My Nerd Girlfriend (JUPITER S...

By Puspaw22

1.3M 140K 66.2K

[WARNING : BANYAK SCENE YANG MENYEBABKAN BUTTERFLY EFFECT DAN BUCIN AKUT!! GAK SUKA, SKIP AJA!!] "Seorang Upi... More

PROLOG
PART 1 || GABRIEL NOLAN HANDOKO
PART 2 || GEMINI KALISTA MAHARANI
PART 3 || KEMARAHAN DAN TANGISAN
PART 4 || PERMINTAAN MAAF
PART 5 || TENTANG JUPITER DAN PEMBELAAN GEMINI
PART 6 || RESMI
PART 7 || JUPITER, AVERON, DAN SAKGAR
PART 8 || PERLINDUNGAN NOLAN
PART 9 || CEMBURU
PART 10 || SELALU TERLUKA
PART 11 || MENGEJAR KATA MAAF
PART 12 || SUATU KEBETULAN
PART 13 || ROMANTISME SINGA
PART 14 || TERULANG
PART 15 || KESALAHAN NOLAN
PART 16 || KEBENARAN
PART 17 || KEMARAHAN DAN PENGAKUAN
PART 18 || POSSESSIVE NOLAN
PART 19 || PROTECT YOU
PART 20 || UPIK ABU BECOME CINDERELLA
PART 21 || PERKELAHIAN DAN KEHADIRAN NOVANKA
PART 22 || KELUARGA YANG KACAU
PART 23 || RAHASIA KECIL AIRLANGGA
PART 24 || PENGAKUAN
PART 25 || PEMAKSAAN KEHENDAK
PART 26 || NOLAN DAN GILANG
PART 27 || SINGA SI BUCIN
PART 28 || MENGGEMASKAN
PART 29 || MEMALUKAN
PART 30 || TAMPARAN KENYATAAN
PART 31 || SEMUA BERUBAH
PART 32 || NOLAN DAN ALIANKA
PART 33 || TERTEKAN
PART 34 || SEMUA BERAKHIR
PART 35 || MENYERAH
PART 36 || HIDUP BARU
PART 37 || SISI KEJAM NOLAN
PART 38 || TURNAMEN DAN DIA
PART 39 || PEMBALASAN
PART 40 || MASA LALU AIRLANGGA
PART 41 || MODUS
PART 42 || SULIT BERSAMA
PART 43 || LEO DAN ALIANKA
PART 45 || KEHILANGAN
PART 46 || THE SADNESS
PART 47 || HANYA NOLAN
PART 48 || BELUM BERAKHIR
PART 49 || THE ENDING
EPILOG

PART 44 || PENCULIKAN

18.3K 2.2K 1K
By Puspaw22

Hi!

Aku telat karena alasan yang emang bikin aku gak bisa menulis dengan baik, maaf yaa 🥺🤗

Enjoy ❤️🖤❤️

***

"Salah satu part paling berat bagi manusia dalam hidup adalah saat kehilangan seseorang yang paling dekat dengannya."

- Gabriel Nolan Handoko -

***

Suara pecutan dari tongkat rotan terdengar nyaring. Seluruh anggota rumah yang melihat maupun mendengar kejadian sekarang saja sampai meringis tidak kuat, apalagi yang tengah merasakan pukulan itu.

"PAPA, HENTIKAN!" Airlangga baru saja keluar dari kamar saat pelayan memberitahu tentang keadaan adiknya yang tengah mendapat hukuman dari Ayah mereka. Ia menahan tangan Pratama yang masih ingin memukul tubuh Nolan. "Apa Papa sudah gila?! Apa lagi salah Nolan sekarang?! Apa pantas diberikan hukuman seperti binatang dengan pukulan itu?!"

"Jangan ikut campur kamu! Anak ini, seharusnya nggak pernah ada dalam hidupku! Pekerjaannya hanya membuat onar! Kenapa aku sempat berpikir untuk membawanya jadi sepertiku?! Anak bodoh!" bentak Pratama.

