POSSESSIVE BROTHER

Por peonk19

334K 18.1K 816

SEQUEL DADDY Bagi yang belum baca cerita DADDY bisa di baca dulu untuk mengenal para tokohnya. cuss langsung... Más

prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
vakum
14
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
PREE ORDER "AMEIRA"
29
30
numpang promo
31
32
33
34
35
36
37
38
39
mau tanya
40
41
42

16

5.5K 376 7
Por peonk19

Instagram: @laras.sptr
Happy reading ❤
Vote and comment

•••

Jangan bosen buat beri dukungan dengan cara vote & comment ya🤗

Kalau nggak meleset nih ya, Insya Allah cerita PB akan tamat bulan September. Doain aja biar nggak ada halangan, dan ide-ide terus mengalir biar bisa tamat cerita PB.

•••

Zoe memasuki mansionnya dengan langkah tergesa-gesa dan langsung masuk ke kamar sang adik. Sesampainya di dalam, pemandangan yang pertama Zoe lihat adalah Keyra yang tengah tertidur pulas.

Ia berjalan mendekati ranjang Keyra dan ikut merebahkan dirinya di samping Key. Memeluk erat tubuh adiknya itu.

"Maafin kakak, kakak janji untuk selalu ngelindungin Key. Walaupun nyawa kakak jadi taruhannya, Key," ucap Zoe lirih.

Key yang merasa dekapan erat pun perlahan membuka matanya. Tanpa menoleh lagi, ia sudah tahu siapa pelakunya. Aroma parfum yang sangat Key kenal menusuk indra penciumannya.

"Kak," panggil Key.

"Key, kakak janji untuk selalu jagain Key," ujar Zoe.

"Jangan seperti ini lagi, Key." Zoe semakin memeluk erat tubuh Key.

"Maaf, Kak. Maaf udah bikin kalian khawatir. Key baik-baik aja, Kak," ucap Key.

Zoe melepaskan pelukannya dan langsung memutar tubuh Key untuk menghadapnya. "Key, dengerin kakak. Key pegang omongan kakak, kakak janji buat selalu ngelindungin Key, kakak bakal balas orang-orang yang berusaha nyakitin Key, ataupun keluarga kita. Kakak janji, Key," ujar Zoe sungguh-sungguh.

Key tidak menjawab. Ia menatap mata tajam kakaknya. Kemarahan terlihat jelas di mata sang kakak. Ia langsung memeluk tubuh Zoe erat. "Key baik-baik aja, Kak," kata Key.

Zoe tidak percaya. Key bisa berbohong dengan orang lain, tapi tidak dengan dirinya. Zoe tetaplah Zoe. Ia akan tetap membalas orang-orang yang berusaha menyakiti keluarganya.

•••

"Mom, Ryan mana?" tanya Zie saat sampai di dapur.

"Di kamar," sahut Lia yang tengah berkutat dengan alat-alat masak.

Zie mengangguk. Ia langsung berjalan menuju kamar tempat sang adik di mana.

"Daddy, nggak ke kantor?" tanya Zie saat melihat Al yang tengah bercanda bersama Ryan.

"Sudah pulang? Sini, Kak," ucap Al.

Zie melangkah mendekati mereka dan langsung mengambil alih Ryan yang berada di kasur. "Main apa? Kok kakak nggak di ajak?" tanya Zie.

Ryan hanya tertawa sembari menunjukkan robot kesayangannya.

Al tersenyum tipis melihat Zie yang selalu menyempatkan waktu untuk bermain dengan adik-adiknya.

"Daddy nyamperin mommy dulu," ujar Al yang diangguki Zie.

Sepeninggalan Al, Zie menemani Ryan bermain bersama. Bocah laki-laki itu terlihat sangat senang.

"Ryan, kalau sudah besar mau jadi apa?" tanya Zie seraya menirukan suara robot.

Bocah itu tampak berpiki sejenak. "Mau jadi super hiro-nya Kak Key," sahutnya.

Zie mengacungkan dua jempolnya. "Ini baru kesayangannya kakak, kita harus kompak jagain Kak Key, ya? Ryan mau, 'kan?" tanya Zie yang diangguki Ryan.

"Zie, ke kamar gue. Ada yang pingin gue omongin."

Zie menoleh kala mendengar suara sang kakak. Ia menatap Zoe yang sudah berdiri di ambang pintu dengan raut wajah marah.

"Iya," jawab Zie.

"Kak Zoe, nanti ajarin Ryan menggambar, ya?" pinta Ryan.

Zoe menatap sang adik, kemudian ia mengangguk sembari tersenyum. "Iya, nanti kita belajar sama-sama," sahut Zoe.

Mendengar jawaban dari sang kakak, membuat bocah itu tersenyum senang.

