Ranselku [Belum Revisi]

Oleh Dewibiruu

40.2K 3.9K 799

_______________________________________________ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!! [Tahap revisi, tulisan ini mas... Lebih Banyak

1.KILAUAN CAHAYA
2.TAMARA MENANGIS?
3. 'Osh'
4.WHATS'AP BRO
5.DITOLAK?
6.HUKUMAN!
7.GAGAL
8.JANJI TAMARA
9.HANCURNYA REPUTASI TAMARA
10.ANCAMAN VALDO
11.PERDEBATAN KECIL
12.MISTIS
13.HADIAH
14. GENG TRILLED
15.MIMPI
16. GOMBALAN DINO
17.KEHILANGAN JEJAK
18.KEBENCIAN
19.SECARIK KERTAS
21.SADAR
22.PERMOHONAN
23. BAYANGAN
24.TERULANG KEMBALI
25.PETUNJUK
26. SAHABAT KECIL
27. H?
28. KEMATIAN ORANG TUA LYODRA
29.GUGUP
30. CEMBURU?
31. KATA PEPATAH
32. RASA
PERKENALAN TOKOH
33. NEGOSIASI
34. NAIK KELAS
35. MUSUH DALAM SELIMUT
36. AWAL SEBUAH IDE PEMBALASAN
37. FLASHBACK
38. FIRST KISS
39. KECURIGAAN
40. MIMPI (2)
41. PESAN
42. CIUNG WANARA
43. TIMBULNYA PERPECAHAN
44. PERTEMUAN
45. MANUSIA, TANAH, DAN BATU
46. IKHLAS
47. TERBONGKAR
48. 1 MENIT 87 DETIK
49. PERGI
50. LANGKAH BARU
51. EKSTRA PART

20.GENGGAMAN

686 66 10
Oleh Dewibiruu

Vote dulu sebelum membaca!
Bila perlu komen yang banyak:)

***
Hai makasih banget yang udah baca cerita aku. Aku seneng banget kalo kalian juga vote dan komen setiap part-nya!

Semua itu sangat berarti buat aku:)

Buat kalian yang selalu nunggu up semangat ya !

***

Aku di hadapkan pilihan
Antara benar dan salah
Aku mencintai kamu
Sangat mencintai

Kamu berjalan bersamanya
Selama kamu denganku
Begitu rumitnya dunia
Hanya karena sebuah rasa cinta

Jadilah aku ,kamu,dan dirinya
Berada di dalam dusta yang tercipta
Mengapakah harus kurasa
Sepenting itu kah cintamu
Kita berawal karena cinta
Biarlah cinta yang mengakhiri

🎼Agnes Mo- Sebuah rasa🎼

Spam komen disini!

***
Malam itu, Tamara menginap di rumah sakit demi menjaga Valdo. Dia khawatir jika Valdo kenapa-napa karena semua ini adalah salahnya.

Radit dan Dino hanya pasrah menghadapi Tamara. Sikapnya sama keras kepalanya seperti halnya Valdo.

Tamara menggenggam erat tangan Valdo. Dia berharap sekali dengan seperti itu Valdo akan lekas membaik. Keadaannya kini masih di khawatirkan, karena Valdo belum juga sadar. "Aku akan selalu temenin kamu, Do. Aku akan selalu sama kamu, dan aku akan beri kamu kesempatan."

"Aku akan terima kamu sebagai pacar aku dan sebagai calon suamiku suatu hari nanti." Tamara terisak pelan. Bulir air mata mulai jatuh dari matanya.

"Kamu tahu?" tanya Tamara kepada Valdo yang masih belum sadar.

" CH3COOH itu rumus senyawa," ucapnya, "tahu maksudnya? Aku jelasin, deh!"

"CH3COOH itu adalah cuka. Aku CH3COOH kamu, maksudnya itu Aku cuka sama kamu." Tamara tersenyum miris, dengan keadaan Valdo yang sekarang. Sungguh dia sangat rindu dengan Valdo, meskipun sangat menyebalkan tapi dia lebih suka sosok Valdo yang seperti itu.

