Æ

By DiazOktaFiqi

800K 69.5K 7.8K

(V) " Apa?! menikah? apa kalian semua sudah gila?!! " " Jangan membantah, taehyung!! Itu hukuman untukmu yan... More

AE 1
AE 2
AE 3
AE 4
AE 5
AE 6
AE 7
AE 8
AE 9
AE 10
AE 11
AE 12
AE 13
AE 14
AE 15
AE 16
AE 17
AE 18
AE 19
AE 20
AE 21
AE 22
AE 23
AE 24
AE 25
AE 26
AE 27
AE 28
AE 29
AE 30
AE 31
AE 33
AE 34
AE 35
AE 36
AE 37
AE 38
AE 39
AE 40
AE 41
AE 42
AE 43
AE 44
AE 45
AE 46
AE 47
AE 48
AE 49
AE 50
AE 51
AE 52
AE 53
AE 54
AE 55
AE 56
AE 57
AE Full End

AE 32

16.1K 1.1K 53
By DiazOktaFiqi



































Jimin total bingung sekaligus penasaran sekali dengan sahabat nya itu.

Ini sudah dua hari tiga malam ia berada di negara menara indah itu. Tapi sahabat bangsatnya itu tak juga kelihatan wujudnya sejak malam kala ia memperingati dirinya untuk tidak naik ke lantai 3,kamar mereka dengan ancaman jungkook akan marah.

Kemana sahabatnya itu pergi?
Tidak. Ia tidak yakin pemuda kim berganti jeon itu pergi.

Tapi, apa dia sakit?

Hanya jungkook saja yang terus ia lihat bolak mandir menuruni tangga untuk mengambil keperluan lainnya beserta para dayang yang siap melayaninya itu.

Mau tanya, tapi ia keburu ciut duluan saat mata kelam jungkook menatap nya layaknya laser permusuhan?!

Jadi, selama ini jimin hampir menghabiskan waktunya dengan mengelilingi rumah besar itu di pandu salah satu pengawal tentunya.

Jaga jaga, siapa tau is tersesat dan tak tau arah balik ke kamar.

Sebenarnya jimin betah di rumah besar itu, semua fasilitas tersedia untuknya secara cuma cuma.
Bahkan ia bebas melakukan apapun.

Para maid serta pengawal di sini pun juga ramah kok.
Enak saja gitu ya jadi taehyung, hidup dengan bergelimpangan harta baik orang tua, maupun dari pihak suaminya.

Jimin juga kaya kok, ayahnya seorang pengusaha dan ibunya seorang desainer terkenal di korea.
Hanya saja mereka selalu sibuk.
Itu saja.

Kini jimin masih berada di kamarnya, tepatnya di balik pintu bercat putih itu, dengan tubuh menempel seperti cicak.

Knop pintu ia buka pelan, sedikit saja untuk sekedar bisa melihat situasi di luar sana.

Matanya sipitnya itu seketika terpaku kala mendapati siluet tubuh tegap jungkook baru saja melewati pintu kamarnya.

Berjalan angkuh dengan pakaian formal juga dua pengawal setia yang terus mengekorinya, membawakan sebuah tas hitam kerja.

Pintu semakin ia buka lebar, memastikan tubuh jungkook benar benar menghilang dari balik pintu utama besar di depan sana, yang mana tak lama berselang terdengar suara mesin mobil menyala kemudian berlalu pergi hingga tersisa kesunyian.

Jimin menghela nafas, ia seperti tengah bermain kucing kucingan dengan suami temannya itu yang super duper datar wajahnya baik suaranya juga.

Kadang jimin sempat berfikir, kok teman laknatnya itu bisa bertahan bahkan hampir dua bulan ya?

Hei.!!
Dua bulan itu adalah waktu pencetak rekor seorang taehyung yang nyatanya adalah tipe pembosan pada suatu hal, apalagi yang sangat bertentangan dengan pemikiran nya!

" Tuan jimin? "

" Eh? "

Jimin terperanjat kaget, hampir saja ia membanting pintu kamarnya itu jika tidak melihat sosok wanita yang ia kenal sebagai salah satu pelayan setia khusus untuk taehyung.

" Apa tuan butuh sesuatu? "
Tanya nya lagi.

Jimin berdeham kikuk, lalu sedikit lebih maju menampilkan tubuhnya keseluruhan dari balik pintu itu.

" Apa..., jung, ah maksudku tuan jungkook sudah pergi kerja? "

Wanita itu terdiam, tapi kemudian tersenyum manis dengan anggukan kecil.

" Ya, tuan jungkook baru saja berangkat. Apa tuan jimin butuh sesuatu? "

Jawab wanita itu dengan mengajukan pertanyaan yang sama lagi.

