Æ

By DiazOktaFiqi

798K 69.4K 7.8K

(V) " Apa?! menikah? apa kalian semua sudah gila?!! " " Jangan membantah, taehyung!! Itu hukuman untukmu yan... More

AE 1
AE 2
AE 3
AE 4
AE 5
AE 6
AE 7
AE 8
AE 9
AE 10
AE 11
AE 12
AE 13
AE 14
AE 15
AE 16
AE 17
AE 18
AE 19
AE 20
AE 21
AE 22
AE 23
AE 24
AE 26
AE 27
AE 28
AE 29
AE 30
AE 31
AE 32
AE 33
AE 34
AE 35
AE 36
AE 37
AE 38
AE 39
AE 40
AE 41
AE 42
AE 43
AE 44
AE 45
AE 46
AE 47
AE 48
AE 49
AE 50
AE 51
AE 52
AE 53
AE 54
AE 55
AE 56
AE 57
AE Full End

AE 25

14.5K 1.2K 128
By DiazOktaFiqi
















































Tiga hari terhitung sudah Daehyun menginap di rumah besar mereka, begitupun dengan Bernand.

Dan selama itu pula jungkook tampak lebih hidup. Hidup dalam artian sesungguhnya.

Ia tampak lebih semangat dan ceria sejak adanya Daehan.
Sebisa mungkin pria muda jeon itu pulang lebih awal hanya untuk bisa bermain dengan si kecil.

Tertawa lepas kala si kecil terus mengoceh ala bayi yang entah di mengerti atau tidak oleh jungkook.
Tapi pria itu tetap saja tertawa dan sesekali membalasnya dengan gaya sok paham bahasa bayi itu.

Taehyung selalu memantaunya dalam diam. Ia juga penyuka anak kecil, tapi untuk Daehan, ia hanya sedikit interaksi sejak ia tau kalau bayi mochi itu sudah sah di mata hukum menjadi adik angkatnya.

Merasa tak rela jika statusnya terbagi, masih melekat di hatinya.
Konyol emang, tapi itulah taehyung si egois.

Bahkan ketika jungkook, daehyun dan kakek Bernand tertawa senang ketika bermain dengan bocah itu saja, terkadang jauh di lubuk hatinya, ia merasa agak kesal.

Mungkin, karena ia terabaikan?
Entahlah.

Oh, apa dia cemburu? Dengan bocah yang bahkan umurnya baru menginjak usia dua tahun?

Ia tak suka di abaikan, tapi jungkook yang biasanya selalu menggodanya, kini sudah mulai jarang.
Ia lebih suka berdekatan dengan mochi, padahal ini baru tiga hari. Kenapa mereka begitu dekat?
Taehyung iri.!

Taehyung kesal, apa ini yang di namakan cemburu? Masa sih?
Oh, apa benar kalau ia cemburu, berarti ia sudah jatuh cinta sama jungkook?
Benarkah?

Pernah sekali jungkook sadar, taehyung hanya diam menatap mereka dengan kosong.

" Tae-, taehyung?! "

Taehyung tersetak, menatap jungkook yang ternyata sudah berada di dekatnya.

Pria jeon itu menatapnya lekat dengan ibu jari mengusap pipinya pelan.

" Apa yang kau fikirkan eum? "

Taehyung menggelengkan kepalanya.

" Tidak ada. "

Mata bulat kelam itu menyipit, merasa tak yakin akan jawaban singkat itu.

" Sungguh? "

" Ya. Kenapa? "

Jungkook menghela nafas, menggenggam tangan taehyung lalu mengecupnya lembut.

" Tidak ada, hanya saja ku perhatikan kau sejak tadi diam saja. "

Taehyung melirik Daehan yang kini tengah di pangku ayahnya, menyedot susu dengan bantuan tabung khusus bayi.

" Aku hanya sedikit mengantuk. "

Taehyung bangkit dari kursinya, tak berminat untuk menghabiskan teh nya yang baru sedikit ia minum tadinya di cangkir keramik itu.

" Aku akan ke kamar. "
Lanjutnya dengan berlalu menaiki tangga menuju kamarnya.

Jungkook angkat bahu, kembali bergabung dengan si kecil.

" TaeHyung, dia kenapa? "
Tanya sang kakek.

" Katanya, mengantuk. "
























*
























Taehyung total bosan plus kesal.

Ia merasa sendiri di rumah. Yeah, walau ada begitu banyak maid, pengawal dan bodyguard di luar sana, tapi tetap saja.

