INELUCTABLE

By Loona176

48.6K 5.5K 531

s e k u e l d a r i Three Fighters Tiga pasangan baru telah menggemparkan SMA Garuda. Edgar dan Salsa. Pasa... More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Dua belas
Tiga belas
Empat belas
Lima belas
Enam belas
Tujuh Belas
Delapan belas
Sembilan belas
Dua puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua

Sebelas

1.5K 177 0
By Loona176

Suara teriakan penonton,decit sepatu,pantulan bola mendominasi kamar Salsa. Gadis itu sedang menonton permainan para atlet basket hebat di luar sana. Tak jarang pula tangannya menuliskan sesuatu di buku kecil yang sudah tersedia di samping laptopnya.

Gadis itu mengamati cara shoot salah satu pemain. "Wah, bisa melayang gitu"

Salsa menekan tombol space. Ia menghentikan permainannya sejenak. Kini ia sudah berdiri, lalu memasang posisi andalannya dalam bermain basket. Salsa berniat meniru gaya permainan tadi--

DAG!

Ia berakhir jatuh. "Sial! Gue gak cukup tinggi buat nyoba gituan"

Gadis itu kembali melirik kalender di meja belajarnya. Disana terpapar kalendar untuk bulan Agustus. Tepat di sebelah tanggal merah,17, terlingkar dengan tinta merah.

Pertandingan Terakhir

Dirinya,dan Edgar, sudah dua tahun lebih menghabiskan waktu luang selama masa SMA untuk basket. Mereka juga tidak jarang pulang membawa segala macam piagam dan piala.

Tapi itu semua tak akan terjadi jika tidak ada senior di dalam tim. Edgar.

Salsa mengacak rambutnya kasar. Ia tahu posisinya sebagai Manager tidak bisa lama-lama. Ia harus mencari kandidat baru untuk memegang posisi ini. Tapi, melihat keadaan adik kelasnya sendiri... Gadis itu ragu. Ia pernah melihat kualitas bermain kelas 11, buruk. Bahkan saat latih tanding, mereka kalah 2× poin lawan.

Parah kan?

Salsa memutuskan menghentikan segala kekacauan di otaknya. Ia meraih hpnya dan mengetikkan sesuatu disana.

Ia harus segera menguatkan kembali basket SMA Garuda. Jika tidak? Bagaimana dengan nama baik SMA nya yang sudah meraih banyak juara?

***

"Alena, persiapan untuk pemotretan buku detik-detik tahun depan"

Alena mengiyakan. Tangannya menggeser hasil-hasil foto hari ini. Ia memikirkan foto yang mana yang akan ia upload di sosial medianya.

Tak jarang juga Alena mengecek aktivitas fans-fans nya yang tak begitu banyak itu. Ia juga tak sungkan memberikan like untuk postingan mereka yang terang-terangan memujinya.

"Ini orang napa pinter banget sih kalo muji" Alena terus tersenyum sambil tetap fokus.

"Hm. Sama dengan mengkritik. Jahat"

"Huwa!"

Alena membalikkan badan. Disana Alvino membawa bekal yang laki-laki itu buat sendiri. Tawanya pecah begitu melihat raut wajah Alena yang kaget.

"Jangan terbuai deh lo"

Gadis itu tak menghiraukan kalimat Alvino. Matanya melirik bekal di tangan kanan laki-laki itu. "Bekal? Buat siapa?"

"Mama lo"

Detik kemudian Alena menjauh tiga langkah dari Alvino. "Ngajak berantem?"

Alvino tertawa renyah, "gak, cantik. Beneran, mana mama lo?"

Eh? Alena sungguh berpikir Alvino hanya bercanda. Namun gadis itu tak mau semakin malu karena kepedeannya, ia pun berteriak memanggil mamanya.

"Maaaa-"

"Ya,sayang?"

Alena menunjuk Alvino, "dikasih bekal tuh. Ngajak pdkt mungkin"

Mama Alena melirik Alvino, ia menahan senyum begitu melihat wajah Alvino yang rada panik. Dilain sisi, Alena terlihat kesal dengan fakta kekasihnya malah membawakan bekal untuk sang Mama.

"Tante tau kok"

Setelah itu bekal di tangan Alvino diambil alih. Kemudian ia menarik Alena pelan untuk mendekat ke Alvino. "Tahu aja kamu cara nyuap tante. Yaudah sana, jangan malem-malem pulangnya"

"Ehh?" Alena semakin bingung saat Alvino merespon dengan tawa canggung. Jadi laki-laki ini sedang menyuap mama nya? "Gimana pemotretan--"

"Mama undur besok aja. Dan lagi, jaga makanmu"

Kalimat itu mampu membentuk senyuman lebar Alena. Gadis itu kemudian berpamitan dan menarik Alvino keluar.

Dilain sisi, Alvino hanya tak mau ia melepas pandangan dari Alena yang tak bisa kemana-mana sebebas temannya. Walaupun mamanya mudah ia kelabui, tetap saja, Alena seorang model. Lagi, laki-laki itu terus khawatir apa yang Iqbal alami akan ia alami juga.

"Wah, tumben banget lo"

Alvino tersenyum, "gue mau ngomong sesuatu"

Alena menghentikan langkah girangnya. Wajahnya mengerut penasaran, "tumben banget sih"

Helm yang bertengger di kaca spion motor Alvino ia raih. Gadis itu benar-benar merasa 'tumben banget ni orang'. Tidak biasanya Alvino ingin mengatakan sesuatu dengan kalimat seperti itu. Alvino kebiasaan asal jeplak.