" Tidak, tapi apa kau tau taehyung ada di mana? "

" Oh, tuan taehyung ada di kamarnya, tuan jimin mau saya antarkan? "

" Tidak, tidak perlu, aku bisa sendiri. "

Wanita itu lagi lagi mengangguk lalu pamit dengan berlalu pergi ke lantai bawah dengan nampan kotornya.

Mungkin itu sisa taehyung yang memilih sarapan lagi di kamar.

Ah, jimin jadi lapar, tapi ia kembali ingat tujuan  awalnya. Ia ingin menemui temannya itu.

Berbekal keberanian atas kepergian jungkook, jimin berjalan mengendap endap saat menaiki tangga panjang berlapir karpet biru tua itu.

Sampailah ia di depan pintu besar berwarna putih gading dengan ukiran romawi kuno yang jimin juga tidak tau artinya.

Baru saja tangan gempalnya akan menyentuh pintu kayu itu untuk mengetuk, tapi kalah cepat dengan seseorang dari dalam yang lebih dulu membukanya, membuat tangan jimin mengawang di udara.

" Jim..? Kenapa tanganmu? "

" Uh?.. O-oo ini.. Tadi aku mau mengetuk pintu mu saja kok.. "

Taehyung diam, mungkin ia percaya saja. Berlalu keluar dengan pandangan mengedar pada lantai bawah dari pagar pembatas lantai tiga yang ia pijaki.

Dari sini, ia dan jimin tentu saja bisa melihat semua bawahan yang sedang bertugas di bawah sana tentunya.

" Kau.., bukankah sudah ku peringatkan untuk tidak kemari? "

" Itu.... "

" Apa jungkook sempat melihatmu? "

" Tidak. Justru aku yang melihatnya berlalu pergi, sepertinya berangkat kerja? "

" Ya. Aku menyuruhnya. "

Taehyung beralih menatap jimin yang juga menatapnya.

" Kau sudah makan? "

" Belum. "
Jawab jimin singkat, sangat lugas.
Itu jujur, dia memang belum makan, dan tak akan bisa makan jika jungkook masih berada di sekitar rumah itu.

Bukan tak tau diri.

Hanya saja kau taulah.... Canggung? Mungkin.

" Mau ku temani makan? Aku sudah makan soalnya tadi. "

Jimin tampak diam, menimang tawaran itu lalu berdengung samar.

" Apa kau mau menamaniku makan di luar saja? "

" Kenapa? Kau tak suka masakan di sini? Aku bisa mengatakannya pada- "

" Tidak! Bukan itu maksudku tae..., hanya saja aku sedang ingin makan di luar saja. Kau kan tau sendiri, sejak awal aku masuk rumah ini belum ada jalan jalan? "

" O... Kau mau jalan jalan? Kenapa tak bilang padaku sejak awal?! "

Jimin mendengus, ingin sekali ia mengumpati temannya ini sekaligus memberi tempeleng sayang jika tak ingat pemiliknya luar biasa ganas minta ampun.

Jimin masih mau hidup aman dan tenteram.

" Haruskah aku mengingatkan mu, kalau kau sejak malam itu tak pernah keluar kamar? "

Sindiran tapi malah mengundang tawa menggelegar dari si manis jeon.

" Hahahaha... Maafkan aku kawan... Bukan bermaksud begitu... Aku..., ada sesuatu yang tak bisa ku ceritakan kepadamu... "

" Ya ya ya.. Aku paham. Kita tetap memiliki prifasi yang tak bisa di bagi. "

Taehyung menuntun jimin menuju ruang bagasi mobilnya.

Dan di saat itulah jimin langsung berdecak kagum kala melihat jejeran mobil mobil sport itu di sana.

Ia belum lihat ruang satu ini.

" WOW!!!... SEMUA INI MOBILMU??!!!!... "

Taehyung berdecak malas, lalu berjalan lebih dulu untuk melihat, mobil mana yang mau ia pakai untuk jalan jalan bersama teman nya itu.

" Tidak. Itu semua milik jungkook, kecuali yang di sudut sana, itu punyaku. "

Tunjuknya pada mobil yang berada paling sudut, sedang di bersihkan oleh si petugas pencucian mobil.

" Oo.... Kau begitu beruntung Tae! Hidup kaya, dapat suami luar biasa kaya?! "

Taehyung tertawa pongah, mengerlingkan matanya dengan lemparan sebuah kunci yang langsung di sambut oleh jimin.