Zie menatap pintu yang kembali tertutup. "Ada apa lagi?" tanya Zie dalam hati. Tak ingin membuat sang kakak marah. Ia pun segera membawa Ryan ke kamar Twins. Ia tidak akan meninggalkan bocah itu sendiri di kamar.

Setelah mengantar Ryan, Zie langsung memasuki kamar sang kakak. Kamar dengan nuansa hitam putih itu. Ia langsung mendudukkan dirinya di kasur sang kakak.

"Gue mau kita lebih ketat lagi merhatiin Key, gue nggak mau kejadian seperti ini terulang lagi." Tanpa basa-basi, Zoe langsung mengutarakan tujuannya.

Zie mengangguk. Kali ini, ia juga tidak akan memberi kebebasan pada sang adik seperti kemarin-kemarin.

"Gue bakal bantuin daddy buat nemuin orang yang udah berani neror keluarga kita. Lo bantu gue buat ngedidik twins, Vian, sama Ryan buat ngejaga Key. Latih mereka sebagaimana daddy ngelatih kita berdua."

"Ta—"

"Gue nggak suka di bantah!"

Zie langsung diam seribu bahasa. Niatnya ingin memprotes ucapan sang kakak harus ia urungkan.

"Keluar, gue mau mandi," ujar Zoe.

Tanpa sepatah kata, Zie melangkah keluar dari kamar sang kakak dan kembali ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Zie mendudukkan dirinya di kursi meja belajar. Ia menopang dagu dengan kedua tangannya. Pikirannya melayang pada adik-adiknya.

Ryan masih terlalu kecil untuk di didik seperti Vian. Begitu juga dengan Vian. Walaupun, mereka dengan senang hati untuk bergabung, tapi tetap saja ia merasa tidak tega. Namun, Zie sendiri tidak bisa membantah keputasan kembarannya itu.

•••

Di lain tempat, seorang pria tengah menopang dagu dengan kedua tangannya. Alisnya sedikit mengerut pertanda bahwa ia tengah berpikir keras.

"Dad, kapan kita ke Indonesia?"

Suara seorang gadis membuyarkan lamunannya. Di ambang pintu sudah berdiri anak perempuannya.

Ia berdiri seraya melepas jasnya dan berjalan menghampiri sang anak. "Arlea, sama siapa ke sini?"

"Sama supir. Jawab, Dad!"

Pria itu menghela napasnya pelan. Menarik sang anak ke dalam dan membawanya ke sebuah sofa yang berada di ruangannya.

"Arlea masih sekolah, nanti kalau liburan kita ke Indonesia."

Gadis yang di sapa Arlea itu membelalakkan matanya tak percaya. "Really, dad?"

Aldran mengangguk. "Nilainya harus lebih bagus dari yang kemarin, deal?"

"Deal!" sahut Arlea cepat. Ia langsung berhambur ke pelukan sang ayah. "Terima kasih, Daddy."

•••

Key merenung di tempat tidurnya. Gadis dengan piyama berwarna navy itu memeluk erat boneka kelinci kesayangannya.

Rasa takutnya sudah mulai berkurang. Namun, ia belum berani untuk keluar kamar. Ya, sedari tadi yang ia lakukan hanya diam di kamar.

Selain menghindari suara-suara yang tidak ia inginkan, ia juga menghindari kakak sulungnya yang masih terlihat marah karena dirinya yang kembali seperti ini.

Entahlah, ia sendiri juga tidak ingin berada di situasi seperti ini. Di mana, ia takut dengan suara yang menurutnya cukup keras. Ia ingin seperti remaja lainnya yang bebas tertawa sana sini tanpa di hantui rasa takut.

Key berjalan mendekati meja belajar. Ia meraih gelas kosong yang berada di meja itu. Menggenggam erat gelas itu seraya menatapnya tajam. "Bisa, Key!" batin Key.

Dengan gerakan sekejap. Ia melempar gelas itu ke dinding membuat gelas itu hancur berkeping-keping. Suara pecahan gelas itu mampu membuat rasa takut menghantuinya. Namun, ia menahan diri untuk tidak menjerit. Hanya diam dan terus menatap pecahan kata itu. "Tenang, Key. Semuanya baik-baik aja," batin Key sembari terus menatap gelas yang sudah yak berbentuk itu.

"Keyra! Apa yang terjadi!" bentak Zoe yang tiba-tiba masuk saat mendengar suara pecahan kaca.

Key tidak menjawab. Gadis itu tetap diam di tempatnya dengan tatapan fokus ke pecahan kaca.

"Jangan gila, Key!" bentak Zoe saat melihat gelas yang sudah hancur itu.

Zoe menarik Key ke ranjang dan mendudukkan gadis itu di ranjang. "Gila kamu, ya!"

Seguir leyendo

También te gustarán

188K 8.5K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...
287K 11.8K 31
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
2.5M 122K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
6.6M 278K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...