Di tengah jalan, entah mengarah kemana, Alvino tiba-tiba mendadak menjadi pendiam. Ia menjawab percakapan Alena seadanya. Lagi-lagi Alena merasa ada yang aneh.

"Lena"

Alena mendekatkan kepalanya agar bisa mendengat Alvino lebih jelas, " Ya, Vino?" Namun Alvino tak melanjutkan. Alena semakin merasa aneh.

Hanya berselang beberapa detik,motor Alvino berhenti tepat di depan kafe. Ia turun dan melepas helmnya. Satu hal yang gadis itu sadari, Alvino memasang wajah datar. Kali ini Alena yakin ada yang salah dari Alvino.

Mereka pun masuk dan memesan. Sesuai amanat, Alvino menyarankan Alena menjaga pola makan. Gadis itu juga tak keberatan.

"Bisa lo jelaskan sikap aneh lo barusan ini?"

Alvino tersenyum, "yah, kelihatan banget ya?" Alena mendesis sebal,"orang bodoh aja yang gak bisa tahu"

Tiba-tiba wajah Alvino kembali dingin. Tangannya menyerahkan foto yang sudah tercoret tinta dengan nama-nama.

"Siapa mereka?"

Alvino menyandarkan punggungnya, "orang-orang yang harus lo hindari"

Alena mengernyit tidak paham, "ada alasan kenapa gue harus menghindari mereka?"

"Gue serius,Lena. Hindari mereka. Kalau lo ketemu, segera pergi. Lo dihubungin dengan salah satu nama disini,blokir. Dan setiap ada interaksi dengan orang-orang ini, hubungin gue"

Gadis itu menganga tak percaya. Jadi itu alasan laki-laki ini menyeretnya dari studio? Yah, gapapa lah. Alena kembali meneliti wajah dan nama yang laki-laki itu beri.

"Apa yang bakal terjadi kalau gue ngelanggar omongan lo?"

Demi apapun,Alena memutuskan kontak matanya dengan Alvino. Setelah mengucapkan kalimat tadi, laki-laki itu menatapnya dengan tajam. "Lena, gue serius"

"Gue juga! Kasih gue alasan--"

"Lo atau gue ataupun teman-teman kita berdua, kena imbasnya"

Gadis itu mengacak rambutnya,"jadi lo bilang,ada orang yang berniat jahat sama gue?"

Alvino menetralkan wajahnya kembali,"ini berlaku buat lo dan dua sahabat lo"

Saat diperhatikan lebih jelas lagi, mereka semua memiliki penampilan yang cukup menarik. Dari kesimpulan Alvino, mereka bisa melakukan apapun tanpa takut. Orang-orang seperti ini, bisa dengan mudah masuk ke dunianya yang merupakan dunia fashion dan hiburan.

Dan satu lagi, seburuk apa dampaknya jika ia melanggar?

***

Hari berganti begitu cepat. Keputusan Keysha mengiyakan ajakan orang asing itu memang beresiko, tapi apa yang harus ia lakukan? Bukankah itu kesempatan untuk mendapatkan pengajaran yang sesuai seleranya?

Keysha berjalan ke arah kelasnya dengan melamun. Hari-hari pertama dirinya kelas 12 sudah dimulai. Ia harus melihat ke depan,kemana ia akan pergi setelah ini? Apa yang harus ia lakukan? Kuliah yang diinginkan Ayahnya atau dirinya?

"Gak biasanya lo ngelamun"

Di samping gadis itu,entah sejak kapan,sudah ada Iqbal. Mereka berdua memang tidak berangkat bersama demi kenyamanan Ayahnya. Lagi-lagi Ayahnya khawatir dengan rencana negatif yang beliau karang sendiri.

"Menurut lo, gue pasti bisa masuk Univ apa aja kan dengan piagam dan sertifikat yang gue punya?"

Iqbal melirik sekilas,"apa maksud lo?" Keysha menghela nafas sekilas lalu menggeleng.

Mereka akhirnya sampai di kelas Keysha. Kedua remaja itu juga langsung mengarahkan pandangannya pada laki-laki yang sedang fokus dengan buku PR nya.

Wajah Iqbal mengerut, "PR siapa itu?" Keysha menggeleng tidak peduli, "lo pikir dia siapa? Dia bisa minta PR ke siapapun"

Sebelum gadis itu benar-benar masuk ke kelas, ia membalikkan badannya. "Bal, hari ini lo sibuk?"

Iqbal berpikir sebentar, "gue ada urusan sih sama Ayah. Ada apa?"

Keysha mengangguk paham. Ia sebenarnya ingin sekali Iqbal mengantarnya untuk mengurus Les barunya. Namun mendengar jawaban Iqbal barusan ia lebih memilih datang sendiri.

"Gak kok. Gue masuk dulu" sebagai balasan, Iqbal mengangguk.

Disisi lain, Iqbal ingin sekali memberi tahu Keysha situasi yang sedang ia hadapi. Mengatakan tentang orang-orang yang harus gadis itu hindari. Namun ia tak pernah sempat. Ayahnya akhir-akhir ini terus menghujani dirinya dengan penekanan akan kuliah dimana dan masuk jurusan apa. Sebenarnya ia bisa saja mengatakannya sekarang, tapi Iqbal rasa ia harus memberitahu gadis itu secara pribadi dan serius.

Ia harap, Edgar ataupun sahabat gadis itu ada yang memberi tahunya. Perasaan Iqbal sungguh tak tenang.

***
HEYO

HAHAHA

VOMMENT❤️

9 Mei 2020

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 133K 50
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.5M 232K 39
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
585K 45.3K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
657K 25.8K 37
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...