If You Know When [TELAH DITER...

Від ItsmeIndriya_

1M 120K 15.4K

Trilogi IYKW Series Sekian lama menghilang, akhirnya Vanilla kembali dengan harapan baru untuk akhir kisah pe... Більше

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
PENGUMUMAN
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Lima
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
VOTE COVER!!!
Lima Puluh Delapan
Lima Puluh Sembilan
Enam Puluh
Enam Puluh Satu
Enam Puluh Dua
Enam Puluh Tiga
Enam Puluh Empat
Enam Puluh Lima
TERIMA KASIH
PRE-ORDER IYKWHEN
LDR SERIES 1 || OBSESI ELANG
DIARY VANILLA

Tiga Puluh Tujuh

12.1K 1.6K 121
Від ItsmeIndriya_

Dava baru saja tiba di kantor ketika ia mendengar seseorang berteriak memanggil namanya. Untung saja suasana kantor masih sepi, belum banyak karyawan yang tiba.

Mendengar teriakan dan suara sepatu hak tinggi yang menggema, Dava mempercepat langkahnya masuk ke dalam lift dan menekan tombol dimana ruangannya berada. Andai saja Dava bisa mengulang waktu, waktunya bersama Vanilla seminggu belakangan pasti akan Dava putar terus.

Berselang lima menit setelah Dava duduk diruangannya, Soraya masuk dengan tatapan memicing kearah Dava. Sedangkan yang ditatap tidak peduli dan fokus pada laptop dihadapannya.

"Dava, kamu dari mana? Seminggu ini gak ada kabar dan gak masuk ke kantor," tanya Soraya dengan nada mengintimidasi.

"Bukan urusan Lo!"

"Jelas urusan aku dong! Aku ini calon istri kamu. Aku harus tahu kamu pergi kemana dan sama siapa."

Dava mendengus, "kata siapa Lo calon istri gue? Dan sejak kapan gue setuju sama perjodohan yang gak masuk akal itu?" balas Dava tajam menusuk, menandakan bahwa ia benar-benar tidak suka dengan wanita yang mengusiknya sekarang.

"Walaupun kamu gak setuju, semua akan berjalan sesuai rencana. Kamu gak bisa menghindar dari aku, Dava."

Dava tidak menjawab. Ia malah sibuk dengan pekerjaan dilaptopnya. Telinga Dava seolah-olah tuli dan tidak bisa mendengar rentetan kalimat yang diucapkan Soraya.

"Dava!" bentak Soraya karena Dava tak menggubrisnya. "Jangan karena aku diam selama kamu pergi, terus sekarang kamu bisa diemin aku kayak gini!?"

Dalam hati Dava tertawa sinis. Selama Dava tidak ada kabar, selama itu pula Soraya terus menghubunginya dengan berbagai cara. Bahkan Vino, Elang dan Reza pun sampai diteror oleh Soraya. Betapa terobsesinya Soraya ingin menjadi pendamping hidup Dava.

Dava tak bisa membayangkan bagaimana masa depannya jika ia benar menikah dengan Soraya. Sudah dipastikan tidak ada kehidupan yang bahagia, semua akan berubah menjadi suram dan menyeramkan.

Berbeda jika Dava menghabiskan masa hidupnya bersama orang ia cintai, Vanilla. Meski Vanilla cerewet, namun itu tidak akan menjadi masalah bagi Dava. Meskipun Vanilla memiliki banyak kekurangan, dengan senang hati Dava akan menutupi kekurangan tersebut.

Karena memikirkan Vanilla, tanpa sadar Dava senyum-senyum sendiri. Soraya pun menatap Dava heran karena sedari tadi ia sedang mengomel, namun cowok dihadapannya itu malah tersenyum.

Tiba-tiba ponsel Dava berdering, mengalihkan perhatian Soraya dan juga Dava. Dava sigap mengambil ponselnya dan langsung mengangkat telpon tersebut ketika melihat nama Vanilla tertera dilayarnya.

"Pagi sayang," sapa Dava tanpa mempedulikan Soraya yang langsung melotot tajam dengan setengah mulut terbuka. "Hari ini mau ke rumah sakit? Sekarang? Bisa dong, apa sih yang gak buat kamu. Ya sudah tunggu disitu, aku jemput sekarang."

"Bye sayang." Dava mematikan sambungan telponnya lalu meraih kunci mobilnya dan bergegas pergi.

Soraya pun dengan sigap menahan pergerakan Dava, "mau kemana kamu?" tanya Soraya. "Dav, urusan kantor lebih penting. Kamu sudah seminggu gak masuk kantor dan sekarang mau pergi lagi!?"