"Apa?" gumam Airlangga tidak percaya.

Sedangkan Nolan mendongak, menatap Pratama dengan tatapan terkejut, sakit hati, dan kecewa. Walau Pratama selalu menyiksanya sejak dulu, ia tidak pernah merasakan perasaan itu lagi sudah cukup lama, tetapi ini— kenapa rasanya menyakiti dirinya?

"Apa salah satu dari kalian nggak bisa membuatku merasa bangga?! Apa nggak ada satupun putra kandungku yang mampu melakukannya?! Satu pembuat onar dan satu lagi gila karena wanita! Ibu kalian memang wanita nggak berguna telah melahirkan anak-anak seperti kalian!"

Plak!

Suara tamparan yang sangat keras mengenai pipi Pratama. Seorang wanita paruh baya yang melakukan semua itu. Yohana Novanka Handoko, wanita yang sekarang menatap suaminya sendiri dengan tatapan mata berkaca-kaca serta binar tidak percaya akan perkataan Pratama tadi.

"Bisanya kamu berkata seperti itu?!" tanya Novanka. "Pertama kali mereka lahir, kamu selalu menyanjung mereka- mengatakan jika mereka adalah anak-anakmu yang hebat. Sekarang kamu justru menyesali mereka?!"

"Kemana pikiranmu pergi sebenarnya, Pratama?! Mereka adalah anak kandungmu sendiri!" Bentak Novanka.

Pratama hanya menghela nafasnya, ia bergegas pergi dari ruang tengah dengan langkah penuh emosi. Lelaki itu memang selalu ambisius dengan segala hal, termasuk hidupnya dan hidup anak-anaknya. Namun, tidak ada yang terencana sesuai dengan keinginannya.

Sementara Nolan, dengan bantuan Airlangga, ia berdiri menyandarkan tubuhnya pada sang Kakak. "Naik ke punggung gue, gue anter ke kamar," ujar Airlangga.

"Gue bukan anak kecil,"

"Jangan mendebat gue! Cepet!" paksa Airlangga hingga akhirnya Nolan menurut.

Dengan membawa adiknya di balik punggung, Airlangga berjalan melewati Novanka yang hanya termenung. Wanita itu, masih bisa menangis walau sebenarnya dia turut andil akan semua penderitaan kedua putranya juga. Mereka memang bisa melakukan apapun, memiliki banyak kekuasaan, tapi tidak ada kebahagian sama sekali.

Airlangga masih menaiki tangga dengan mata yang sebenarnya sudah basah. Ia ingin menangis, tetapi tidak mungkin disaat Nolan ada di depannya. Tidak saat ia harus bisa menguatkan orang lain juga.

"Bang?"

"Hm," gumam Airlangga.

"Lo punya foto kakak ipar gue? Gue mau liat," ujar Nolan.

Airlangga terdiam sejenak, "buat apa? Gue nggak mau lo naksir sama dia," guraunya.

"Gue pengen liat aja, cewek kaya gimana yang bisa bikin Abang rese gue jatuh cinta," kekeh Nolan.

Airlangga tersenyum tipis sembari membuka pintu kamar Nolan, "cewek paling baik dan bahkan cenderung bodoh karena terlalu baik."

"Lo masih cinta sama dia? Apa lo udah baik-baik aja sekarang?" Nolan duduk di atas kasur dengan menahan ringisan sakit di punggungnya.

"Kenapa lo tiba-tiba jadi tanya soal ini ke gue?" Airlangga berpangku tangan menatap adiknya.

"Karena sebelum-sebelumnya gue nggak punya kesempatan buat tanya ini, apa lo udah baik-baik aja?" tanya Nolan.

"Lan, sekarang yang harus lo pikirin cukup diri lo sendiri. Lo nggak perlu pikirin tentang gue, karena kisah cinta gue udah berakhir. Sedangkan kisah cinta lo yang masih harus diperjuangkan."

