Æ

By DiazOktaFiqi

821K 70.2K 7.8K

(V) " Apa?! menikah? apa kalian semua sudah gila?!! " " Jangan membantah, taehyung!! Itu hukuman untukmu yan... More

AE 1
AE 3
AE 4
AE 5
AE 6
AE 7
AE 8
AE 9
AE 10
AE 11
AE 12
AE 13
AE 14
AE 15
AE 16
AE 17
AE 18
AE 19
AE 20
AE 21
AE 22
AE 23
AE 24
AE 25
AE 26
AE 27
AE 28
AE 29
AE 30
AE 31
AE 32
AE 33
AE 34
AE 35
AE 36
AE 37
AE 38
AE 39
AE 40
AE 41
AE 42
AE 43
AE 44
AE 45
AE 46
AE 47
AE 48
AE 49
AE 50
AE 51
AE 52
AE 53
AE 54
AE 55
AE 56
AE 57
AE Full End

AE 2

15.9K 1.5K 96
By DiazOktaFiqi





























































Matahari terbit dengan amat indah, terlihat dari cahaya eloknya yang menembus sela sela tirai jendela kecil samping jungkook.

Pria tampan itu kini tepatnya dini hari tadi melakukan penerbangan dadakan, menepati janjinya untuk menemani kakeknya, Bernand ke Korsel.

Di sampingnya, berseberangan dengannya itu, Bernand tampak tenang dalam tidurnya. Hanya jungkook saja yang sudah terjaga, tapi sebenarnya itu dia tidaklah tidur sejak pesawat mereka lepas landas dari aspal dingin itu.

Butuh waktu berjam jam untuk sampai di tujuan mereka.
Salah satu negara di Asia Timur, Korea Selatan yang terkenal dengan sebutan negara ginseng.

" Jung, kau tak tidur.? "

Jungkook melirik Bernand, lalu kembali fokus pada layar tab nya yang sejak tadi ia genggam.

" Tidak. "

Bernand, pria tua berstatus kakeknya itu sedikit bergerak, memperbaiki duduknya yang sedikit merosot.

" Kau ini... Barang sejenak, lepaslah dulu tab mu itu... "

" Aku harus memeriksa file kantor "

Bernand menggelengkan kepalanya dramatis, sungguh tak mengerti akan watak cucu nya yang sungguh keras kepala juga gila kerja.

Ia kembali mencoba mengingat sesuatu, rasanya ia dan mendiang ayah jungkook tidaklah segila pemuda itu dalam hal kerja.

" Bekerja boleh..., tapi ingat juga untuk beristirahat... "

Jungkook hanya bergumam saja, mengalihkan file untuk melihat sebuah email yang baru saja masuk ke tab nya.

Itu pasti kiriman dari sekretaris nya di paris. Biasa, urusan bisnis.

" Jungkook, kau mau pesan sesuatu.? "

Jungkook melirik baru mengerti akan pertanyaan sang kakek, yang ternyata seorang pramugari cantik pesawat mereka tengah berada di dekatnya.

" Colla dingin. "

" Hanya itu? Tak ingin makan? "

" Tidak. "

Bernand kembali menatap pramugari cantik yang sejak tadi diam diam memperhatikan wajah jungkook yang begitu dingin, menatap tab juga sesekali awan cantik di luar sana.

" Bawakan saja Colla dingin dan air mineral untukku, juga roti gandum. "

Ujar bernand dan langsung mendapat anggukan dari si wanita.

" Kau ingin menginap di hotel mana, akan ku pesankan. "
Ujar jungkook tiba tiba.

Sang kakek melirik dari majalah di tangannya, lantas tersenyum kecil.

" Itu tidak perlu, kita tak akan menginap di hotel. "

Jungkook menatap sang kakek dengan tanda tanya walau wajahnya tak mengekspresikan demikian.

" Kita akan menginap di rumah orang yang akan kita temui. "
Lanjut Bernand seolah tau apa yang di pikirkan oleh jungkook.

Yang muda diam saja, menerima colla dingin yang baru saja di antarkan pramugari cantik tadi.

" Ambil itu- "

Roti gandum di sodorkan Bernand.

" Tidak, aku tidak lapar. "

" Ambil. Bagaimana tidak lapar, jika kau saja sejak tadi tidak makan sedikit pun? Cepatlah, tak baik minum berbahan soda tanpa mengisi perutmu dengan makanan terlebih dahulu. "

Mau tak mau jungkook pun menerimanya, menggumam kan kalimat terimakasih.