Jungkook sedang pergi ke bandara, mengantarkan daehyun yang akan berangkat pulang ke korea.

Taehyung tidak mau ikut, malas.

Durhaka, nama tengah si manis.

Jangan protes kalau tidak mau di gigit sama jungkook(?!).

Ini sudah satu jam sejak jungkook bersama rombongan pergi ke bandara. Dan selama itu pula taehyung sudah bersiap dengan pakaian nya.

Ia mau pergi main, menghilangkan penat di kepalanya dan juga hatinya.

Mengambil kunci, kali ini ia mau pakai mobil yang lain saja, lagi malas pakai mobilnya.

Perjalanan ia lajukan dengan santai, ternyata jalanan di sore hari rabu ini cukup padat.

Selagi santai, ia memakai earphone ke telinga kirinya, lalu mendial nomor jimin.

" Jim. "

" Oh, tae? Tumben kau menelepon ku, ada apa? Bosan? "

Taehyung terkekeh kecil, temannya satu ini tampaknya tau tau saja, atau memang sudah tau akan kebiasaan nya setiap menelepon?

" Ya, aku bosan. "

" Sekarang kau dimana? Berisik sekali. "

" Tentu saja berisik, aku di jalan, terjebak macet. "

" Mau kemana? "

" Biasa, club. "

" Kau ini tampaknya tak jera jera ya? Kau mau suami datarmu itu marah dan berakhir menghukum mu? "

" Biarkan saja, aku tak peduli. "

Taehyung menginjak pegal gas, melajukan mobilnya lebih cepat kala jalanan jalurnya mulai lengang.

" Jim, aku mau cerita. "

" Oh, apa? Kau mau cerita apa? "

Taehyung menjilat bibir bawahnya yang terasa kering karena Ac mobil menyala.

Matanya menatap kaca spion sebelum memutar arah belok menyeberangi jalan, mengambil rute berbeda.

" Aku sekarang memiliki adik angkat. "

Satu kalimat, tapi berhasil membuat jimin yang berada di seberang sana terbungkam untuk beberapa saat.

" Tunggu, apa? Adik angkat? Ayahmu mengangkat anak? Hahahahaha... Selamat kawan... Kau punya adik, dan kau bukan anak tunggal lagi. "

Taehyung mengerutkan keningnya, mendengus kasar kala hatinya malah semakin keruh saja sekarang.

" Kau serius mengatakan selamat untuk ku, Park?! "
Desis nya tak suka.

" Oh Kim, apa aku salah bicara? Kau punya adik, tentu saja aku ucapkan selamat?! "

" Tapi aku tidak suka padanya, Park. "

Terdengar sedikit berisik dari arah seberang, taehyung tebak Jimin saat ini lagi rebahan di kasur.

Perbedaan waktu yang sangat kontras, korea selatan sekarang sudah memasuki waktu malam.

" Kenapa tidak suka? Kau takut posisi atau kasih sayang ayahmu terbagi? Oh, aku hampir lupa, adik angkat mu itu umurnya berapa sih? "

" Dua tahun. "

" Heol?! 2 tahun?! Kau serius! Jadi, kau cemburu dengan bocah yang belum tau apa apa? Miris sekali kau kim, eh Jeon.. "

" Terserah apa katamu saja Park. "

" Tae, sudah dulu ya, sambung nya besok aja, aku harus tidur sekarang. Besok pagi pagi, aku harus pergi menemui
seseorang. "

" Siapa? "

" Besok ku beritahu okey? Bye!. "

Tut tut tut

Taehyung menatap ponselnya yang sudah kembali ke wajah tampan nya yang ia jadikan wallpaper HP.

Ia sudah sampai, dan juga sudah memarkirkan mobilnya di parkiran khusus.

Ponsel ia selipkan di saku jaket nya juga kunci mobil itu, keluar dengan gaya angkuh.

Musik berdentum dengan menggelegar, lampu remang remang membuat siapa saja langsung merasakan apa itu dunia gelap di hiburan malam ini.

Semua orang sudah menari tak beraturan di lantai dansa, taehyung melihatnya dengan malas.
Lautan manusia stres, menurutnya.

Seperti biasa, ia akan menemui Dave untuk memesan minuman.

" Yo kawan! Apa kabar?! "

" Kurang baik. "

Dave mendekat, menyandarkan tubuhnya pada pembatas meja kaca itu.

" Ada masalah? Dengan suami mu, itu.? "

Taehyung berdengung, jarinya ia bawa mengetuk meja itu secara acak.

