If You Know When [TELAH DITER...

De ItsmeIndriya_

1M 120K 15.4K

Trilogi IYKW Series Sekian lama menghilang, akhirnya Vanilla kembali dengan harapan baru untuk akhir kisah pe... Mais

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
PENGUMUMAN
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Lima
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
VOTE COVER!!!
Lima Puluh Delapan
Lima Puluh Sembilan
Enam Puluh
Enam Puluh Satu
Enam Puluh Dua
Enam Puluh Tiga
Enam Puluh Empat
Enam Puluh Lima
TERIMA KASIH
PRE-ORDER IYKWHEN
LDR SERIES 1 || OBSESI ELANG
DIARY VANILLA

Tiga Puluh Enam

13.6K 1.7K 127
De ItsmeIndriya_

Dengan stelan jas dan diiringi oleh langkah sepatu heels yang menggema, Jason jalan dengan begitu angkuh diantara kerumunan orang yang berlalu lalang. Biasanya Jason datang sendiri, tapi sekarang ia bersama dengan sekretaris pribadinya. Jason menyempatkan waktunya yang mepet untuk bertemu dengan seseorang. Ia sangat tak sabar ingin melihat bagaimana keadaan orang itu.

Dari kejauhan, mata Jason melihat dua orang yang beru saja keluar dari lift sembari menyeret kopernya. Otomatis, Jason langsung berdeham dan kembali melanjutkan langkahnya sembari mengendurkan sedikit ikatan dasi yang agak mencekik lehernya.

Dengan senyum disudut bibirnya Jason menyapa, "are you lost baby girl?" ucapnya dengan deep voice yang bila di dengar dengan seksama terasa mirip dengan suara bariton Arsen Gustavo.

Mendengar nada dramatis Jason membuat Dava langsung berdecak, "baby girl, baby girl, she's my baby!" Dava langsung menggandeng Vanilla posesif.

Otomatis Jason langsung memukul tangan Dava dan berdiri diantara Dava dan Vanilla. "Pergi Lo sana!" ujarnya sembari mendorong Dava hingga Dava terhuyung kesamping.

Dava langsung memberikan tatapan tajam nan membunuh kepada Jason, namun yang di tatap hanya menjulurkan lidah dan membawa Vanilla pergi, diikuti sekretaris Jason yang mencoba menahan tawa. Mungkin dalam hati, wanita yang sudah bekerja dengan Jason lebih dari tiga tahun itu berkata bahwa Jason sangat jauh berbeda dengan apa yang sering dilihat banyak orang.

"Kan gue udah bilang, gak usah jemput gue," ujar Vanilla pada Jason yang tak mau melepaskan gandengannya. "Meeting Lo itu lebih penting. Kalau Lo jadi miskin gimana?"

Jason mengibaskan tangannya di udara. "Tenang aja, kakak Lo ini gak akan jatuh miskin hanya karena telat meeting sama klien. Bahkan kalau gue jatuh miskin pun, it's not a big deal. Harta bisa dicari, tapi kalau Lo--- gak akan ada yang bisa gantiin posisi Lo di keluarga besar gue."

Kalimat Jason benar-benar membuat Vanilla terharu. Sebesar itulah kasih sayang yang sudah Jason dan keluarganya berikan untuk Vanilla. Rasanya Vanilla seperti orang yang paling beruntung di dunia. Memiliki keluarga angkat yang sama sekali tidak pernah membuatnya merasa terasingkan. Bahkan, Vanilla lebih nyaman bersama keluarga angkatnya dibanding keluarga kandungnya sendiri.

Dengan mata berkaca-kaca, Vanilla menatap Jason. Sadar akan tatapan Vanilla, Jason langsung menoleh dan mengembangkan senyum tipis seraya mengacak-acak rambut Vanilla.

Melihat kemesraan Jason dan Vanilla, Dava yang mengekor dibelakang hanya bisa mendengus dan memutar bola mata. Andai saja Jason tidak berjasa dalam hubungannya dengan Vanilla, meskipun berstatus sebagai kakak angkat Vanilla, Dava tidak akan membiarkan Jason memegang Vanilla. Jangankan memegang, berdiri dalam radius satu meter saja hukumnya sudah haram.

Sesampainya di depan mobil Jason, Jason menyuruh Vanilla terlebih dahulu masuk bersama dengan sekretarisnya. Sementara Jason menunggu Dava karena ada hal yang hendak ia bicarakan.

"Hari ini gue ada meeting sama calon mertua Lo," ujar Jason ketika Dava baru saja berhenti melangkah persis dihadapannya.

Alis Dava berkerut, "siapa?" tanyanya bingung.

"Bokapnya Soraya," jawab Jason. "Kan calon mertua lo."

Dava langsung memberikan tatapan membunuh pada Jason yang terlihat sedang berusaha menghancurkan mood Dava.

"Lo tahu alasan kenapa Lo dijodohin sama sekretaris Lo itu?" tanya Jason di balas gelengan oleh Dava. Jason menghela napas, "bokapnya Soraya adalah pemegang saham terbesar kedua setelah bokap Lo. Dan enam puluh persen para pemegang saham di perusahaan lo lebih berpihak ke Bokapnya Soraya."