" Tentu, bukankah aku sangat beruntung? "

" Sangat! "

" Kau yang bawa mobil, nanti ku tunjukkan rute nya. "



































*




















Mobil sport biru tua itu melaju sesuai arahan taehyung, dan jimin yang mengemudi menurut saja.

Mereka berhenti di salah satu restoran italia yang ada di negara Prancis, jungkook pernah membawa nya kemari dulu.

Masakannya enak, dan taehyung tentu saja menandai sebagai restoran yang akan ia sukai di negara ini.

Selagi menunggu jimin selesai makan, ia juga sibuk memainkan ponselnya.

Membalas setiap pesan yang di kirim jungkook padanya.

Juga menyuapkan kue manis yang sudah ia pesan tadi.

" Tae... "

Hmmm...

Taehyung hanya bergumam sebagai jawaban, tapi matanya tetap fokus pada layar ponselnya itu yang menampilkan beberapa gambar perhiasan atas rekomendasi jungkook.

Ia ingin membelikan taehyung hadiah karena si manis sudah jadi anak baik selama dua hari belakangan ini bersamanya.

" Apa kau melupakan sesuatu? "

" Apa? "

" Dulu, sebelum kau menikah dengan jungkook, bukankah kau pernah bilang kau akan berusaha lepas dari semua ini? "

Taehyung meletakkan ponsel itu ke saku bajunya, menatap jimin yang baru saja mengingatkannya akan sesuatu, yang pada nyatanya sempat ia lupakan.

" Soal itu..., sepertinya aku akan melupakannya. "

" Kenapa? Bukankah kau tidak menyukai pernikahan ini? "

" Awalnya, tapi tidak dengan sekarang. "

Jimin menatap taehyung dengan pandangan lekat.

" Apa.., kau mencintainya? "

" Sepertinya Ya. "

" Sungguh? Secepat itu, bahkan kurang dari dua bulan? "

Taehyung tersenyum tipis, mengaduk jus apelnya dengan pelan.

" Entahlah, tapi aku akui kalau aku memang mulai merasakan nyaman dengan semua ini. "

" Nyaman karena perhatian cintanya atau uangnya? "

Senyum taehyung semakin mengembang.

Uang?

Ya!

Taehyung memang gila harta, ia sangat tergila gila akan menghamburkan uang sampai ayahnya, Daehyun merasa tak kuat lagi untuk terus berceramah akan pentingnya berhemat pada uang.

Memilih menyerahkan dirinya dengan menikahkan putra semata wayang nya itu pada pria berkebangsaan prancis yang super duper datar dan pedas dalam tiap kata.

" Keduanya. Cinta iya, tapi uang juga.
Jim, hidup itu butuh uang..., kau pikir makan hanya bisa makan angin? Menelan batu di pinggir sungai? Jangan gila....! "

Jimin juga ikut terkekeh, ia lupa kalau temannya ini memang sangat realistis sekali.

Uang huh? Siapa yang tak tergila gila dengan uang?

Cinta saja tidak cukup kawan...

Bukannya mau matre, tapi hidup itu realita.

Mau hidup dengan makan apa kalian? Hidup di zaman sekarang itu butuh modal uang banyak.

Emang kau dan anak mu kelak bisa makan dengan cinta?
Makan hati, iya ada!

Dasar.

" Jadi, apa rencana mu. "

Taehyung menghentikan kekehannya lalu kembali menatap jimin dengan tenang.

" Melanjutkan nya, sampai aku sendiri benar benar bosan.
Hidup sekali, jadi puaskan hidupmu itu kawan...! "

" Kau benar! Hidup itu hanya sekali. Hidup dari mati suri itu tak bisa di andalkan bukan? "

" Yap, kau benar! "

" Tae, mau menemaniku? "

" Kemana? "

" Aku tau kau pasti ada tempat untuk menghibur diri dengan musik yang memekakkan telinga bukan? "

Taehyung menyeringai dengan kerlingan matanya.

" Tentu. Aku tau dimana kita bisa menghabiskan waktu bersama seperti di Korea. "


















A&E TBC

Continue Reading

You'll Also Like

78.8K 6K 60
Jungkook ter-obsesi pada Taehyung, adik tirinya. Poster by Vechiaa
32.7K 3.1K 34
yang pendek-pendek sekali gigit. +beberapa pernah dipublikasikan di write.as/ankoratentik
133K 14.8K 27
" Jungkook-ah, ku mohon kembalilah pada ayah.... " " Maaf hyung, aku tak bisa. Aku tidak mau lagi di perbudak olehnya! " " Jungkook-ah... Ku mohon...
378K 37.4K 42
KookV . . . TopJk BotTae 24/10/20 : #1 kookv 27/10/20 : #1 kookv