" Tidak juga, tapi ya begitulah... Aku bosan, bisa kau buatkan aku minuman, tapi alkohol nya sedang saja. Aku belum mau mabuk secepat itu. "

Dave mengerti, mengerlingkan matanya nakal, lalu mengacungkan jempolnya.

" Tentu, membuat minuman adalah keahlian ku. Akan ku buatkan minuman terenak untukmu. "

Taehyung tersenyum tipis, matanya ia bawa mengedar, club satu ini memang sangat terbaik.
Taehyung suka, dan taehyung rasa ia tak akan bosan jika kemari terus setiap saat.
Tapi, apa itu mungkin mengingat jungkook itu menyebalkan?
Yang ada uang jatah bulanannya akan di potong.
Oh, tidak. Taehyung tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Tak

" Nah, ini dia untukmu kawan.! "

" Thanks. "

Menyesapnya sedikit, benar ini enak. Dave sepertinya memang sudah sangat ahli dalam membuat minuman seperti ini.

Ia bahkan sangat tau untuk setiap selera yang di inginkan pelanggan.

" Mau cerita? "

Taehyung menatap dave agak ragu, haruskah?

" Aku tidak memaksa, jika kau ragu... Tapi, jika kau ingin cerita, cerita saja padaku. Aku pendengar yang baik, dan bisa menyimpan rahasia. "

Ujar dave yang seakan mengerti apa yang kini tengah di pikirkan oleh taehyung, dan sedikit memperagakan tangan di depan mulut, seolah menguncinya.

Taehyung terkekeh, dave itu ternyata bisa lucu juga. Taehyung kira pria berkebangsaan prancis baru ini, sangat. Melihat bagaimana tubuhnya yang besar, kekar dan penuh tato.

Tapi, dia ramah. Taehyung suka.
Suka dalam artian biasa ya, suka dalam anggapan sahabat, tak lebih.

" Aku hanya sedang bosan. "

Akhirnya taehyung kembali buka suara, dave menarik kursi agar dia lebih mudah mendengarkan cerita teman barunya itu.

Eh, apa mereka sudah berteman?
Siapa yang perduli?

Bagi dave, semua pelanggan lama maupun baru saja, mereka adalah teman baginya.

" Jungkook, aku rasa ragu padanya. "

" Ragu? Kenapa kau bisa berkata begitu? Apa terjadi sesuatu? "

" Tidak juga. Hanya saja belum lama ini kami sempat bicara, dan dia mengatakan cinta kepadaku. "

" Kau membalasnya? "

Taehyung menggelengkan kepalanya pelan.

" Kenapa? "

" Jujur, aku belum pernah pacaran."

" Sungguh? Demi apa?! "

" Demi Tuhanku. Aku belum pernah, makanya aku masih ragu dengan pernyataan cinta seperti itu. Kau tau, ini pertamanya bagiku. "

Dave terdiam, lalu menepuk pundak taehyung pelan.

" Jadi, kau beranggapan kalau suami mu itu akan mempermainkan mu? "

Taehyung bergumam pelan.

" Hei kawan, sedikit ku beri saran ya, tapi terserah kau saja mau atau tidak menerima saranku ini.
Menurutku, kau coba saja dulu membalasnya pelan pelan, siapa tau suami mu itu sungguh sungguh dalam ucapan nya, siapa yang tau? "

" Tapi aku tidak tau harus bersikap bagaimana, dave... Aku itu kasar, bar bar, bebas, egois, jadi bagaimana caranya aku bisa membalasnya? Bersikap manis? Bukan sifatku sekali.!? "

" Hei hei, aku tak menyuruhmu berubah untuk bersikap manis kawan... Kau cukup tetap pada dirimu, balas dengan caramu. Jangan tiru orang lain.
Kau ya kau, orang ya orang. Kalian berbeda, okey?. Jadilah dirimu sendiri.
Buat dia senang, atau apalah itu. Itu kau yang tau, karena kau istrinya. "



























*


























Jungkook masuk ke rumahnya setelah setengah jam menempuh perjalanan mengantar ayah mertuanya juga kakeknya ke bandara. Ada sedikit masalah pada jadwal penerbangan tadi, makanya jungkook lebih lama di sana.

Keadaan rumah sepi, biasanya juga begitu, hanya saja ia rasa ada yang kurang.