Dava menepis tangan Soraya hingga Soraya tersentak dan mundur selangkah. Tatapan Dava tajam menusuk, tanda bahwa ia benar-benar tidak suka dengan wanita dihadapannya sekarang. 

Dari pada Dava harus mengeluarkan tenaganya hanya untuk membentak Soraya, Dava pun memilih segera pergi. Teriakan Soraya yang berulang kali memanggil namanya pun sama sekali tidak Dava hiraukan. Dava juga mendengar langkah kaki Soraya yang mengejarnya.

Persis seperti ketika ia baru tiba di kantor, Dava buru-buru masuk ke dalam lift dan memencet tombol menuju basement tempat dimana Dava memarkirkan mobilnya.

Jika bukan karena terpaksa, Dava tidak akan mau membiarkan Soraya menjadi sekretarisnya. Meski orang tua Soraya memiliki peranan penting di perusahaannya sekalipun, Dava akan sebisa mungkin menyingkirkan wanita itu. Satu-satunya yang Dava bisa harapkan hanyalah Jason.

Semoga saja Jason mau membantunya. Jika tidak, maka Dava terpaksa harus memilih, antara karir atau cinta.

*****

Seperti yang Vanilla katakan pada Dava tadi, pagi ini ia akan pergi ke rumah sakit. Vanilla ingin bertemu dengan seorang psikiater yang akan membantunya untuk menyembuhkan penyakit yang selama ini Vanilla derita. Sebenarnya ada Cathrine yang bisa membantu Vanilla, tetapi Vanilla tidak ingin menambah pekerjaan Cathrine yang sudah memiliki dua orang anak.

Suara klakson mobil membuat Vanilla menoleh. Ia tersenyum kearah Dava yang menurunkan kaca mobilnya. Tanpa berlama-lama lagi, Vanilla langsung membuka pintu mobil Dava dan duduk persis di samping pria itu.

"Serius mau ke rumah sakit sekarang?" tanya Dava mencoba meyakinkan. Vanilla mengangguk mantap. "Tapi gue gak bisa nungguin Lo. Ada meeting mendadak dan gue harus hadir. Gak papa kan?"

"Iya, gak papa. Lo bersedia anterin gue aja gue udah senang," jawab Vanilla menyunggingkan senyum disudut bibirnya.

Otomatis bibir Dava ikut tersenyum. Sembari menjalankan mobil, tangan kiri Dava menggenggam erat tangan Vanilla. Begitu erat seolah tak ingin lepas.

Dua puluh menit kemudian, Dava sudah memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit. Ia turun bersama Vanilla dan bergegas menuju poli kejiwaan. Vanilla tidak perlu mendaftar karena Rey sudah mengurusnya, Vanilla hanya perlu menunggu giliran.

Sesampainya di ruang tunggu, Dava langsung berpamitan karena harus segera kembali ke kantor. Dava akan menjemput Vanilla setelah meetingnya selesai. Sebenarnya Dava menyuruh Vanilla untuk pulang bersama Jason atau menggunakan taksi, karena takut terlalu lama menunggu. Namun Vanilla menolak. Vanilla akan menunggu Dava hingga selesai.

"Jangan gugup. Everything's gonna be okay," ucap Dava menenangkan Vanilla.

Vanilla hanya mengangguk dan mendapatkan kecupan di puncak kepalanya. Ia duduk di salah satu kursi yang kosong sembari memperhatikan langkah Dava yang setelah berlari menjauh dari tempatnya.

Vanilla menghela napas. Ia memang sedikit gugup. Vanilla takut jika penyakitnya tidak bisa disembuhkan. Vanilla takut menerima kenyataan bahwa ia akan memiliki kelainan seumur hidupnya. Tidak, tidak. Vanilla tidak boleh berpikiran seperti itu. Apapun hasilnya Vanilla harus bisa terima, lagi pula ia sudah berusaha. Vanilla hanya ingin bahagia, itu saja.

Kurang lebih tiga puluh menit menunggu, akhirnya Vanilla dipanggil untuk masuk ke dalam ruangan. Berulang kali ia mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya sembari memantapkan diri dengan apa yang dipilihnya. Ya, Vanilla memilih untuk menyembuhkan penyakitnya. Ini semua karena Vanilla memiliki harapan. Harapan untuk hidup bahagia bersama Dava.

*****

Selama kurang lebih hampir satu jam berkonsultasi dengan dokter spesialis jiwa, akhirnya Vanilla diperbolehkan untuk pulang. Ia akan kembali lagi Minggu depan dan akan terus berulang hingga keadaannya mulai membaik.

