DISPARAÎTRE [END]

By sukaredpelpett

25K 3.1K 116

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!] NOTE : AWAS TYPO "Gue Renald. Kalo lo mau t... More

1. MORNING PROBLEM
2. MET BY
3. UNKNOW NUMBER & KISSED
4. VERY PUSHY
5. ANNOYED
6. REYSA SICK
7. INVITE TO GO
8. HEARTBEAT
9. PROBLEM COMES
10. FEEL HURT
11. THREAT
12. RUN AWAY
13. HALFWORD
14. TIRED
15. TWO HARD CHOICES
16. CONFUSING CHOICE
17. MOCKING LAUGHTER
18. NEW STUDENT
19. FEEL GUILTY
20. HARD SLAP
21. FAILED
22. THE PAST
23. LOST
24. PANIC & RESTLESSNESS
25. ENGAGEMENT
26. EVIDENCE & ARREST
27. APOLOGIZE
28. ARGUMENT & JEALOUS
29. MISS, HUG, & JEALOUS
30. JEALOUSY & ANNOYANCE
31. TOGETHERNESS & EMOTION
32. COMPETITION & FRUSTRATION
33. WAITING & A DISSAPOINTMENT
34. NERVOUS
35. MISUNDERSTANDING
36. CASTE & TROUBLE
37. HOT HEARTED
38. SURPRISE
39. BAZAAR PREPARATION
40. MUSIC EVENTS & BAZAAR
41. BAD DAY
42. BAD LUCK, REYSA
43. REAL INCIDENT
44. REYSA'S EXPLANATION
45. THE TRUTH
46. REGRET
47. BE CAGRINED
48. REFUSE
50. TOO SUDDEN
51. HOSPITAL & BAD NEWS
52. SAD TEARS
53. REVENGE
54. NIGHTMARE
55. LASTING MEMORIES
56. LINGERING SADNESS

49. DARE

266 49 2
By sukaredpelpett

"He no longer has the right to just forbid many things to him."

****

Bara mengamati sebuah jam tangan yang berada di atas meja. Mereka sama-sama mengamati jam itu seperti yang dilakukan oleh Bara. Reysa datang, membawa beberapa minuman dari arah dapur yang dibantu oleh Frans.

Gadis itu mengambil duduk di sebelah Devan. Laki-laki itu terlihat tak peduli dengan apa yang tengah mereka lakukan. Mengapa itu harus terjadi padanya? Padahal ia sendiri tidak pernah melakukan kesalahan apapun.

Reysa menepuk paha laki-laki itu beberapa kali. "Gue aja nggak terlalu ngurusin kaya gitu, Dev. Ngapain juga pusing-pusing mikirin yang nggak penting?"

Devan menoleh, mendapati senyuman menawan milik Reysa yang membuat ia merasa lebih tenang dari sebelumnya. "Padahal gue udah mikir, kalo Stella itu orang yang pas buat bersanding sama gue."

Semua orang tahu, laki-laki playboy itu selalu tak peduli dengan gadis yang disakiti oleh Devan. Entah mengapa, dengan Stella laki-laki itu berubah drastis. Malah sekarang, laki-laki itu tidak pernah dekat dengan siapapun kecuali Stella.

Reysa merangkul laki-laki itu, mencoba memberi semangat. "Masa Devan jadi sadboy gini, sih? Oh, ayolah, Devan yang gue kenal nggak pernah kaya gini."

"Gue juga manusia kali, Cha."

Reysa tergelak, melepas rangkulannya dan meraih satu buah botol minuman yang tadi ia ambil dari dapur. Ia membuka penutupnya, lalu memberikannya pada Devan. "Nih, biar otak lo dingin."

Devan menerimanya. Laki-laki itu mulai menenggak minuman itu hingga tersisa setengah botol.

"Stella nggak pernah nanya macem-macem kan sama lo, Dev?" tanya Frans yang sedari tadi memperhatikan Devan yang sedang galau berat.

Devan menoleh, mendapati wajah penasaran milik Frans yang tidak seperti biasanya. Biasanya Frans akan selalu diam dan membiarkan semuanya seperti itu.

Devan berdehem, lalu mulai memikirkan apa yang pernah Stella tanyakan. "Ah, ada."

"Apa?"

Mereka mulai penasaran pertanyaan apa yang dilontarkan oleh Stella. "Waktu itu gue lupa lagi bahas apaan. Tapi Stella nanya, Echa punya kelemahan atau enggak."

"Terus, lo bilang apa?"

Devan terdiam sejenak sembari memperhatikan wajah penasaran mereka secara bergantian. "Gue... nggak bilang apa-apa. Soalnya pas itu, Echa tiba-tiba telfon dan nggak sempet buat jawab."