Bernand tersenyum melihat sang cucu tersayangnya makan dengan lahap, walau itu hanya roti gandum.
Sejujurnya jungkook itu bukanlah tipe pemantang makanan, setaunya sejak ia mengurus pria itu sejak kecil, tidak ada yang ia tidak sukai.
Termasuk alergi pun tak ada ia rasa.
Ya, ia rasa begitu.
Eh ada, kalau tidak salah kacang.

Pesawat berlogo dengan milik hak sah paris, prancis itu mendarat dengan mulus di landasan udara di negara ginseng, tepatnya di kota Incheon Airport.

Jungkook keluar bersama Bernand, mereka di kawal dengan begitu ketat, bak nya seorang presiden baru kembali dari acara liburan nya.

Tampilan mereka sungguh mengundang tatapan memuja dari wanita dan para orang orang berada di bandara itu.

Memasuki mobil mewah yang sudah di sediakan untuk menjemputnya, meluncur membelah jalanan kota negara itu.

Sepanjang jalan, kakek dan cucunya ini hanya saling diam.
Tapi wajah dingin merekalah yang menambah kesan dingin pada suasana hari yang kebetulan sedang memasuki musim gugur.

Sang supir saja yang berada di depan kemudi saja sampai beberapa kali meremat stir mobilnya karena merasakan hawa dingin yang menusuk tulangnya.

Tatapan dari dua pria di belakangnya ini sungguh tajam, membuatnya harus dengan susah payah untuk menelan air ludahnya.

Cukup lama mereka menempuh perjalanan, jungkook saja sampai tak bisa lagi menghitung helaan nafas lelah nya.

Di liriknya Bernand, kakeknya itu tampak tenang tenang saja dengan menatap hamparan dari jendela sampingnya.

Mobil mereka memasuki kawasan area taman yang begitu luas dengan di tumbuhi banyak pepohonan hias.

Terlihat sebuah rumah? besar dengan gaya yang entahlah, tapi menurut jungkook, rumah itu terlihat seperti bangunan kerajaan zaman Joseon walau sudah ada di beberapa bagian di bangun mengikuti perkembangan zaman sekarang.
Sedikit lebih modern lah...

Mereka turun dan langsung di sambut dengan begitu banyak orang dengan pakaian khas hanbok tradisional kerajaan.

Jungkook diam diam mencoba memikirkan apa tujuan sebenarnya yang di rencanakan oleh kakeknya itu.

Mengikuti langkah kakeknya yang lebih dulu masuk bersama seorang pria paruh baya, mungkin bisa di bilang seumuran ayahnya, jika saja beliau masihlah hidup.

Di dalam, jungkook di suguhkan dengan nuansa ornamen yang lebih terang, dinding bahan kayu yang kokoh juga tampak begitu indah.

Baru kali ini ia mengunjungi dan memasuki langsung kadiaman zaman kerajaan ini.

" Silahkan, silahkan duduk tuan tuan- "

Duduk di kursi empuk berwarna merah maroon. Para maid dengan pakaian hanbok tradisional nya datang, menyuguhkan berbagai makanan cemilan ringan juga minuman teh hijau.

" Mohon di nikmati tuan- "

" Dimana toilet "

Itu seperti bukankah pertanyaan karena nadanya yang terkesan datar, juga wajah yang juga sama datarnya.

Tapi si pemilik rumah tampaknya amat paham juga maklum atas hal itu.

" Ah, nak kau bisa melewati ruang itu, pintu hitam itu dia "

Jungkook langsung berlalu pergi.

Bernand tersenyum tipis.

" Mohon di mengerti, dia cucuku yang ku ceritakan waktu itu, memang begitu sifatnya, dingin. "

" Tak apa tuan Arnault, saya paham. "
















Di belakang, jungkook sempat berhenti karena melihat sekitar lima maid tengah berdiri di depan sebuah pintu bercat krem dengan wajah ragu?

Jungkook tak ambil pusing, memilih berlalu ke toilet sesuai tujuan awal nya.




































Di atas, lantai dua dari rumah besar bergaya kerajaan Joseon itu tampak lima maid sesuai dengan apa yang di lihat oleh jungkook tadi.

Mereka tampak ragu di depan sebuah pintu yang tak lain adalah pintu kamar tuan muda mereka.

