.

"Kenapa lagi??"

"Guanlin jatuh dari lantai 2, sekarang lagi dibawa ke rumah sakit!"

Jisoo langsung berdiri dan bergegas pergi, mengikuti Jaemin.

"Kenapa bisa sih??"

"Bercanda Bun, terus kedorong!"

Mereka berbincang sambil sibuk melangkah.

"Sama siapa?"

"Hyunjin!"

Jisoo pusing banget rasanya, baru aja dia tenang karena Yeji yang dibawa pulang oleh orang tuanya, kini ia malah mendapati calon adik iparnya terjatuh dari gedung lantai dua.

Dan benar saja, di depan kantor ada mobil ambulance serta Guanlin yang baru saja diangkatㅡkini terbaring diatas brankar yang didorong oleh petugas medis.

Hampir saja Jisoo limbung kalau saja tidak ditahan oleh Jaemin, "Bunda!"

Namun pada akhirnya, wali kelas 10 TKJ itu limbungㅡpingsan di pelukan Jaemin.

"WOY! JEN! BUNDA!"

Hari itu, Jeno lagi-lagi jadi anak yang mengangkat orang pingsan.

***

Jisoo mengerejapkan matanya, ia saat itu sudah terpejam cukup lamaㅡsekitar dua jam (ssst, jangan bilang ke bunda kalau dia disuntik obat tidur oleh dokter hingga memperpanjang masa pingsannya) , dan kini dirinya ada di tempat asing... Atau sebenarnya ia mengenal tempat itu, hanya saja lupa??

Dirinya terbangun lalu heran karena kini tubuhnya juga dibaluti oleh baju lamanyaㅡyang sepertinya baju saat zaman SMA.

Matanya menatap ke sekeliling. Tempat itu bukanlah rumah sakit seperti yang ia duga sebelumnya. Melainkanㅡ

"Bundaa, orang bilang tempat ini adalah stadion Singaperbangsa milik kota Karawang"

Jisoo mengerejapkan matanya pelan, ia cukup mengenal suara itu, "Jaemin?"

Ia memutarkan badannya, di depannya kini ada Jaemin yang tengah berdiri diatas tribun sambil memegang selembar kertas dengan pakaian semi formal yang dipakainya.

"Nyatanya bukan, Bun. Tempat ini, pada tanggal (xx) bulan (xx) dan tahun (xx) adalah milik bunda, Jisoo ayuningrum dan... aa' kebanggaan Buana Boys, Arsenio Sehun Dewandaru."

"Dan pada sebuah perasaan tanpa batas yang menuju ikatan yang disahkan, aku Jaemin Nagara... salah satu saksi ingin menyampaikan pesan dari semesta bahwa ia memberi restu dan menitipkan semilyar berkah padanya...sang perasa tanpa batas..."

Jisoo masih berdiri mematung, menatap Jaemin yang berdiri di tribun kosong itu sementara dirinya ada di tengah lapangan.

Perasaan Jisoo saat itu campur aduk. Ia sebelumnya sudah pernah membayangkan lamaran Sehun, namun anak ituㅡJaemin, tak pernah terlintas dalam bayangannya. Apalagi tempatnya di stadion Singaperbangsaㅡ tempat ia dan Sehun pertamakali bertemu kala itu.

"Aku serahkan narasi ini pada anak semesta yang ingin menyampaikan rasanya padamu, bunda.."

Hyunjin pun muncul dari balik layar hitam(?) Yang entah sejak kapan terpasang dibalik tribun itu.

"Bunda, maaf jika hari ini terlalu banyak kejutan hingga membuatmu jatuh pingsan... Tapi, tuhan pernah berkata setelah banyaknya kekacauan akan datang sebuah kebahagiaan..."

Melihat Hyunjin yang biasanya cengengesan namun kini sok serius itu membuat Jisoo terkekeh. Geli.

"Dan beberapa kalimat lagi dalam narasi ini akan berakhir, bunda. Aku, Hyunjin akan menyerahkannya pada ia yang hendak membawa bunda pada puncak kebahagiaan..."

"Tapi sebelum itu, aku ingin menyampaikan pesan dari anak-anak bunda yang lain, semoga kebahagiaan itu kekal untuk bunda kita yang sabar dan baik hati."

Namun tetap saja, Jisoo terharu.

Hyunjin beberapa bulan yang lalu hanyalah orang asing dalam hidupnya, yang kehadirannya sempat ia katai sebuah kesialan. Namun kini anak itu berdiri di depan sana dengan berani, sambil melantangkan kata-kata mutiaraㅡyang Jisoo yakini ia sendiri kegelian membacanya.