"Salah, kisah cinta kita belum berakhir, Bang. Lo masih berusaha biar bisa dateng ke makam istri sama anak lo kan? Gue juga mau bantu biar keinginan lo terwujud," ujar Nolan.

"Tanpa dateng ke makamnya sekalipun, gue masih bisa berdoa buat mereka. Justru yang gue khawatirin itu tentang Jeff dan lo. Dia mau balas dendam ke gue dengan cara mau buat lo celaka. Dia mau gue ngerasain yang dia rasain karena kehilangan saudara kandungnya. Gue khawatir dia ngelakuin sesuatu ke lo," ujar Airlangga.

"Jeff kabur, terakhir waktu Sam sama anak-anak Jupiter serang mereka, Jeff berhasil meloloskan diri," sahut Nolan.

"Gue tau, dia juga udah beberapa hari nggak masuk sekolah. Anak buah gue udah nyari dia ke sekolahnya, ke rumahnya, tapi belum ada keliatan Jeff ada."

"Bang, kalau misalkan Jeff berhasil bunuh gue dan gue beneran mati, apa yang bakal lo lakuin?"

"Gue nggak akan biarin itu terjadi," jawab Airlangga cepat. "Kalaupun ada yang harus dia bunuh, itu harusnya gue, bukan lo."

"Lo pernah menyesal mencintai Kakaknya Jeff?"

"Gue gak pernah menyesal mencintainya, bahkan gue bersyukur. Tuhan tau yang terbaik, dan kalau yang terbaik adalah gue harus menghilang untuk menyadarkan mereka. Gue terima," jawab Airlangga. "Entah itu bokap, nyokap, atau Jeff, biar gue yang tebus semuanya."

"Lo nggak salah apapun, Bang. Jangan ngomong begitu lagi!" sahut Nolan.

Airlangga hanya terkekeh, "nggak usah dipikir, buka baju lo, biar gue pakein salep ke bekas luka lo."

Entah kenapa, Nolan merasa ada hal yang menganggunya ketika menatap Airlangga. Hubungannya dengan Kakaknya memang sudah membaik, tetapi kenapa rasanya ada yang mengganjal dalam dirinya. Tatapan penuh kepasrahan dan tidak berdaya yang terpancar dari Airlangga sangat mengusiknya.

Ia tidak ingin bahagia sendiri, karena ia juga ingin Kakaknya bahagia. Bagaimanapun akhirnya nanti, mereka harus bisa berakhir bahagia bersama.

***

"Ko?!" panggil Junior.

"Apaan?"

"Lo pake sampo apaan dah? Wanginya semerbak kayak kuntilanak, menusuk ke hidung gue."

Samudera, Nolan dan Bagus hampir saja menyemburkan minumannya saat Junior bertanya sembari memegang rambut Anggara. Sore ini, mereka tengah berada di markas setelah pulang sekolah. Sementara Gilang, dia tidak bisa ikut karena ada urusan keluarga, sehingga lelaki itu langsung pulang.

"Bangke! Emang gue itu lo hah?! Pake sampo aja dioplos, gocengan lagi!"

"Enak aja! Gue selalu setia sama satu merk sampo yah?! Gue gitu loh, jadi duta sampo lain? Hahaha ... Ops!" Junior menutup mulutnya dengan gaya dramatis diakhir kalimat.

"Bangsul! Lo pikir iklan sampo?!" umpat Nolan melempar kacang di meja ke arah Junior.

"Dih, iri tuh anak monyet!" ejek Junior.

"Iri pala lo!"

"Perasaan iklannya udah ganti, bukan yang itu lagi deh, Jun," tambah Samudera terkekeh.

"Oh iya, gue tau!" ujar Junior lalu berdiri menyugar rambutnya. "Kamu gak bernafas? Sini aku kasih nafas buatan!"