Vanilla adalah seorang yang mengidap alter ego dan juga PTSD ditambah dengan gangguan panik yang cukup parah. Kejadian di masa lalu yang tak bisa di ingat Vanilla, membuat Vanilla sering bermimpi buruk.  Belum lagi alter egonya yang kerap muncul setiap kali Vanilla merasa depresi. Itu mengapa Vanilla bertahun-tahun lamanya selalu mengonsumsi obat anti depresi.

Karena Vanilla tak melihat mobil Dava di parkiran rumah sakit, Vanilla pun memutuskan untuk menunggu Dava di sebuah cafe yang berada persis di depan rumah sakit. Tak lupa Vanilla mengirim pesan kepada Dava agar Dava tidak perlu lagi mampir ke rumah sakit.

Sedikit-sedikit Vanilla ingat. Sepertinya dulu ketika masih remaja, Vanilla cukup sering menghabiskan waktu disebuah cafe. Entah hanya untuk memesan kopi atau mencari inspirasi untuk gambarannya.

Vanilla memesan secangkir kopi dan memilih tempat duduk di sudut ruangan. Suasana cafe yang ditempatinya tidak begitu ramai, mungkin karena masih pukul setengah dua belas siang.

"Ica?" panggilan tersebut membuat kepala Vanilla menoleh dan terkejut mendapati sesosok pria yang dikenalnya. "Hai, akhirnya kita ketemu lagi."

Vanilla mengembangkan senyumnya, "Ziko?" ucapnya langsung berdiri dan memberi pelukan hangat pada orang yang dulu pernah menjaganya ketika ia belum tahu siapa dirinya yang sebenarnya.

Ziko menarik kursi dihadapan Vanilla dan duduk disana dengan raut wajah tidak percaya. Dunia terasa begitu sempit.

"Gue gak nyangka bakal ketemu Lo disini." Ziko kembali membuka pembicaraan.

Vanilla tertawa, "gue lebih gak percaya bisa ketemu Lo lagi. Gimana kabar Kak Viktor dan keluarga yang lain?"

"Mereka semua baik. Viktor sudah menikah dan sekarang tinggal di Qatar."

"Lo sendiri sudah nikah?" tanya Vanilla dengan nada menggoda, dibalas tawa oleh Ziko. Vanilla menarik napas dalam-dalam, "takdir ini memang gak bisa ditebak ya." Ziko hanya diam dan menatap Vanilla dalam.

Wanita yang dulu ia anggap sepupunya ternyata masih terlihat sama. Meski sedikit canggung, Ziko masih mengenali Vanilla, Vanilla yang dulu Ziko kenal sebagai Vennelica.

"Sorry untuk masa lalu kita," ujar Ziko kembali merasa bersalah. "Maaf karena gue sempat bohong tentang identitas lo."

Mendengar permintaan maaf dari Ziko, Vanilla langsung merasa tidak enak hati. "Seharusnya gue yang minta maaf karena pergi begitu saja dan lari dari kenyataan. Gue berhutang Budi sama Lo dan keluarga Lo. Kalau bukan karena kalian, gue gak akan hidup sampai detik ini."

"Lo sudah menemukan apa yang lo cari?"

Vanilla menggeleng, "ingatan gue gak akan bisa kembali," jawab Vanilla lalu menghela napas. "Yang bisa gue lakuin sekarang cuma ikhlas dan terus melangkah maju."

"Kayak sinetron ya."

Vanilla dan Ziko sama-sama tertawa. Benar, hidup Vanilla seperti drama yang tidak diketahui bagaimana akhir ceritanya.

"Setelah insiden itu... Lo pergi kemana? Gue dengar Lo langsung pindah dan gak pernah muncul lagi."

"US," jawab Ziko. "Setelah lo tahu siapa diri lo yang sebenarnya, gue pindah ke US dan baru kembali setahun yang lalu. Gak tahu kenapa, gue ngerasa disini banyak kenangan yang gak pengen gue ingat."

Vanilla mengerutkan dahinya. Ia tidak mengerti maksud ucapan Ziko. Seingat Vanilla, pria dihadapannya ini tidak memiliki masalah apapun.

Tiba-tiba Ziko mengembangkan senyum disudut bibirnya, "gue senang bisa ketemu lagi sama Lo. Untungnya Lo gak lupa gue." Suara Ziko terdengar sendu.

"Meskipun kita udah lama gak ketemu, mana mungkin gue ngelupain Lo. Gue cuma butuh waktu untuk sendiri dan lari dari kenyataan. Tapi sekarang gue sadar. Sejauh apapun gue berlari, menghindar, gak akan pernah menyelesaikan masalah yang pernah terjadi di masa lalu gue."

Ziko hendak meraih tangan Vanilla untuk menggenggamnya, namun dering ponsel membuat Ziko mengurungkan niat tersebut.

