In Between 1 (END)

By _icecoffe

154K 14.3K 1.4K

°°FOLLOW AUTHORNYA DULU SEBELUM BACA YA GAES 😉 Bertemu dengan cinta masa lalu kadang terasa menyenangkan. Ap... More

CUAP-CUAPKU
PART 1
PART 2
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11
PART 12
PART 13
PART 14
PART 15
PART 16
PART 17
PART 18
PART 19
PART 20
PART 21
PART 22
PART 23
PART 24
PART 25
PART 26
PART 27
PART 28
PART 29
PART 30
PART 31
PART 32
PART 33
PART 34
PART 35
PART 36
PART 37
PART 39
PART 40
PART 41
PART 42
PART 43
PART 44
PART 45
PART 46
PART 47
PART 48
PART 49
PART 50
PART 51
PART 52
Part 53
PART 54
PART 55
PART 56
PART 57

PART 38

2K 214 42
By _icecoffe

Setelah mobil Rafael pergi, aku baru memasuki halaman rumah. Sambil bersenandung senang, aku membuka pagar. Tante Vira  jaga malam, jadi tidak akan ada yang mengomel panjang lebar karena aku pulang telat. Mbok Marimar juga sudah aku bawakan makanan. Aku tersenyum bahagia.

Namun, senyumku tak berlangsung lama saat mataku menangkap sepasang sepatu hitam berada di ujung anak tangga. Aku tercekat, langkahku juga terhenti tiba-tiba. Bukan hanya sepatu saja, tapi sepasang jenjang kaki yang memakainya juga turut serta ada di sana. Berpijak tegak pada ujung anak tangga landai di depan rumah.

"Jadi, ini alasan kamu tidak mau mengangkat teleponku seharian?"

Deg! Saat itu juga jantungku seolah berhenti berdetak. Aku  bisa melihat jelas sosok Wishnu berdiri menjulang dengan sorot mata yang menghujam. Rahang tegasnya mengetat dengan kedua tangan mengepal erat di kedua sisi tubuhnya.

"M-Mas Wish-nu." Tenggorokanku rasanya tercekik. Seperti sedang menelan duri-duri tajam, aku mendadak tidak bisa bersuara lantang.

"Haruskah dengan cara seperti ini kamu ingin lepas dariku, Lila?"

Mendengar itu, dadaku berdenyut nyeri. Nadanya sangat lirih, namun sanggup membuat hatiku perih.

"Aku selalu mencoba mengerti alasan kamu nggak mau terburu-buru menikah. Aku pikir karena memang kamu beneran belum siap. Tapi ternyata...." Ada jeda yang membuat mataku terpejam sakit. "Yang aku lihat malam ini sudah menjelaskan semuanya."

Aku menunduk, tidak berani mengangkat wajah. Sedang mataku sudah terasa panas. Di sini aku yang bersalah, menyakitinya. Tapi kenapa aku yang sedih? Aku merasa kecewa pada diriku sendiri.

"Mas... Aku...."

"Kalila!"

Kepalaku memutar saat mendengar suara Rafael.  Cukup terkejut melihatnya ada di sini. Bukankah tadi dia sudah pergi? Ya Tuhan, kalau boleh aku meminta, tolong cabut nyawaku sekarang juga.

Sepertinya Rafael menyadari situasi yang sedang aku hadapi. Wishnu membuang muka saat Rafael mendekat. Kenapa di saat seperti ini Rafael kembali?

"Ada apa, Kalila?" tanya Rafael, bingung. Netranya memandangku dan Wishnu bergantian.

Ini di luar dugaanku. Dua laki-laki yang terlibat asmara denganku berdiri saling berhadapan dalam waktu yang sama. Apa yang harus aku lakukan?

Mata Wishnu memerah. Seakan siap meluntahkan segala amarahnya. Dan aku belum pernah sekali pun melihat wajah Wishnu yang seperti itu.