" Bagaimana ini.., bangunkan tidak?? "

Tanya salah satu maid menatap keempat maid lainnya yang sama bingungnya dengannya itu.

" Bagunkan saja. "
Putus satu di antara mereka.

" T-tapi..., kau taukan bagaimana sifat tuan muda.?? Kita bisa kena amuk nanti.?! "

" Hei, aku lebih baik kena amuk tuan muda daripada kena amukan tuan besar?! Kau mau nanti di pecat, eoh?!! "

Mereka sontak langsung menggeleng, tapi ayolah... Membangunkan tuan muda sama saja membangunkan singa kelaparan yang sedang tidur??
Mau di terkam singa kelaparan?
Atau di pecat oleh tuan besar mereka yang ganasnya bak naga api??

Mereka mengangguk kompak, mengetuk tiga kali pintu itu dengan pelan.

Tok Tok Tok

" T-tuan muda...., ini kami.. Tuan besar- "

BRAK

Oh, tidak.

Sepertinya itu adalah bantal yang baru saja menghantam pintu kamar membuat suara debuman yang cukup keras, apalagi ini bukan ruangan kedap suara.

Kelima maid tadi sontak kaget, mundur dua langkah ke belakang.

" T-tuan.. "

" Bisakah kalian diam.?!! Pergi atau ku cincang kalian.!!! "

Seruan penuh ancaman berasal dari arah dalam kamar itu membuat para maid lagi lagi harus meneguk air ludahnya dengan susah payah.

" Apa bocah itu belum bangun juga.?? "

Mereka sontak membungkuk hormat kala mendapati sang tuan besar mereka datang dengan wajah kerasnya.

" M-maafkan kami tuan.., kami sudah berusaha namun tuan muda tidak mau keluar- "

Daehyun menghela nafas sejenak sebelum akhirnya mengangguk lalu mengibaskan tangannya beberapa kali.

" Kalian boleh pergi, aku sendiri yang akan mengurus kucing hutan itu. "

Kelima maid mengangguk paham, pergi dengan pelan.

Daehyun merogoh sakunya kemudian mengeluarkan sebuah kunci duplikat untuk membuka pintu kamar putranya yang ia panggil 'kucing hutan' tadi.

Cklek

Benar.

Terlihat dari gundukan di atas kasur besar dengan selimut tebal yang sudah menjuntai tak beraturan.

" Sampai kapan kau akan tidur, Tae?? "

Tak ada jawaban, hening.

" Jawab ketika ayah bertanya, ayah tau kau sudah bangun. "
Daehyun kembali berucap, kali ini dengan suara terkesan datar.

Taehyung.
Pemuda tampan namun terselip akan kemanisan itu menyingkap selimut dari wajahnya, melirik lantas berdecak malas kala mendapati sang ayah berdiri tegap di dekat jendela besar kamarnya.

" Aku mengantuk. "
Ketus sang anak hendak kembali menarik selimutnya.

" Bangun! "

Taehyung tak jadi menarik selimut nya. Menatap ayahnya kesal.

" Aku masih mengantuk, ayah! "

" Ayah tak peduli.! Itu salahmu kenapa tidur sudah larut malam. Sekarang kau harus bangun, mandi dan bersiap turun ke bawah, karena calonmu sudah tiba. "

Taehyung sontak terduduk, menatap daehyun dengan pandangan tak percaya.

" A-apa?? Jadi, ayah serius akan Menjodohkan ku.??? "

Daehyun menatap anak nya itu datar.

" Ayah tak pernah main main."

Ujar sang ayah sebelum pintu kembali di tutup dengan perginya kim daehyun.

" Aaarrrrggg!!!.. Sial.!!! "

Brak!

Sekali lagi, taehyung membanting bantal nya ke arah pintu yang baru saja tertutup itu.















*





















Di bawah, daehyun sudah kembali.
Berbincang bincang kecil dengan tuan Bernand, membicarakan banyak hal layaknya teman lama yang baru jumpa.

Jungkook duduk di samping kakeknya, duduk dalam diam, menatap penuh minat pada grafik saham pada perusahaan nya yang baru saja di kabarkan kembali meningkat beberapa persen.

Tapi walau begitu, ia tetap menyimak apa saja yang dua pria dewasa beda generasi itu perbincangkan.

Sesekali ia akan ikut menyahut, dan itupun jika ia rasa di perlukan.

" Jungkook? Berapa umurmu sekarang
nak? "

" 25th "

Singkat.