Vanilla buru-buru mencari ponselnya, berdiri seraya sedikit menjauh untuk mengangkat telpon dari Dava. Dava mengatakan bahwa ia sudah berada di parkiran cafe dan menyuruh Vanilla segera keluar karena Dava akan mengajaknya makan siang bersama. Setelah telpon tersebut mati, Vanilla kembali ke hadapan Ziko.

"Kayaknya gue harus balik sekarang," ujarnya berpamitan membuat Ziko ikut berdiri.

"Kalau gitu barengan aja."

"Sorry, tapi gue udah dijemput. Next time kalau kita ketemu lagi, gue nebeng deh sama lo." Vanilla menolak ajakan Ziko sehalus mungkin.

Ziko hanya menganggukkan kepalanya dan mereka berjalan beriringan keluar dari cafe.  Ziko dan Vanilla masih sempat membicarakan masa lalu mereka ketika masih tinggal dan kuliah bersama. Bahkan sekarang Ziko bingung ingin memanggil Vanilla dengan nama aslinya atau nama yang diketahui Ziko, yaitu Vennelica.

Melihat Vanilla yang berjalan beriringan keluar cafe bersama seorang pria membuat Dava yang masih berada di dalam mobil merasa panas. Ia langsung melonggarkan dasinya dan memutuskan untuk keluar menjemput Vanilla.

Ketika sampai dihadapan Vanilla, Dava langsung menggenggam tangan Vanilla posesif. Menandakan bahwa Vanilla adalah miliknya.

"Hi, Dav... Long time no see," sapa Ziko sedikit sarkas. Dava tidak menjawab, ia hanya menatap Ziko tajam menusuk.

"Ternyata Lo gak berubah ya, masih aja datar."

Sebelum terjadi peperangan melalui telepati antara Dava dan Ziko, Vanilla langsung bersuara. "Kalau gitu gue sama Dava pergi dulu ya. Bye, see you later." Vanilla segera menarik tangan Dava menuju mobil.

Dava diam tak bersuara. Ia langsung tancap gas sembari melirik Ziko yang ternyata sedang memperhatikan kepergian mobilnya. Meski diam, sebenarnya dalam hati Dava mengomel. Dava hanya tidak ingin memperlihatkan omelannya pada Vanilla.

Sementara Vanilla mencoba untuk menahan senyuman. Rasanya senang melihat Dava cemburu. Mungkin lain kali, Vanilla akan melakukan hal seperti tadi lagi. Semakin cemburu Dava, semakin menandakan bahwa Dava masih menyayanginya. Dan Vanilla suka dengan fakta itu.

*****

Hai guys...
Kurang lebih seminggu yang lalu, aku publish cerita baru judulnya 'Amitie'. Dari pada kalian bingung nunggu aku update iykw, yuk baca cerita aku yang lain.
Sebenarnya aku publish cerita itu untuk mengurangi penatku nulis iykw (tau sendiri kan problem iykw berat kayak dosaku wkwk) jadi aku ngetik cerita yang agak ringan hehe.
Tapi tetap kok prioritasku adalah cerita ini.

Dan untuk yang nanya setelah cerita ini selesai aku akan publish cerita apalagi, aku akan lanjutin kisah Elang. Kalian bisa baca beberapa part awal kisah Elang di works aku. Aku juga bakal lanjutin hope dan baru deh aku publish cerita baru lagi (mungkin dengan genre yang berbeda).

Semoga kalian suka sama semua karya aku (gak cuma iykw series) dan terima kasih untuk kalian yang sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan-tulisan berantakan yang aku publish di platform ini.
Gak terasa sudah 5 tahun aku bergabung dengan wattpad, dan selama itu juga aku selalu mendapatkan support, pujian, kritikan dari kalian semua.
Love you guys so much❤️ Doakan semoga aku bisa terbitin buku baru lagi.

Jum'at, 07 Agustus 2020

Продовжити читання

Вам також сподобається

ARGALA Від 𝑵𝑨𝑻𝑨✨

Підліткова література

6.2M 267K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
My Nerd Girl Від 🍒

Підліткова література

70.5K 3.6K 11
"Hating, cursing, bullying... But loving you" Story by devaokta (Indonesian Language) [Start : 04 Oktober 2020] [End : ]
Mine Від N U N I A

Підліткова література

1.8M 26.8K 5
Ternyata hanya karena obsesi tidak berguna anda itu? Oh! Selamat, anda sudah membuat saya jatuh sejatuh jatuhnya. -Leonna Abela Vataro- Murid trublem...
I'M BACK Від Call Me Wii❣

Підліткова література

208K 27.3K 41
Stefan adalah seorang playboy ulung, dia memacari karyawan part timenya lalu mendekati wanita lain. Suatu hari Adik Perempuannya dibunuh oleh sang pa...