Hyunjin turun menghampiri Jisoo bersama Jaemin. Mereka menuntun Jisoo pada ssisi stadion yang sejak tadi luput dari pasangannya, sebab disana ada Sehun yang tengah berdiri sambil memegang sebuah kertas besar yang berisi tulisan.

Kala itu, Sehun memakai pakaian yang sama dengan Jisooㅡyaitu pakaian dimana mereka pertama kali bertemu.

Jisoo maju satu langkah dan sebuah intro lagu pun terputar bersamaan dengan pergantian kertas yang Sehun pegang.

Suara dari sekitar pun terdengar. Jisoo sedikit terkejut, sebab kini tribun di samping dan didepannya dipenuhi orang-orang yang menyanyikan lirik lagu pilihanku milik Maliq& D'essentials secara bersamaan dipimpin olehㅡBangchan.

🎶"Berjuta rasa rasa yang tak mampu diungkapkan kata-kata, dengan beribu cara-cara kau s'lalu membuat ku bahagia!"

Fokus Jisoo pun kembali pada Sehun, lelaki itu mengganti slide kertasnya.

'Jisoo Ayuningrum'

'aku, manusia yang belum sempurna'

🎶"Kau adalah alasan dan jawaban atas semua pertanyaan"

'meminta kamu...'

🎶"Yang benar-benar kuinginkan hanyalah kau untuk s'lalu di sini ada untukku"

'mahkluk milik bumi yang indah'

'menjadi kekasihnya'

Jisoo tertawa kecil disaat kata kekasihnya dicoret.

🎶"Maukah kau 'tuk menjadi pilihanku
Menjadi yang terakhir dalam hidupku"

'ah, bukan...'

' aku meminta kamu menjadi teman hidupku'

'poros hidupku'

'tempatku berpulang'

'maukah kamu?'

🎶"Maukah kau 'tuk menjadi yang pertama
Yang s'lalu ada di saat pagi ku membuka"

Perasaan itu jelas tak dapat Jisoo jelaskan. Menerima lamaran dari sang kekasih disertai nyanyianㅡatau lebih tepatnya sorakan dari anak-anak muridnya sangatlah campur aduk rasanya.

"Kamu udah tau jawabannya, kenapa harus pakai acara lamaran kaya gini lagi sih?" Tanyanya sambil menahan tangis haru.

Tapi sekon kemudian suara disekitar semakin kencang, dan Jisoo hampir pingsan dua kali disaat melihat tribun stadion itu terisi penuh namun dengan posisi duduk yang renggangㅡkalau dihitung bisa jadi setengahnya tribun stadion itu.

Jangan tanya mereka siapa, mereka adalah orang bayaran Sehun.

Di tengah tribun Utara, ada Haechan yang memegang mic untuk kemudian melanjutkan nyanyiannya.

Hari berharga antara sang Arsenio dan Ayuningrum melibatkan banyak orang, dengan beribu perasaan.

Sehun dengan gemetar memasang cincin lamarannya pada jari manis Jisoo.

"Terimakasih dek..." Lirih Sehun.

Jisoo menghambur ke pelukan Sehun, menangis bersama sejadi-jadinya.

Dan suara terompet serta petasan membuat mereka melihat ke sekeliling. Sebab nyatanya kini di tribun itu terpampang jelas tulisan 'Arsenayu got married!' yang mana dihasilkan dari potongan-potongan kecil dipegang oleh masing-masing orang.

Sehun mengisyaratkan anak-anak Buana serta beberapa anak kelas Jisoo untuk turun ke lapangan.

Dan yahㅡprosesi lamaran itu berakhir kacau. Tapi bukan kacau dalam artian sebenarnya.

Mereka turun ke lapangan, bernyanyi mengelilingi Sehun Jisoo dengan pola acak sambil membawa setangkai bunga mawar.

Saat lagu selesai, mereka berjongkok di hadapan Jisoo sambil menyodorkan bunga tersebut.

"FOR OUR QUEEN, BUNDA JISOO AYUNINGRUM!" Kata mereka bersamaanㅡsetelah berlatih satu jam lamanya.

Puncaknya adalah ketika keluarga mereka tiba-tiba hadir di tengah-tengah keriuhan itu.

Ayah bahkan sampai menangis disaat melihat Sehun se-niat itu menyiapkan acara lamaran pernikahan untuk putrinya. Bahkan ia yakin, dana yang Sehun keluarkan tidaklah sedikit.