"Nafas buatan mbahmu! Rambutmu gak bernafas bajeng!" ujar Anggara.

Samudera menghela nafasnya, "salah semua, bego!" gumamnya.

"Lah kuping gue dengernya begitu. Kamu gak bernafas? Gitu ...," sanggah Junior.

"Serah dia udah, anak setan biarin aja!" ujar Nolan.

Samudera hanya bisa tertawa, di sini yang hanya diam terlihat tampak tidak berselera sama sekali hanya Bagus. Lelaki dengan sejuta ekspresi yang selalu saja tersembunyi bak seorang psikopat.

"Lo sama Gemini gimana dua hari lalu?" tanya Bagus datar.

"Gue balikan lah!" ujar Nolan riang.

"Buju buneng! Dasar kadal! Bisanya yah lo balikan sama si Gemini? Terus pacarnya dia gimana?!" tanya Junior.

"Gemini bilang dia mau putusin Leo, hari ini katanya."

"Wah gila! Lo dateng-dateng bikin rusuh hubungan orang, anjir!" sahut Anggara.

"Gue yakin si Leo menyesal pernah ketemuin Gemini sama lo, Lan!" Kekeh Samudera.

"Takdir, emang Gemini itu udah jodoh gue, ya pasti bakal balik lagi ke gue lah!" ujar Nolan.

"Lo udah pernah ngerasain gue timpuk nggak, Lan?" tanya Junior datar.

"Apa?! Berani lo nimpuk gue, hah?!" jawab Nolan dengan nada tegas serta mengganti posisi duduk tegak.

"Berani!" Junior berdiri dari duduknya seperti menantang Nolan.

Teman-temannya yang lain merasa tertarik dengan keberanian Junior, bahkan Bagus tersenyum miring sembari bersedekap seperti menunggu kelanjutan perang ini. Dengan cepat Nolan mengikuti Junior dan berdiri dihadapannya.

"Lo nantangin gue?!" Nolan menatap Junior tajam.

"Iya! Kenapa? Takut lo?" ejek Junior.

Nolan mendengus, "siapa takut?! Ayo! Gue kasih kesempatan buat lo serang gue duluan, bajingan!" ujarnya sembari melepaskan seragam sekolah dan menyisakan kaos putih polosnya.

"Oke!"

Junior ikut melepaskan seragamnya, sekarang ia memakai kaos berwarna hitam. Dengan helaan nafas yang keluar, Junior menatap Nolan. Tiba-tiba, lelaki itu maju satu langkah, lalu memegang dadanya.

Beberapa saat kemudian, tangannya mengacung ke depan. Bukan untuk menyerang Nolan, melainkan menautkan jadi telunjuk dan Ibu jari membentuk hati seperti orang-orang Korea kebanyakan.

"Lo pakai kekerasan, gue pakai hati! Biasanya sekeras apapun orangnya, pasti bakal luluh kalo dikasih cinta yang tulus. Nih gue kasih buat lo, udah luluh belum?"

Anggara adalah orang pertama yang menyemburkan tawanya, kemudian diikuti oleh Samudera dan Bagus yang ikut tertawa. Sementara Nolan, ia menatap Junior datar dengan kesal.

"Saranghae, oppa!" Junior menambah satu tangan lagi bentuk hati, dengan mata mengerjap sok imut.

"Aish!" Nolan yang tidak tahan langsung memberikan bogem mentah ke bagian perut Junior sampai lelaki itu berlutut memegang perutnya.

Suara ringisan Junior serta tawa dari teman-temannya saling bersautan. Lelaki gila memang, Nolan bahkan tidak percaya meladeni orang tidak waras seperti Junior.

Saat mereka tegah ribut sendiri, ponsel Nolan berbunyi. Ia melangkah menuju sofa yang tadi ia duduki dan mengambil ponselnya. Nolan tersenyum saat melihat nama yang tertera di layar. Tentu saja, siapa lagi jika bukan gadisnya, Gemini.