Mereka bernapas lega. Pasti saat itu Stella sudah dekat dengan Bimo dan Fina. Tapi memang kedekatan mereka tidak pernah diketahui oleh banyak orang. Bahkan saat di sekolah, mereka terlihat tidak mengenal satu sama lain.

"Kayanya si Echa emang punya indera ke sepuluh. Makanya ngerasa kalo dia lagi diomongin sama si Devan."

Reysa melempar botol yang tengah di pegang oleh Devan ke arah Bara. Gadis itu berdecak kesal, merasa tidak terima karena perkataan Bara. "Belum pernah gue sambit pake cangkul lo, ya?"

Mereka tergelak. Akhir-akhir ini Reysa menjadi orang yang gampang sekali emosi. Bahkan tak segan-segan menendang siapa saja yang mengganggu gadis itu.

Ponsel Reysa bergetar, membuat gadis itu segera membukanya. Ada sebuah pesan dari nomor tidak kenal, ia segera melihatnya.

Unknow Number
Gue tantang lo balapan malam ini
di jalan deket perempatan yang
biasa buat balap liar.

"Kenapa Cha?" tanya Frans yang tengah bersandar di sofa. Gadis itu masih tetap fokus pada ponselnya, memikirkan seseorang yang mungkin mengirim pesan ini untuknya.

"Gue ditantang balapan."

Semua yang berada di sana terlihat terkejut. Terlebih lagi Bara yang tengah fokus pada laporan keuangan perusahaannya. Kalau seperti ini, pekerjaan ini akan tertunda begitu saja.

"Ganggu aja tuh orang. Nggak tau aja gue lagi pening mikirin banyak hal."

"Kan yang dapet pesan si Echa. Kenapa lo yang misuh-misuh?" Regita memukul lengan Veran agar laki-laki itu tetap diam. Veran malah nyengir tanpa merasa bersalah karena perkataannya sendiri.

"Biarin aja dah. Lo juga nggak tau kan dia siapa?" ucap Galang memberi saran.

Namun, ponsel Reysa kembali bergetar. Menampilkan sebuah notif yang dikirim oleh nomor tadi.

Unknow Number
Gue pikir lo nggak akan nolak ini.
Lo harus tau, setiap keputusan yang
lo ambil ada imbalannya sendiri-sendiri.

Gadis itu melirik arloji yang melingkar ditangannya. Sekarang waktu menunjukkan pukul sepuluh malam.

Unknow Number
Gue tunggu sampe jam setengah dua belas.

"Nggak usah diurusin dah. Nggak terlalu penting juga, Cha."

Reysa mengangkat wajahnya, menatap Bara yang terlihat begitu lelah karena beberapa pekerjaan yang membuat laki-laki itu selalu lembur akhir-akhir ini.

"Paling cuman orang iseng yang nggak ada kerjaan."

Satu buah notif masuk, membuat Reysa buru-buru membuka kembali ponselnya. Ada sebuah pemberitahuan yang memberitahukan bahwa dirinya ditag oleh seseorang. Dengan segera, Reysa membukanya.

Reysa mengepalkan tangannya, melihat betapa konyolnya postingan yang sudah mulai ramai oleh para netizen.

Postingan itu berisi pemberitahuan tentang bapalan yang akan segera di mulai nanti malam. Yang tidak masuk akal lagi, ternyata yang menantang balapan adalah Bimo.

Di sana tertulis, bahwa jika sampai salah satu dari mereka tidak datang, akan didenda sebesar lima puluh juta rupiah. Betapa jengkelnya mereka yang juga mendapat notif tag dari beberapa orang yang mengenal mereka.

"Ini orang ngapain sih, bikin masalah mulu perasaan." ungkap Veran yang diangguki oleh mereka semua.

"Kayanya ada dendam kesumat sama si Echa." sahut Bara yang mulai sentimen karena postingan itu.

"Udah 'lah biarin. Entar kita yang ganti rugi semuanya." Frans tahu Reysa memang bisa melakukannya. Tapi kali ini, ia tidak yakin akan tantangan itu. Bimo pasti memiliki niat jahat. Tidak mungkin laki-laki itu memberi tantangan secara tiba-tiba seperti ini.

Reysa jelas merasa tidak enak pada mereka. Sudah menumpang hidup, sekarang malah tambah menyusahkan mereka dengan ini. Ia tidak akan mungkin membiarkan mereka membayar denda karena ia tidak menerima tantangan itu.

"Bang, motor lo habis diservice, kan?" tanya Reysa pada Frans.

"Cha!"

Reysa tersenyum, ia juga merasa sangat putus asa. Sudah lama ia tidak bermain di arena balap. Apa ia masih bisa mengatur kecepatan yang pas agar bisa mengalahkan lawannya? Tapi sepertinya ia masih bisa. Dan pasti bisa mengalahkan Bimo.

