Penjilat Darah Haid - END

由 RosOchanie_

113K 13.8K 2.1K

Ambisi untuk mengubah diri menjadi lebih cantik membuat Nyai terpaksa melakukan ritual syirik. Darah haid ada... 更多

Bab 1 - Wanita Buruk Rupa
Bab 3 - Kucing Hitam
Bab 4 - Nyai Geulis
Bab 5 - Sumilangeun (Nyeri Haid)
Bab 6 - Abah
Bab 7 - Gadis Lusuh
Bab 8 - Cut Dalam Bahaya
Bab 9 - Teror di WC 1
BAB 10 - KORBANKAN TEMAN?
Bab 11 - Cut Hilang
Bab 12 - Terjebak di Dalam Hutan
Bab 13 - Menikahi Setan
Bab 14 - Jimat Merah
Bab 15 - Cut Kenapa?
Bab 16 - Siapa Dia?
Bab 17 - Gadis Ganas (15+)
Bab 18 - Hukuman Dayat
Bab 19 - Darah Haid
Bab 20 - Malam Pertama 'tak Terlupakan
Bab 21 - Khadijah Musyrik?
Bab 22 - Istighfar!
Bab 23 - Tidur Ditemani "Dia"
Bab 24 - Dilecehkan
Bab 25 - Dibenci Para Santri
Bab 26 - Bunuh Diri
Bab 27 - Hilang Saat Butuh
Bab 28 - 2 MIMPI
Bab 29 - Tespek
Bab 30 - Pamit, Pulang!
Bab 31 - Keputusasaan
Bab 32 - Jangan Takut!
Bab 33 - Fitnah Teman
Bab 34 - Bau Busuk
Bab 35 - Terbongkar
Bab 36 - Bayang-bayang Masa Lalu
Bab 37 - Darah Manis
Bab 38 - Bau Amis
END - Penyesalan
EXTRA PART - JANGAN TAKUT MATI!

Bab 2 - Bukan Pak Haji

8.4K 805 159
由 RosOchanie_

Aroma minyak kayu putih menggelitiki rambut hidung Khadijah, membuatnya tersadar dari pingsan.

“Ochi!” Ia terperanjat bangun, lalu memeluk erat tubuh teman di depannya.

“Ih, apaan sih? Geli tahu, main peluk aja.” Ochi berusaha melepas pelukannya.

“Ochi, makasih ya! Dah tolongin aku.”

“Makasih ke Gusti Allah, bukan ke Ochi! Lagian Dijah kenapa? Balik dari WC kayak orang kesurupan tahu nggak.”

Khadijah memutar otak, mencoba mengingat kejadian buruk yang telah menimpanya. Sesaat setelah itu, ia bergidik ngeri membayangkan dua bola mata yang menggelinding ke arahnya. Lalu darah itu … ah, tidak! Apa benar Khadijah melihat hantu?

Melihat Khadijah melamun, Ochi melambaikan tangan di depan wajahnya. “Hey!”  

“Tayo!” timpal Khadijah spontan.

“Melamun terosss, masih inget gak? Pak Haji nyuruh kamu ngambil air di Lebak.”

“Astagfirullah, iya lupa. Ya udah, aku berangkat ya! Takut Pak Haji ngamuk.” Khadijah mengambil sebuah ember kecil di dekat lemari bajunya, lantas pergi ke luar kobong. 

“Iya ti-hati, woy! Di sana banyak Setannya, haha!” gelak Ochi menakuti.

“Ih, Ochi mah jahat! Ya udah ah assalaamu’alaikum.”

“Wa’alaikumussalaam.”

Derap langkah kaki Khadijah semakin pelan saat di depannya terlihat jalan kecil yang dihimpit dua kebun luas yang gelap. Suasana sangat dingin dan kelam. Padahal waktu baru menunjukkan pukul 18.27.

Ia kembali melangkah, bismillah.

Beruntung Khadijah sempat membawa senter, karena jika hanya mengandalkan cahaya dari pantulan bulan, akan sangat sulit baginya berjalan. Apalagi ditambah tanah menurun yang becek dengan beberapa akar pohon yang melintang. Ia harus berhati-hati atau jika tidak, tubuhnya akan menggelinding jatuh hingga ujung jalan.

Tap

Tap

Tap 

Kenapa jalan ini begitu sepi? Apa tidak ada orang yang berjalan selain dirinya? Fikir Khadijah. Berulang kali ia merutuki perintah Pak Haji kali ini. Kenapa ia meminta Khadijah pergi cari seember air sendiri di waktu Magrib? Apa tidak bisa lain waktu?