Nolan mengangkat dengan berjalan keluar ruang Petinggi ke area luar atau ruang tengah markas. "Halo, cing!"

"Hai, Nolan."

Suara yang menjawab dari seberang telepon Nolan membuatnya terkejut. Itu suara lelaki yang ia kenal sebelumnya. Lelaki yang juga sedang di kejar oleh anak-anak Jupiter dan Kakaknya.

"Remember me?"

"Kenapa lo yang pegang handphone Gemini?" tanya Nolan dengan tangan mencengkram ponselnya erat.

"Tebak, menurut lo ... gimana gue bisa dapetin handphone cewek lo ini?"

"Jangan main-main sama gue, Jeff!" geram Nolan, nafasnya sudah memburu dengan penuh rasa khawatir.

"Sebenarnya gue nggak mau sakiti dia, tapi sialnya, dia adalah cewek yang lo cintai, jadi gue terpaksa ngelakuin ini."

"Dimana lo? Dimana lo, bajingan?!" tanya Nolan dengan nada tidak sabaran, tubuhnya sudah bergetar antara emosi dan khawatir.

"Gue bakal kasih tau dia ada dimana, tapi lo harus datang sendiri ke sini."

Nolan memejamkan matanya, ia berusaha mengatur nafasnya. "Jangan sakiti dia. Jangan sentuh dia. Jangan ... buat dia terluka sedikitpun, atau gue bakal bunuh lo, Jeff!"

"Sebelum lo bunuh gue, dia yang bakal mati lebih dulu. Berhenti mengancam gue, dan datang sekarang juga. Gue kirim alamatnya. Cuma lo! Sendiri!"

Panggilan terputus.

Tangan Nolan terkulai ke samping tubuhnya. Ini sudah sangat keterlaluan, sekarang bukan hanya masalah sepele saja, tetapi sudah nyawa sebagai taruhannya.

Dengan tangan mengusap wajahnya yang basah, Nolan berusaha bersikap biasa. Ia kemudian masuk kembali ke dalam, mengambil jaket serta kunci motornya. Keempat temannya melihat dengan tatapan penasaran.

"Mau kemana lo? Buru-buru amat?" tanya Samudera.

"Pulang, bokap gue telepon," jawab Nolan lalu langsung pergi.

Ini adalah tekadnya, jika memang ia harus berakhir di sini. Jika memang kisahnya harus berakhir di sini, ia akan merelakannya.

***

Suara debaman berkali-kali terus berbunyi. Pintu cokelat salah satu kamar di rumah cukup luas menjadi sumbernya. Pintu itu terlihat bergetar karena beberapa kali mendapatkan pukulan cukup keras dari dalam. Bahkan bukan hanya itu, suara teriakan seorang gadis di dalamnya terdengar nyaring, meminta untuk seseorang membukakan pintu itu. Namun tidak ada yang berani membukanya, bahkan mendekat saja tidak berani.

"BUKA PINTUNYA!"

Duk!

Duk!

"BUKA PINTUNYA! KAK LEO BUKA PINTUNYA! AKU MOHON ... BUKA PINTUNYA!"

Suara permohonan itu terus bersautan dengan nada yang terdengar sangat menyedihkan. "Kak ... aku mohon buka! Kak Nolan ... jangan sakiti Kak Nolan! Gemini mohon, Kak Leo!"

Sekarang bahkan bukan hanya suara teriakan dan permohonan, melainkan Isak tangis dari Gemini yang terdengar. Leo yang berada di luar pintu terdiam, ia menyenderkan tubuhnya di dinding sebelah pintu kamar yang ia gunakan untuk mengurung Gemini.

"Kak Leo nggak bilang soal ini! Kakak nggak bilang kalau ternyata mau ngurung Gemini di sini!" ujar Leora dengan tangisnya di depan Kakaknya.