"Bagus, sekarang bahkan dia berada di sini. Apa yang akan kamu katakan padaku, Lila?"

"Mas, aku—"

"Sebentar, Kalila, apa dia?" Rafael bertanya dengan mata melebar. Mataku memejam, mengangguk, dan membenarkan dugaannya.

Dia mengangkat sedikit sudut bibirnya, aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya sekarang. Namun, sejurus kemudian dia mendekati Wishnu.

"Oh, sori sebelumnya. Akhirnya saya bisa berkesempatan bertemu Anda. Meskipun, timingnya kurang pas. Tapi, mumpung Anda di sini ya jadi saya sekalian saja. Perlu Anda ketahui, saya dan Kalila saling mencintai, saya harap Anda bisa melepas Kalila demi kebahagiaannya."

Rafael dengan mudah mengatakan itu. Sedang kakiku serasa sudah tidak lagi menginjak bumi. Astaga! Sebenarnya apa yang dia lakukan? Aku bisa melihat bagaimana merahnya wajah Wishnu sesaat setelah Rafael berucap.

"Anda tidak punya malu sekali berkata seperti itu. Anda pikir, Anda siapa?" Wishnu meradang.

"Saya adalah pria yang Kalila cintai."

Rafael, enyah saja lah kau dari sini?

Wishnu terpancing dan dengan cepat merangsek maju. Tangannya yang terkepal dari tadi, melayang dan jatuh tepat mengenai rahang Rafael. Aku terpekik, melihat sudut bibir Rafael mengeluarkan darah. Sungguh, hal seperti inilah yang aku takutkan.

"Berengsek! Tahu apa Anda soal kebahagiaan Lila!"

Wishnu mendekati Rafael kembali, emosinya meluap. Aku tidak bisa membiarkan ini berlanjut. Sebelum ter—

"Kasian sekali Anda—"

Satu pukulan mengenai wajah Rafael kembali. Aku panik, Wishnu terus merangsek maju. Segera aku menahan tubuh Wishnu.

"Cukup, Mas! Stop! Rafael aku mohon pergi."

"Kalila, dia harus tahu. Bukan dia yang kamu cintai. Untuk apa kamu menjalin hubungan tanpa cinta?!" Rafael masih saja bersuara.

"Diam, berengsek!" sentak Wishnu hendak maju kembali.

"Rafael, aku mohon pergi. Biar aku yang menyelesaikan masalahku sendiri," pintaku tidak tahan lagi dan akhirnya pecahlah air mataku.

"Kalila, tapi—"

"Aku mohon," Aku beralih menatap Wishnu yang masih terus mengobarkan amarahnya. "Mas Wishnu, cukup aku akan jelaskan semuanya."

"Aku nggak butuh penjelasanmu, Lila!"  hardik Wishnu membuatku tersentak.

"Hey! Jangan membentak Kalila! Nggak, Kalila, aku nggak akan pergi. Gimana kalau terjadi sesuatu sama kamu?"

Ah! Rafael keras kepala.  Aku segera menarik Rafael menjauh, jika dia terus bicara yang ada dia babak belur.

"Kalila apa-apaan kamu? Ini kesempatan yang bagus untuk bicara sama dia!"

Aku menatap Rafael dengan raut memelas. "Please, Rafael. Aku yang akan bicara sama dia. Tolong, kamu pulang. Aku nggak mau ada
keributan di sini."

"Tapi—"

"Tolong." Aku mengiba.

"Baiklah." Akhirnya Rafael menyerah.  "Tapi kalau terjadi sesuatu kamu harus cepat meneleponku."

Aku mengangguk cepat, dan membiarkan Rafael pergi. Wishnu menatap tajam kepergian Rafael. Dia benar-benar menakutkan. Aku baru berani menghampiri Wishnu ketika Rafael sudah menjauh.

"Mas, aku bisa jelaskan," kataku lirih.