Radit dan Dino sedang mencari makan sekarang untuk mengisi perut mereka yang kosong. Apalagi Tamara, sejak kejadian tadi siang dia belum makan sama sekali.

"Kira-kira apasih yang buat Lyodra ngelakuin ini?" tanya Dino kepo. Dia berpikir dengan keras untuk mencari jawaban dari pertanyaannya barusan.

"Kayaknya dia kebakar cemburu, deh. Gara-gara Valdo lebih milih Tamara dari pada dirinya," cetus Radit ngasal.

Dino kemudian bertanya kembali. "Emang cinta itu membutakan ya, Dit?"

"Lo tanya sama orang yang tepat."  Radit membanggakan dirinya. Dia kemudian menepuk-nepuk dada bidangnya sendiri.

"Cinta itu susah di tebak," lanjutnya.

"Maksud lo gimana sih, bego?!" Dino menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Radit berdecih. "Lo yang bego!"

"Lo yang bego! Cinta susah di tebak apanya?! Buktinya gue suka sama Risya bisa di tebak."

Radit menepuk jidatnya pelan. "Bukan gitu goblok!"

Alih-alih tidak mau disalahkan. Dino mencoba mengancam Radit. "Ngegas amat sih lo, Dit! Gue tendang juga lo!"

Radit mengeluarkan senyum tengilnya. "Berani lo sama gue?!"

"Ya berani lah emang lo siapa?!" tandas Dino tak kalah tajam.

"BACOT!" Lebih baik Radit mengalah. Percuma saja berbicara kepada sahabatnya ini. Tingkat ke goblokannya sudah tingkat akut.

"Tinggal jelasin apa susahnya sih!" gerundel Dino. Dia kemudian tersenyum kecut.

Radit menghela napas berat. "Ini gue mau jelasin sabar ngapa!"

"Iya-iya."

"Jadi, cinta itu bisa datang kapan aja sesuka dia. Demi cinta banyak yang ngorbanin dirinya. Bahkan ..." Radit menggantungkan ucapannya, "bahkan, mereka rela harga dirinya di jual."

Dino melongo tak percaya, benarkah cinta sekejam itu?

"Tapi di sisi baiknya, cinta itu bisa bikin hari-hari kita bahagia. Contohnya, kalau lagi bete karena ulah lo yang nyebelin, terus chating tuh sama doi ntar kita jadi kesemsem sendiri."

"Pinter banget lu, Bro," sanjung Dino kepada sahabatnya ini. Dia kemudian merangkul pundak Radit.

Radit kemudian langsung menyingkirkan tangan Dino. "Gue kan udah bilang, kalo gue itu pakar cinta!"

Dino melirik tajam Radit karena melepaskan rangkulannya. Apa salahnya coba. "Pasti Hana seneng banget tuh bisa dapetin lo."

"Wih ya tentu, Hana bakal klepek-klepek sama gue dan selalu kangen sama gue." Senyumnya mengembang setelah berkata begitu.

"Alah! Alayy!" lirih Dino yang masih terdengar jelas di telinga Radit.

Radit memeletkan lidahnya. "Biarin yang penting gue nggak jomblo."

"Nanti kalo putus ..." Radit langsung memukul pundak Dino, enak saja dia mendo'akan seperti itu. Mereka berlarian di tepi jalan di malam-malam begini.

Mereka membeli 3 bungkus nasi goreng yang berada dekat dengan rumah sakit Pelita Jaya.

*
Radit dan Dino kini sudah sampai begitu juga dengan Hana. Ternyata Radit meminta kepada Hana untuk menemani Tamara. Radit merasa kasihan sekali dengan Tamara sekarang ini, mudah rapuh.

Wanita yang kuat pun akan terlihat rapuh jika cintanya sedang dalam keadaan begini.

"Kamu makan dong, Tam. Biar kamu bisa vit buat jaga Valdo besok!" bujuk Hana kepada Tamara.

Tamara menggeleng pelan. "Aku nggak laper, Han. Mending buat kamu aja!"