"Jangan ikut campur, Ra!"

"Gemini temen aku, gimana bisa aku diem aja ketika liat Kakak memperlakukan Gemini kaya gini?!" ujar Leora.

"KAKAK TERPAKSA!" bentak Leo. "Dia bakal balik lagi ke mantannya itu, dan Kakak nggak mau kehilangan dia!"

Leora tercengang, ia menatap sendu ke arah Leo. "Cinta nggak bisa dipaksa, Kak. Dari awal, Gemini nggak pernah cinta sama Kakak. Dia terpaksa terima Kak Leo karena merasa terbebani dengan Kakak yang setiap hari ikutin dia terus!"

"Diam, Leora!"

"Jangan jadi bodoh cuma karena cinta, Kak! Jangan melakukan kesalahan yang bakal diakhiri penyesalan seumur hidup!"

Leo menghela nafasnya, ia mengepalkan tangannya kuat. Ia kemudian meninggalkan tempat itu membiarkan pintu masih terkunci dan Leora berada di depan sana. Sementara Gemini masih terdengar isakannya namun suara teriakannya sudah tidak sekeras tadi.

Semua ini, berawal dari pertemuannya dengan ketua Averon. Jeff yang menemuinya saat ia tengah berada di tempat latihan basket setelah hari dimana ia bertengkar dengan Gemini karena masalah gadis itu dan Nolan. Di sanalah, saat lelaki itu menawarkan diri membantunya.

"Ayo bekerja sama, lo bakal dapetin cewek itu, sedangkan gue bakal singkirin Nolan," ujar Jeff.

"Sebenernya lo tau darimana tentang gue?" tanya Leo.

"Apa itu penting? Gue cuma mau bantu lo, kalau lo mau, kita bisa sama-sama dapetin yang kita mau. Lo dapet dia, dan gue dapet pembalasan dendam."

"Dendam?"

"Berhenti bertanya, dan jawab aja pertanyaan gue!"

Leo berpikir keras sebelum akhirnya menjawab Jeff. Jujur saja, ia sangat ragu mempercayai lelaki di depannya, tetapi ia harus percaya karena ia juga tidak ingin kehilangan Gemini. Ia akan lakukan apapun sampai Gemini jadi miliknya.

"Apa yang harus gue lakuin?" tanya Leo.

Jeff tersenyum dengan senyum miring yang mengerikan, "gue cuma butuh ponsel pacar lo dan juga tahan dia sampai urusan gue sama Nolan selesai. Sisanya, biar gue yang urus. Gimana?"

Leo menghela nafasnya, memejamkan matanya sebentar. "Oke!"

Demi Tuhan, Leo sendiri memang merasa jika ia sudah gila. Jujur, ia memang sudah terobsesi dengan pacarnya itu. Sulit melepaskan apa yang sudah menjadi miliknya. Sekarang, ia seperti sudah melakukan tindakan kriminal. Ia hanya berharap jika Jeff tidak melakukan hal lebih dari sekedar menghajar lelaki itu.

***

TBC

CIYAA PENASARAN GAK?

SUKA BUAT KALIAN PENASARAN AKU TUH HEHE

SPAM NEXT YUK SINI!

DOAKAN SEMOGA BISA UPDATE CEPAT, BADAN AKU LAGI LEMAH BANGET KADANG SAKIT TIBA-TIBA, JADI MAAF KALAU AGAK LAMA ☺️

SEMOGA SUKA!

SPOILER :

"Selamat tinggal,"

Instagram para tokoh :

@nolanhandoko

@geminimaharani

@samuderaranggalawan

@baguswijaya870

@anggara_mndl

@gilangadiprakasa

@junior.dwntr

@seniaarhy

@kianakrsnwti

MORE INFORMATION,
INSTAGRAM :

@puspaw22

@wattpadpus

SEE YA!

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 17.7K 28
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
323K 19.4K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
7.1M 297K 60
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...