" Dimana taehyung? "

" Anu tuan, tuan taehyung pergi keluar. "

" Sejak kapan? "

" Sejak sore tadi, satu setengah jam yang lalu tuan. "

Jungkook langsung menatap maid pribadi taehyung itu cepat.

" Apa dia mengatakan sesuatu? Pergi kemana gitu? "

" Tidak tuan, dia hanya mengatakan pergi main. "

Kata 'main' jungkook langsung tau kemana arah pemuda manis itu.
Ia sudah mulai hafal akan sifat sang istri nya itu.

Jungkook tak jadi ke kamar, ia berbalik keluar dan memakai mobilnya yang lain.


















*

















Taehyung diam, membiarkan dave yang kembali sibuk melayani pelanggan pelanggannya.

Sampai seseorang menepuk pundak nya, dan tampa permisi langsung duduk di kursi kosong tepat di sampingnya.

" Kau?! "

Pria itu tersenyum tipis.

" Bertemu lagi, taehyung, atau nyonya Arnault eoh? "

Taehyung memicing tak suka,

" Jangan ganggu, atau kau mau ku buat lebih malu dari pada waktu itu. "
Desis nya menahan kesal.

Pria itu tegelak pelan, menerima minuman yang di berikan dave, lalu menyesapnya sedikit.

" Jangan marah dulu, aku hanya mau bersantai sekaligus membawa jabat pertemanan, kau mau? "

" Tidak. Aku masih tidak percaya denganmu. "

Lagi lagi pria itu tertawa,

" Oh ayolah, kau ini sangat sensitif ya? Yang waktu itu aku khilaf, maaf okay... "

Taehyung acuh, menyesap minuman nya hingga habis.

Mengeluarkan beberapa uang dollar, lalu berdiri hendak pergi.

" Hei, mau kema- "

" Jangan sentuh istriku, jika kau masih mau melihat matahari besok. Vernon Choi. "

Tangan vernon di tepis kuat oleh sosok pria lain yang baru saja tiba.
Jungkook.

Membawa tubuh taehyung ke dalam dekapannya, mengabaikan tatapan tatapan berbeda dari orang orang di sana.

Vernon tersenyum tipis. Mengangkat kedua tangannya tanda damai tapi jungkook tetap menatapnya tajam.

" Tenang..., tenang kawan... Aku tidak ada niat untuk menyentuh istrimu itu, aku hanya ingin mengajaknya berteman? "

" Tak akan ku biarkan. "

Taehyung langsung di seret keluar dalam diam oleh jungkook.

" Kenapa kau kemari? "

Tanya taehyung yang menahan diri sebelum di paksa masuk ke dalam mobil sport jungkook.

Jungkook berbalik menatap taehyung dengan pandangan kesal.

" Aku kemari untuk menjemputmu. Bukankah sudah ku peringatkan untuk tidak kemari lagi?! Kenapa kau langgar Jeon?! "

Taehyung mendengus kesal, berdecih malas.

" Kau lupa aku bebas? Aku tidak suka di kekang, ingat itu. "

" Aku tidak mengekangmu, aku hanya ingin membatasi pergaulan bebas mu. "

" Pergaulan bebas? Itu duniaku dan kau tak berhak melarangku. "

" Aku berhak, karena aku suami mu! "

" Bisa tidak, setiap kita debat, jangan pernah kau pakai statusmu di antara kita? Apa mentang mentang aku yang berada di pihak istri, jadi dengan seenak hatimu kau mengaturku? "

Jungkook mengusap wajahnya kasar, menarik tangan taehyung untuk masuk ke dalam mobilnya.

" Masuk, kita bicarakan ini di rumah. "

" Aku bawa mobil. "

" Biarkan saja, aku akan menyuruh orang untuk membawa nya pulang. "












" Maaf. "

Suara jungkook terdengar pelan, taehyung yang duduk di sampingnya tak menggubris, terlalu sibuk pada lamunannya menatap luar cendela.

Malam ini turun hujan di tengah datangnya salju, menambah suhu semakin menurun drastis.

Jungkook sudah menyetel penghangat mobil, dan mematikan Ac.

Tak ada sahutan yang terdengar, jungkook sedikit menoleh, menatap wajah taehyung yang tampak tenang menatap luar jendela kaca mobil itu.

" Taehyung, kau mendengar ku? "

Taehyung menoleh pelan, menatap jungkook sekilas kemudian kembali menatap luar.

" Apa. "

Datar sekali, seolah sama sekali tak berniat buka suara.

" Aku minta maaf. "

" Oh. "

" Kau memaafkan ku? "

Tak menjawab.