"Antara saham dan perusahaan sama sekali gak ada hubungannya sama perjodohan gue dan Soraya."

Mendengar kalimat polos Dava membuat Jason gemas. "Dav, Lo sekolah tinggi-tinggi, dapat gelar sarjana dan jadi direktur tapi Lo sama sekali gak tahu soal kayak gini?"

"Kalau sampai Bokap Soraya narik seluruh saham dia dari perusahaan lo, otomatis para investor yang lain juga akan melakukan hal yang sama. Bahkan calon investor pun bakal pergi gitu aja. It means, harga saham Lo akan jatuh dan perusahaan lo bisa collapse."

Dava tertawa, "narik saham gak segampang narik bulu hidung, Jason!"

"Dav, gue juga tahu dia gak akan bisa narik saham segampang itu. Tapi Lo harus tahu satu hal, kartu mati perusahan Lo ada di tangan Bokapnya Soraya. Kalau sampai para investor yang lain kena hasut, bokap Lo bisa didepak dari jabatannya, perusahaan lo bangkrut, endingnya bakal diakusisi oleh perusahaan dia."

"Jadi intinya?" tanya Dava benar-benar tak mengerti dengan kalimat-kalimat Jason.

Dalam hati Jason mengutuk Dava. Tampilannya saja terlihat cerdas, aslinya kosong.

Jason kembali menghela napas. "Intinya, orangtua lo menjodohkan kalian berdua supaya perusahaan lo aman. Kalau perusahaan lo collapse dan diakusisi perusahaan Soraya, Lo masih punya saham, ya paling sedikit sepuluh persen."

"Gimana kalau perusahaan lo aja yang akusisi perusahaan gue kalau gue bangkrut?" Dava mencoba memberi ide yang membuat Jason geram.

Seolah bergerak dengan sendirinya, tangan Jason lalu memukul belakang kepala Dava dengan cukup keras hingga Dava meringis dan otomatis mengusap belakang kepalanya.

Jason mendengus kesal dan berbalik meninggalkan Dava yang masih sibuk meredakan kepalanya yang nyut-nyutan. "Woy, Gue ikut!" teriak Dava dibalas lambaian tangan oleh Jason yang masuk ke dalam mobil.

Jason menurunkan kaca mobilnya seraya berkata, "Lo pulang sendiri, gak usah manja minta diantarin segala!" ucapnya kembali menaikan kaca mobilnya hingga tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Dava.

Tanpa berlama-lama lagi, Jason menyalakan mesin mobil dan mulai menjalankannya. Dari kaca spion, Jason sempat melihat Dava yang menelpon seseorang. Jason masih sedikit kesal dengan kalimat Dava tadi. Andai saja pria itu tidak menjalin hubungan dengan adiknya, Jason tidak mau repot-repot membantu Dava.

"Kenapa gak bareng Dava?" tanya Vanilla. Jason hanya mengangkat kedua bahunya seraya fokus dengan jalan dihadapannya.

Karena Jason tak menggubris pertanyaannya, Vanilla pun memutuskan untuk tidur saja. Lagi pula perjalanan mereka masih cukup lama dan Vanilla sama sekali tidak beristirahat di pesawat tadi karena Dava yang tak henti-henti mengganggunya. Bagaimana bisa Vanilla tidur nyenyak jika pria yang disukainya terus membuat jantungnya berdegup tak karuan?

*****

"Dari mana saja kamu?"

Kalimat intimidasi dari Ayah Dava membuat Dava menghentikan langkahnya persis di ruang keluarga. Terlihat Ayahnya sedang duduk sembari membaca sebuah koran dengan secangkir kopi yang tergeletak diatas meja.

"Jalan-jalan," jawab Dava seadanya dan hendak kembali melanjutkan langkah kakinya menuju kamar.

Ayah Dava membanting koran yang dibacanya keatas meja, "Dari mana kamu, Rian!" teriak Ayahnya membuat Dava kembali berhenti melangkah dan menghela napas.

Dava menoleh, "Dava pergi sama Vanilla ke Paris, kenapa?" jawab Dava sama sekali tak takut dengan raut wajah Ayahnya yang terlihat mulai emosi.

"Disaat seperti ini kamu sempat-sempatnya pergi ke luar negri dan meninggalkan tanggung jawab kamu di perusahaan?"

"Perusahaan lagi, perusahaan lagi," gumam Dava muak. "Pa, jangan bawa-bawa nama perusahaan kalau ini berkaitan sama hubungan Dava dan Soraya."

"Apa kata orang tua Soraya kalau tahu kamu pergi dengan perempuan lain, berduaan. Rian, Papa kan sudah bilang, selama kamu bersama Soraya, jangan mendekati perempuan lain!"

Nama Rian terdengar asing ditelinga Dava, padahal Rian adalah nama panggilannya sejak kecil. Namun entah mengapa semakin lama Dava semakin tidak suka jika ada yang memanggilnya dengan nama Rian.