Daehyun sama sekali tak masalah, malahan ia kini malah berdecak kagum akan kemampuan anak muda di depannya.
Yang sangat berbeda sekali dengan putranya yang sungguh pemalas.
Hanya bisa menghamburkan uang.

" Wahhh... Kau sungguh hebat nak, ayah salut padamu. "

Daehyun sengaja menyebut dirinya sendiri akan panggilan ayah di depan jungkook, bagaimana pun juga rencananya untuk membuat pemuda di depannya sebagai menantu sungguh sudah bulat.

Jungkook sendiripun juga tak mempersalahkan hal itu. Ia cenderung memilih acuh.

Tapi sesaat kemudian matanya sempat terpaku pada seseorang pemuda lainnya yang baru saja menuruni anak tangga, mendudukkan dirinya di samping daehyun.

Jungkook rasa, pemuda yang tepat duduk di hadapannya ini seumuran dengan nya.

Tapi apa peduli jungkook??

" Nah, ini dia putraku, Kim Taehyung. Dan taehyung kenalkan, dia kakek Bernand dan cucunya, Jungkook. "

Taehyung menatap kedua pria di hadapannya itu dengan senyum terpaksa, tapi sejenak ia terpaku kala menatap mata kelam pria bernama jungkook.

Pria itu menatapnya dengan datar, beda sekali dengan kakeknya yang tersenyum lebar.
Taehyung sempat menaikkan sebelah alisnya,
Apa pria di depannya ini punya masalah dengannya??

Tapi ia rasa tidak.
Sama dengan jungkook, taehyung juga ikut acuh.

" Karena sekarang kita sudah berkumpul, bagaimana jika kita makan siang bersama. Saya yakin perjalanan dari paris pasti sangat menguras tenaga. "

Mereka pindah ke ruang meja makan. Di sana sudah terhidang begitu banyak jenis makanan khas korea.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lamanya, jungkook dapat kembali mengecap rasa makanan khas tanah kelahirannya itu.

" Bagaimana? Apa nak jungkook suka atau mau menu yang lainnya? "

Daehyun menatap jungkook, yang lainnya juga begitu.

Jungkook sedikit mendongak.

" Tak buruk, aku suka. "

Cih

Jungkook sempat melirik ke arah taehyung yang ia tangkap baru saja berdecih.
Ia tau pasti pemuda kim itu baru saja meledeknya.
Tapi jungkook tetap melanjutkan memakan makanannya dengan tenang.

" Kau mau tambah, jungkook? "

Bernand hendak menambahkan mangkuk sup iga, tapi jungkook mencegahnya.

" Tidak, ini cukup. "

" Cih, sok cukup padahal ingin lebih. "

Celetuk taehyung tanpa tau malunya, menyindir dengan suara amat keras dan jelas.

" Kim TaeHyung! Jaga bahasamu! "
Tegur daehyun.

Taehyung berdecak malas, mendorong piring nya menjauh.

" Aku selesai. "

Pemuda kim segera berlalu ke ruang tengah, lebih baik ia di sana dengan menonton tv, daripada harus mendengarkan ceramah sang ayah yang ia yakini tiada habisnya itu.

" Jungkook, maafkan anak ayah ya, dia- "

"  Saya paham. "

Diam diam jungkook mengepalkan tangannya menahan gejolak amarah.

" Dasar bocah sialan!!. "




















A&E TBC

Continue Reading

You'll Also Like

45.5K 6.9K 40
Judul : ᴊᴇᴏɴ ᴛᴡɪɴs Author : DiazOktaFiqi Genre : BL| Fiksi | Romance | Medic-Militer Request: SintaPurnama480 TIPE : Geregetan Bahasa : Indonesia...
1K 152 18
~🌻𝘽𝙪𝙙𝙖𝙮𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙫𝙤𝙩𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙘𝙤𝙢𝙚𝙣𝙩🌻~ Ini kisah cinta mereka, Anetha & Alen. Pertemuan yang tak diduga membuat mereka mengenal satu s...
1.8M 101K 25
❝Apakah aku bisa menjadi ibu yang baik?❞ ❝Pukul dan maki saya sepuas kamu. Tapi saya mohon, jangan benci saya.❞ ©bininya_renmin, 2022
15.9K 2K 7
Seorang siswa yang selalu menjadi bahan bully di sekolahnya. Dia Kim taehyung, pria kecil malang yang kesepian dan selalu berharap akan ada seseorang...