"Santai elah. Gue bukan orang yang bisa Bimo kalahin dengan mudah. Jadi, tenang aja."

Mereka hanya bisa pasrah. Itu sudah menjadi keputusan gadis itu yang tidak bisa diganggu gugat. Reysa tetap akan teguh pada pendiriannya, dan tidak akan mungkin goyah dengan setiap keputusannya.

****

Reno heboh sendiri ketika mendapatkan sebuah notif yang cukup menggemparkan semua orang. Laki-laki itu berjalan menghampiri Renald yang tampak selonjoran di sofa ruang tengah.

Ia menyodorkan ponselnya pada Renald. Laki-laki itu jelas bingung mengapa Reno tiba-tiba memberikan ponselnya. "Kenapa?"

Reno menggerakkan tangannya dan menyuruh Renald agar segera melihatnya. "Liat buruan."

Aldi yang merasa penasaran, akhirnya merapat ke arah mereka. Ikut melongok ke arah ponsel Reno yang tengah menampilkan sebuah postingan instagram.

Alis Aldi semakin mengerut. Ia merebut ponsel milik Reno dari Renald untuk melihat dengan lebih jelas lagi. Ia mengepalkan tangannya kuat, sampai buku-buku jarinya memutih.

"Kok nggak dibanned, ya? Padahal itu balap liar."

Ucapan Reno ada benarnya. Jika beberapa aparat melihatnya, pasti hidup mereka akan selesai saat itu juga.

Aldi mencoba membuka komentar. Sudah ramai sekali oleh para netizen yang memang sedikit membenci Reysa. Bahkan semua komentar tampak mencibir dan menyudutkan Reysa.

Aldi bangkit, meraih jaket yang berada di atas sofa dan juga kunci motornya. "Gue mau ke rumah Bara dulu. Entar gue kasih tau kalo Reysa beneran nerima tantangan ini."

Mereka memandang kepergian Aldi yang terlihat terburu-buru. Yang dilakukan keduanya hanya saling pandang, lalu sama-sama memandang ke arah lain sembari memikirkan tentang berita ini.

Renald meraih minuman dingin yang berada di atas meja. Membukanya, lalu mulai menenggak hingga tersisa setengah. Ia tidak bisa melarang apapun mengenai Reysa. Gadis itu bukan miliknya lagi untuk sepenuhnya. Bahkan, bukan lagi bagian dari setiap detik kehidupan.

Renald meluruskan pandangan, memandang televisi yang masih menyala. Visusnya mulai mengabur, memikirkan bagaimana jika terjadi apa-apa dengan gadis itu.

Satu jam berlalu, namun Aldi belum juga memberi kabar padanya. Reno masih sibuk dengan sinetron yang tengah tayang saat ini, sedangkan Renald tengah diam, merasa khawatir dengan Reysa.

Ia hendak menghubungi Aldi untuk menanyakan hasilnya, namun laki-laki itu lebih dulu menelfonnya. Ia segera mengangkatnya, dan menempelkan ponsel itu di depan telinga.

"Halo, Al?"

Suara bising begitu mendominasi tempat di seberang sana. Ia mulai merasakan jantungnya berdebar, apa Reysa benar-benar menerima tantangan itu?

"Buruan dah ke sini. Jalan biasa yang buat balapan."

Renald sangat tahu jalan yang dimaksud oleh Aldi. Ia menendang tangan Reno yang tengah berbaring sembari menopang kepalanya dengan satu tangan seperti ibu-ibu menyusui.

Reno tersentak kaget, lalu mengeluarkan decakan kasar dan bangkit untuk duduk. Laki-laki itu melirik Renald yang menampilkan wajah datarnya. Membuat Reno paham bahwa Renald sedang tidak ingin bercanda.

Reno bangkit dari karpet. "Bentar, gue ambil jaket sama kunci motor."

Renald tidak peduli, lebih baik ia menunggu laki-laki itu di depan rumah. Sembari mencari udara segar untuk menghilangkan perasaan was-was.

****

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

3.8K 631 7
"Perasaan gak suka bisa berevolusi tahu, Kal. Siapa tau besok bisa berevolusi jadi cinta, kamu jadi cinta aku." -winrina fanfiction --genben! switch...
241K 3.6K 41
(Proses REVISI) Cool boy and sweety girl Kata orang saat SMA adalah saat saat sebenarnya dan adalah masa masa yang terindah untuk yang namanya jatuh...
2.2K 66 6
Warning 21+ Adult + Romantis + Fantasi. Terlempar kedalam novel dan menjadi tokoh terlemah di sana membuat Liana berusaha mati-matian bertahan hidup...
429K 39.1K 54
Cast ~ Choi Chimyung ~ Choi Y/N ( yourname ) ~ Jeon Jungkook ~ Cha Eunwoo Y/N seorang single parent yang memiliki seorang balita manis bernama Ch...