" Tae, kau marah padaku? "

" Menurutmu? "

Mobil melaju semakin pelan, 20 km/jam.

" Tae, ku mohon jangan seperti ini. Kau marah hanya karena aku menjemput mu? Sungguh? "

" Kau berfikir aku marah karena itu? "

" Lalu, apa? "

" Kau pikir sendiri. "
Jawab taehyung acuh.

Mobil jungkook tepikan di pinggir jalan yang agak sepi, menatap penuh pada taehyung yang masih diam, tak mau menatapnya.

" Aku tidak tau harus berkata apa lagi, karena jujur aku tak mengerti apa yang membuatmu marah padaku.
Tae, tolong katakan padaku, apa salahku? Kau akhir akhir ini ku perhatikan selalu diam. Ada apa? "

Taehyung menoleh lagi, menatap jungkook ogah ogahan.

" Aku cemburu. "

" A-apa? "

" Aku cemburu jungkook...! "

Jungkook membulatkan matanya, heol apa dia salah dengar barusan?

" K-kau cemburu? Karena apa? "

Mimik wajah taehyung berubah kesal, menuding tepat di hidung mancung jungkook dengan telunjuknya.

" Kau yang membuatku cemburu! Kau mengabaikan ku, kau sibuk main dengan mochi, dan aku benci itu! "

Jungkook mengerjab beberapa kali, lalu tersenyum tipis.

" Kau cemburu hanya karena aku mengabaikan mu? Karena aku memilih bersama Daehan? "

" Ya! Aku cemburu! Puas kau! "

Jungkook tergelak, melepaskan sealbet nya lalu menarik tubuh taehyung ke dalam dekapannya.

" Jangan cemburu, apalagi dengan anak kecil seperti adik angkat mu, itu tidak baik tae... "

" Aku tetap tidak suka! Aku tidak suka berbagi jungkook...! "

" Hmmm... Aku milikmu. Jadi jangan cemburu key... "

Taehyung diam saja, jungkook jadi gemas.

Melepaskan pelukannya, lalu menatap taehyung dan mengecup sudut bibirnya cepat.

" Kita pulang sekarang? "

Taehyung menghela nafas, mengangguk kecil dengan senyum tipisnya.

Mobil kembali di jalankan, tapi jungkook hanya mengandalkan satu tangannya saja, karena tangan nya yang lain ia gunakan untuk menggenggam tangan taehyung.

" Lepaskan tanganmu, nanti kita kecelakaan. Aku belum mau mati muda."

Celetuk taehyung yang mencoba melepaskan tangan jungkook, tapi malah semakin di genggam erat oleh pemuda itu.

" Tidak akan. Kau belum tau saja, dulu aku itu bagaimana... "

" Memangnya kau dulu bagaimana? "

" Aku dulu juga pernah bermain balap mobil semasa SHS. "

" Sungguh?! Kau? Pernah main seperti
itu?! "

Jungkook mengangguk dengan senyum sombong.

Taehyung menatapnya menyelidik namun penuh penasaran.

" Aku belum percaya, tapi kapan kapan tampaknya boleh juga kita adu
kecepatan? "

" Tentu, jika pekerjaan ku tidak banyak
lagi. "

" Aku akan menantikan hari itu. "




















A&E TBC

Hehehehehe...

Maaf ya, ga bisa up cepat kaya' kemarin...

Habisnya di sini sinyal lagi susah... Sedih juga ternyata...

Sudah itu, aku juga ada sedikit kerjaan tadi.

Eh kawan, aku mau nanya pendapat kalian nih...

Bagusnya aku kasih hadiah apa ya buat seseorang yang kita sayangi??

Hadiah ultah gitu...

Tapi bukan untuk anak kecil ya... Buat orang usia 23th.

Continue Reading

You'll Also Like

999K 150K 108
taehyung dengar, anak pemilik kost yang ditempatinya ganteng sekali. [kookv +bts] ⚠️cover from pinterest's pict⚠️
52.9K 2.6K 22
Yang dari tik tok sini mampir, ini WP nya sekian🌼🤍 title : JUST FOR YOU/ Hanya Untuk Mu 🖤 Genre ; Youth School 🔞❗ Air time : Sel 2 mar Sinopsis :...
161K 17K 49
Apa jadinya jika seorang sociopath bertemu dengan seorang psychopath? Si psychopath yang bersembunyi dibalik paras tampan dan sifat ramahnya. Sedangk...
1.1M 98.2K 50
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...