Wishnu tidak menjawab, dia berbalik dan masuk ke beranda rumah.

"Mau menjelaskan kalau kamu selingkuh di belakangku, begitu?"

Meskipun benar, mendengar itu membuatku terluka. Apa lagi itu keluar dari mulut Wishnu. Dia sama sekali tidak pernah berkata kasar atau bahkan membentakku. Tapi kali ini kilat marah itu, membuatku melihat sisi lain dari dirinya.

"Mas, aku—"

"Apa yang dia bilang itu benar?" Dia bertanya dengan posisi memunggungiku.

Aku harus jawab apa? Tidak mungkin juga aku menyangkal, Wishnu sudah melihat semua dengan mata kepalanya sendiri.

"Jadi, benar semua yang dia bilang, Lila?" Dia mengulangi tanya lagi, melihat kediamanku.

Sedang air mataku terus saja mengalir tanpa henti. Aku salah. Raut kecewa tergambar jelas di wajah Wishnu. Laki-laki itu mengusap wajah lelah, semakin membuatku merasa bersalah telah menyakitinya.

"Aku benar-benar kecewa sama kamu, Lila. Terlebih lagi aku percaya saja dengan semua alasanmu. Bodohnya aku nggak menyadari itu."

Dia menatapku dengan sorot terluka. "Kenapa, Lila? Kenapa kamu melakukan ini? Apa kurangku selama ini sama kamu? Aku lelah! Benar-benar lelah!"

"Mas...." Aku makin tergugu.

"Harapanku terlalu tinggi. Aku pikir dua tahun itu cukup untuk bisa memberimu waktu membalas cintaku.  Sekarang apa yang aku terima?"

"M-Mas, aku minta maaf."

Susah payah aku mengeluarkan suara. Ternyata rasanya seperti ini melihat kekecewaan orang yang selalu baik sama kita.

"Sejak kapan kamu berhubungan dengan dia?" tanya Wishnu datar.

"Aku—"

"Apa sudah lama? Akting kamu hebat  ya. Sampai aku nggak tahu kebohongan yang dilakukan pacarku sendiri."

"Aku bisa jelasin, Mas. Aku—"

"Kita udahan aja, Lila. Aku capek."

Aku mendongak cepat ke arahnya. Udahan? Wishnu mengucapkannya dengan begitu datar, namun hatiku sangat tertohok mendengarnya.

"Sekarang kamu bebas mau apa aja."

"Mas...."

Aku tidak bisa mencegah atau mengatakan sesuatu saat Wishnu dengan langkah cepat beranjak meninggalkanku yang masih saja menangis.

Tubuhku luruh seketika, aku jatuh terduduk. Bukan, bukan seperti ini caranya. Ya Tuhan, dadaku rasanya sesak sekali.

Nah, nah ini kan yang kamu harapkan Lila? Putus dari Wishnu. Tapi kenapa kamu malah syedih???

Mau sampai di sini saja atau aku lanjut teman-teman? Kalau nggak ada yang jawab, aku sudahi sampe di sini saja ya, Gaes.

Continue Reading

You'll Also Like

12.3K 1.6K 22
[ Berawal karna tugas kemudian berakhir menjadi kenyamanan ] kisah tiga duyung yang ditugaskan untuk mengambil sebuah benda berharga milik kerajaan l...
267K 7.4K 7
Kover by MaylaR3 *** Sifat dan sikap mereka sangat jauh berbeda. Natasya yang masuk dalam kategori tengil tanpa batas, sedangkan Zaqy yang masuk dala...
180K 15.1K 48
Kehidupanku yang awalnya berputar di situ-situ saja berubah total saat dia datang. Dengan semua pesona yang melekat di tubuhnya, dia membuatku terika...
1M 53.7K 58
Takdir itu emang kocak. Perasaan cerita tentang perjodohan itu hanya ada di film atau novel, tapi sekarang apa? Cecilia Janelle terjebak dalam sebuah...