Ah, apa-apaan ini? Sungguh tidak pantas bagi seorang Santri merutuki gurunya sendiri. Akan jadi tidak berkah ilmu yang ia terima.

Akhirnya, Khadijah kembali berjalan. Kali ini, lebih cepat tapi tetap hati-hati.

Grrrrh

Apa? Suara apa itu? Terdengar seperti hewan buas. Sontak Khadijah menyorotkan sinar senternya pada arah suara terdengar. ‘Tak ada. Ah, mungkin hanya halusinasi. Ia kembali menenangkan fikiran.

Perjalanan masih cukup panjang, dan ia harus lebih mempercepat langkahnya. Dengan penerangan seadanya, ia tergopoh di tengah hening malam yang mencekam.

Brukk

Ah, suara apa lagi itu? Khadijah mencoba untuk ‘tak menghiraukannya. Ia tetap berjalan.

Brukk

Suara itu kembali datang, terdengar dari arah belakang. Seperti ada yang mengawasinya, Khadijah menoleh. Lagi, ‘tak ada siapapun di sana. Hanya sugesti, fikirnya.

Kali ini, ia memutuskan untuk fokus ke depan, biarkan saja mereka yang tengah usil.

Tap – tap

Tap – tap

Aneh, setiap kali Khadijah melangkah, selalu ada suara langkah kaki yang membuntutinya. Tidak-tidak! Ini hanya perasaannya saja.

Di tengah langkahnya, tetiba angin berembus kasar. Dedaunan dari pohon-pohon pisang seolah melambai. Karena merasa sangat dingin, Khadijah meletakkan dulu ember yang dipegangnya, lantas memasangkan kupluk jaket yang ia kenakan.

Sial, senter terlepas dari pegangan. Ia  menunduk.

Deg

Ada sepasang kaki berdiri di belakangnya. Mata Khadijah sontak membulat, beriring dengan jantung yang berdegup cepat.

Ia kembali berdiri tegap, bersiap untuk menoleh ke belakang dan mungkin akan pingsan setelahnya.

“Hey, maneh!” (Hey, kamu!) tegur seorang Kakek tua menepuk bahu Khadijah. Ia cepat berbalik.

“Pak Haji! Syukur Alhamdulillah, ada Pak Haji!” sorak Khodijah.

“Nanaonan maneh di dieu? Sorangan deuih.” (Lagi apa di sini? Sendirian pula.)

“Loh, ‘kan Pak Haji yang nyuruh?”

Pak Haji terlihat berfikir sejenak.

“Hayu, balik! Teu eling.” (Ayok, pulang! Gak waras.)

Khadijah membuntuti Pak Haji, matanya memandang tubuh kakek tua di depannya dari atas sampai bawah, takut-takut tidak menapak. Tapi syukur, telapak kakinya yang beralas sandal jepit menempel di atas tanah.

Lalu, siapa Kakek Tua yang tadi marah-marah di kamar mandi?

“Eh, Pak Haji! Ember Dijah ketinggalan.”

“Nya sok candak heula!” (Silakan bawa dulu!)

Khadijah bergegas mengambil ember kecilnya yang tertinggal beberapa langkah. Sesampainya di sana, dari balik semak, samar-samar matanya beradu pandang dengan sepasang mata yang sebelumnya pernah ia temui.

“Ulah sagala ditingali!” (Jangan segala dilihat!).

***

Ya maaf pendek, nanti malem up lagi dah! ^^

See u ♡

繼續閱讀

You'll Also Like

342K 3.1K 16
18++ Bukan konsumsi anak2 Sekian lama menjanda, kau mendapatkan kabar jika ibumu akan menikah. Mungkin bagi sebagian anak. Ia akan bahagia. Namun tid...
17K 424 28
☡DAHULUKAN BACA DESKRIPSI☡ Kisah cinta penuh kesakitan, tentang rasa malu dan penyiksaan dimasa lalu mulai beredar. Penyesalan pembawa petaka untuk a...
11K 384 35
•BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA• Setelah meninggalkan tempat dirinya di lahirkan, Erlang pergi nge-kost. Tidak di sangka juga, Tetangga nya adala...
21.1K 1.3K 4
Cerita ini adalah pengalaman pribadi gue saat berada di titik paling dilema untuk menentukan mau lanjut pendidikan dimana dan mau jadi apa nantinya. ...