Hana membelalakkan matanya. Sulit sekali untuk membujuk sahabatnya ini. "Aku udah makan, Tam. Kamu harus nurut sama aku! Aku nggak mau kamu sakit! Kamu itu sahabat aku, aku sayang sama kamu. Coba ngertiin aku kali ini aja jangan keras kepala!"

"Tapi ..."

"Yaudah lima sendok aja gimana?" Hana menarik turunkan alisnya.

"Mmm, satu deh," bujuk Tamara kepada Hana sambil mengeluarkan puppy eyes- nya.

Hana menggeleng dengan kuat. "Empat!"

"Satu suap aja deh, Han!" Tamara mengerucutkan bibirnya.

"Tiga!" Hana masih mencoba untuk bersabar menghadapi sahabatnya ini.

"Satu!" kekeuh Tamara. Dia sedang tidak mempunyai nafsu makan sekarang ini.

Hana akhirnya kehabisan kesabarannya. "Ya sudah kamu makan sampe habis gimana?!"

Tamara kaget. Baru kali ini melihat seorang Hana marah. "Ih kok kamu ngegas sih, Han?"

"Aku bisa aja tegas sama kamu Tamara! Cepet makan!" pinta Hana dengan tegas.

"Kamu kok kayak Ibu aku?" Tamara menggerutu. Dia tidak suka jika Hana seperti ini.

"Suatu hari juga aku bakal jadi Ibu. Jadi, sekarang aku harus belajar buat mendidik anak. Dan, yang jadi contohnya kamu."

"Tapi ..."

"TAMARA!" bentak Hana kepada Tamara.

"Iya, aku mau makan kok ini." Tamara akhirnya duduk di sofa dimana Radit dan Dino berada sambil mengerucutkan bibirnya. "Dit, galak amat sih pacar kamu?"

Radit menyengir kuda. "Itu namanya perhatian bukannya galak!"

"Iya tuh Tamara bener! Lo beruntung punya sahabat kayak Hana. Nggak kayak gue punya sahabat kayak gini semua," tutur Dino curhat.

Radit dengan bersungut-sungut mengucapkan, "Jadi, lo mau gue pecat jadi sahabat?"

"Bercanda, baperan amat sih lo?!" setelah berkata begitu Dino menyengir.

"Bodoamat!" ketusnya, "BEB, AKU MAU MAKAN DULU YA. KAMU MAU AKU SUAPIN NGGAK?" teriak Radit dengan sengaja.

"Huss, jangan berisik!" tegur Tamara sambil mencubit Radit.

Dino tertawa puas, jika Tamara sudah marah inilah resikonya. Tamara di lawan mau kuping lo budek?!

Hana pun tersenyum kecil menatap pacarnya itu. Bahagia sekali mempunyai pacar yang sangat baik, dan ternyata sahabatnya adalah teman sekelas pacarnya.

"Syukurin lo biar tahu rasa!" tampik Dino.

"Biarin."

"Kalian ngomong satu kalimat lagi, aku usir kalian dari sini!" ancam Tamara.

Hana menahan tawanya yang super- super berisik. Membuat telinga yang mendengarnya menjadi meledak.

Radit dan Dino hanya saling menatap. Tak bisa di bayangkan jika Tamara mengamuk di rumah sakit.

***

Terima kasih sudah mampir ke ceritaku.

Penasaran part selanjutnya?

Silahkan komen jika ada typo!

Follow Instagram Author
@Dewibiruu

Follow YouTube Author
@dewisarah16

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

223K 24.2K 56
Di saat ilmu pengetahuan memperbudak otak, hanya sedikit manusia yang memercayai intuisi dan ramalan. Sembilan tahun sebelum kelahiran Hexagon, bumi...
853K 83.2K 29
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
888K 53.5K 56
Setelah menerima banyak luka dikehidupan sebelum nya, Fairy yang meninggal karena kecelakaan, kembali mengulang waktu menjadi Fairy gadis kecil berus...
13.3K 915 20
'Kalau kau sendirian di jalan seperti ini mungkin kau juga akan lari.' 'Penakut!!!' May dan Daniel bertemu disebuah jalan kosong tanpa jejak. Tapi ta...