"Dava gak pernah dengar tuh Papa bilang kalau Dava gak boleh dekat sama perempuan lain. Seingat Dava, Papa bilang kalau semua pilihan ada ditangan Dava. Lagi pula Dava gak pernah setuju untuk punya hubungan sama Soraya. Dava gak kenal Soraya dan Dava gak punya perasaan apapun ke dia."

Mendengar kalimat bantahan Dava membuat Ayahnya bungkam. Wajahnya merah padam, seperti bom atom yang siap meledak.

Dava kembali menghela napas, "Pa, sekarang Dava sudah punya pilihan sendiri. Dava yakin pilihan Dava sudah tepat. Dava gak mau kejadian sepuluh tahun yang lalu terulang lagi. Dulu Dava masih gak tahu apa-apa, tapi sekarang Dava sudah dewasa, Pa. Baik buruknya hubungan yang Dava jalani, hanya Dava yang tahu, bukan Papa."

"Ini semua demi--"

"Demi keluarga, i know. Perusahaan segalanya bagi Papa, iya kan?"

"Dava anak tertua, dan Dava punya tanggung jawab besar di keluarga ini, tapi bukan seperti ini caranya. Itu sama aja Papa gak percaya kalau Dava bisa meneruskan perusahaan keluarga ini tanpa campur tangan dari orang lain."

Dava langsung berlalu begitu saja tanpa memperdulikan Ayahnya yang berulang kali memanggil. Semua hal mengenai perusahaan dan keluarga benar-benar membuat kepalanya berdenyut sakit.

Dava mulai berpikir, selalu saja ada rintangan yang menghalangi setiap kali Dava mencoba untuk berpegang teguh pada pilihannya. Seolahnya hidupnya dikontrol seseorang yang tidak ingin Dava bahagia.

Hidupnya memang terbilang mewah sejak kecil. Dan sekarang Dava paham, dibalik kemewahan yang dulu Dava nikmati, ada harga yang harus ia bayar. Mempertahankan sebuah perusahaan yang menghidupinya sejak kecil bukanlah perkara mudah. Apalagi di era seperti sekarang. Banyak pesaing dari perusahaan asing yang mencoba untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan lokal. Beginilah kejamnya dunia bisnis. Rela melakukan apa saja demi tetap jaya. Bahkan masa depan dan kebahagian pun rela dikorbankan. Memang tidak semua, tapi kebanyakan memilih untuk hidup dengan seseorang yang statusnya setara. Padahal status sosial tidak menjamin kebahagian seseorang.

Dava menggaruk kepalanya frustasi. Kalimat-kalimat Jason mulai terngiang dipikirannya. Sebenarnya Dava tahu tujuan dari perjodohan antara dirinya dan Soraya, apalagi kalau bukan karena bisnis. Hanya saja Dava tidak tahu mengenai posisi orangtua Soraya di perusahaannya. Dava juga tidak mau membuat Jason berpikir bahwa ia hanya akan kembali mempermainkan perasaan Vanilla. Jujur, Jason terlihat lebih menakutkan dibanding kemarahan Ayahnya. Itu sebabnya Dava mencoba untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

Ponselnya bergetar, membuyarkan lamunan Dava. Segera ia mengecek notifikasi yang masuk. Ternyata sebuah pesan dari Vanilla.

Membaca pesan tersebut membuat Dava langsung senyum-senyum sendiri. Dava pun membalas pesan Vanilla, tak lupa ia memberikan emoticon hati diakhir kalimatnya. Hanya sebuah pesan singkat, namun mampu mengembalikan suasana hati Dava yang semula kesal menjadi senang.

Dava membuka laci nakas paling bawah yang berada persis disamping tempat tidurnya. Disana tergelatak sebuah foto yang sudah tersimpan hampir sepuluh tahun lamanya. Ya, foto pertama Dava bersama Vanilla. Dibalik foto tersebut ada sebuah tulisan 'Dava & Vanilla' yang sengaja ditulis oleh Vanilla ketika mereka mengambil foto tersebut.

Setelah memandanginya cukup lama, Davapun meletakan foto tersebut diatas nakas. Foto dengan seragam putih abu-abu yang memiliki banyak kenangan. Meski tidak semuanya indah, namun tetap saja membekas diingatan Dava.

******


Sabtu, 25 Juli 2020

Continue lendo

Você também vai gostar

HERIDA De Siswanti Putri

Ficção Adolescente

636K 24.9K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
Forbidden Forest De Butterfly

Ficção Adolescente

281 65 5
Altheo Matthew, lelaki berparas tampan yang dipaksa untuk mengikuti semua ucapan dari sang ayah, untuk sempurna menjadi seorang penerusnya. Tak ada c...
little ace De 🐮🐺

Ficção Adolescente

909K 67K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
• Can I? • De 🐼Moy🐼

Ficção Adolescente

1.4K 149 9
Aneska Zoya Reveena, gadis yang tidak bisa dipercaya. Ucapannya yang asal ceplos dengan kenyataan yang tidak dia perhatikan. Sungguh dia gadis bodoh...