Sehun maju, berdiri di hadapan keempat orang tua yang masih merasa sedikit kebingungan.

"Ayah, ibu, mbu, abah, sekarang sudah waktunya Arsen dan Ayu meminta doa restu kesekian kalinya dari kalian untuk kelancaran hubungan kami selanjutnya. Kami ingin melanjutkan hubungan kami ke jenjang selanjutnya, apa kalian merestuinya?" Tanya Sehun.

"Tanpa kamu minta, doa dan restu selalu mengalir dari kita nak..."

Dan acara itu berakhir pada pernyataan setuju dari orang terpenting mereka. Tapi Sehun jelas masih punya banyak kejutan, sebab kini ia membawa banyak tukang jualan makanan pinggir jalan ke tepi stadion, menyuruh mereka semua makan sepuasnya.

Ah, perlu kalian ketahui, izin untuk membuat keramaian di fasilitas umum seperti stadion tidaklah mudah, namun mari kita ucapkan terimakasih pada Jaeminㅡyang pamannya kerja di bidang perizinan.

Lalu...

Di tengah-tengah kebahagiaan anak sulung Dewandaru, si bungsu tengah terbaring sakit diatas brankar dengan alat medis yang menempelinya.

Ya, sebuah kesialan menghampirinya hari itu.

"Kan udah aku bilang, jangan bercanda keterlaluan! Gini kan akibatnya!" Omel sang pacar sambil membenarkan selimutnya.

Padahal gadis itu lah yang tadi menangis-nangis disaat dirinya masuk kedalam ruang operasi, tapi lihatlah kiniㅡia malah mengomel!

"Alin jawab!"

"Rahangku sakit..." Lirih Guanlin.

Shuhua cemberut lalu menggenggam tangan Guanlin, "Lagian kamu sok jago banget loncat dari lantai dua, masih mending gak mati!"

Guanlin tau, itu adalah cara shuhua menyampaikan kecemasannya. Jadi alih-alih marah, ia hanya terkekeh.

"Nunduk.."

Shuhua menurutinya, lalu Guanlin mengelus kepala gadis itu dengan sayang, "Maafin alin ya..."

Lain dengan Guanlin yang dimarahi pacarnya lalu mendapatkan sebuah ciumanㅡoke, mari rahasiakan bagian ituㅡ Yeji kini malah terbaring diatas kasurnya ditemani oleh Hyunjin yang baru saja pulang dari acara lamaran Bunda.

Jika biasanya Hyunjin akan marah jika Yeji melendotinya, kali itu ia tidak. Ia pasrah saja menjadi bantal hidup Yeji.

"Zan, tadi gimana acara bunda? Seru?"

"Banget ji, gua yakin mereka bakal inget sampai kapanpun. Nanti kalau mau liat tunggu si ajam edit videonya aja."

"Divideoin juga?"

"Iyalah, dokumentasi, biar abadi."

Yeji malah terkekeh, "dulu juga waktu Soobin nembak gua, dia videoin."

Hyunjin mendengus sebal, "sekali lagi bilang Soobin, gua suruh Ryujin labrak dia, mau?!"

"Bercanda.."

Dan yang terakhir...

"Aduh pelan dong mbok, jangan kenceng-kenceng!"

Jeno malam hari diurut karena sakit pinggang setelah mengangkat dua orang pingsan dalam kurun waktu satu hari.

"Dasar lemah, masa gitu aja encok?!" Hardik Donghae, sang papa.

"MA, PAPA GANGGUIN JENO!"

"DONGHAE!!"

"Ngadu mulu, kencengin aja tuh pijitannya mbok! Biar tau rasa!"

"AAAAKH, Mamaaa!!"

***
26 Agustus 2020
05:18

Hai ayem kambekk!!

Karena CNE tembus 40k pembaca, kalian boleh milih


1. Chapter bonus ; pilih siapa yang pengen kamu liat interaksinya

2. Book bonus ; CNE sosmed🌚

Haha, yang kedua bakal aku kabulin kalau chapter ini banjir vote plus komentar~

[Si jutek dan si bawel]

[Si trouble maker dan si galak]

[Si sableng dan si usil]

[Si cengeng casing jutek dan si berisik]

Haesom, guanhua,hyunji
Pict: cr.to owner

BYEE, AKU MAU HIBERNASI LAGI😭😂

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

55.7K 3.1K 19
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...
375K 31.3K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
219K 23.5K 26
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
77K 6.1K 46
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote