ASTEROID

Από fhateiliya

65.3K 10.4K 497

COMPLETED #SequelBintang #UpdateKamis Setelah Bintang menemukan Senjanya menghadirkan Asteroid yang menawan... Περισσότερα

NASA : ASTEROID MENDEKATI BUMI
BUMI DALAM BENDA MATI
ASTEROID MELINDUNGI BUMI
BUMI TANPA ASTEROID
ASTEROID LITTLE STAR
BUMI MENDENGAR
ASTEROID KELUAR LINTASAN
GRAVITASI BUMI
ROTASI BUMI
ASTEROID TERANCAM
REVOLUSI BUMI
ORBIT
KARAKTERISTIK BUMI
DAMPAK ASTEROID JATUH
SABUK ASTEROID
PERMUKAAN BUMI
MEDAN MAGNETIK BUMI
ASTEROID MENABRAK BUMI
ALAM SEMESTA
ANTARIKSA
KELUASAN BUMI
BUMI ASTEROID

BUMI TERBENTUK

2.2K 412 10
Από fhateiliya

(*) Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar (4,54×109) tahun yang lalu melalui akresi dari nebula matahari. Pelepasan gas vulkanik diduga menciptakan atmosfer tua yang nyaris tidak beroksigen dan beracun bagi manusia dan sebagian besar makhluk hidup masa kini. Sebagian besar permukaan Bumi meleleh karena vulkanisme ekstrem dan sering bertabrakan dengan benda angkasa lain. Sebuah tabrakan besar diduga menyebabkan kemiringan sumbu Bumi dan menghasilkan Bulan. Seiring waktu, Bumi mendingin dan membentuk kerak padat dan memungkinkan cairan tercipta di permukaannya. Bentuk kehidupan pertama muncul antara 2,8 dan 2,5 miliar tahun yang lalu. Proses tektonik lempeng memainkan peran penting dalam pembentukan lautan dan benua di Bumi, termasuk kehidupan di dalamnya. Biosfer memiliki dampak besar terhadap atmosfer dan kondisi abiotik lainnya di planet ini, seperti pembentukan lapisan ozon, proliferasi oksigen, dan penciptaan tanah. Usia Bumi ditaksir sepertiganya usia alam semesta. Sejumlah perubahan biologis dan geologis besar telah terjadi sepanjang rentang waktu tersebut.

Semua teori awal mula kelahiran Bumi, bukan hanya tentang ilmu pengetahuan, tapi juga tentangNYA si pemegang roda kehidupan. Semua kejadian menakjubkan tak bisa lepas dariNYA yang memiliki kuasa atas segala ketidakmungkinan. Bagaimana manusia yang terbentuk dari tulang dibalut kulit dan daging, ditiupkan ruh serta akal pikiran, bisa memiliki kesewenangan terhadap bumi yang kelahirannya untuk memberi kesempatan kedua manusia dari teguran yang diberikan kepada Adam dan Hawa nenek moyang seluruh umat manusia.

Jalanan selalu padat dengan kendaraan, di siang yang terik ditambah polusi udara, debu melayang-layang membuat jalanan terlihat semerawut oleh kemacetan dan bising bunyi klakson yang dibunyikan.

"Kamu, mau membawaku ke mana?"

Asteroid bertanya, jenuh saja rasanya sudah beberapa jam, mereka hanya diam dengan pikirannya sendiri-sendiri.

"Nanti kamu akan tahu jika sudah sampai."

Asteroid memalingkan wajah ke kaca jendela mobil, memperhatikan sebagian aktivitas manusia untuk menyambung hidupnya. Jalanan berubah berkelok, sejuk sejauh mata memandang oleh hamparan kebun dan pepohonan. Mobil yang dilajukan Bumi berhenti di area luas tanah.

"Turunlah!."

Asteroid turun, melihat sebuah bukit berdiri gagah di hadapannya.

"Kamu ingin mendorongku ke jurang bukit ini?" tanya Aster kepada Bumi yang sedang membeli tiket masuk.

Bumi berjalan menaiki bukit ini dalam diam, Aster mengikutinya dari belakang. Hari sudah sore saat mereka beranjak naik, tidak begitu banyak pengunjung karena ini bukan hari libur. Aster mulai merasakan lelah karena jalanan menanjak. Bumi menggenggam satu tangan Aster menuntunnya berjalan.

"Sekarang aku sedang dalam keadaan lelah, bisa kamu mendorongku ke pinggir sana. Sepertinya lumayan dalam."

"Meniadakan dirimu sama saja membuatku sengsara."

"Ini melelahkan Bumi! sebenarnya untuk apa kamu membawaku ke sini!?

"Saya hanya ingin leluasa melihat Asteroid dalam jarak dekat tanpa sekat. Tanpa ketakutan yang begitu banyak."

"Maksudmu?"

"Bisa, tidak menjadi keras kepala terhadap Gautama, ini demi kebaikanmu."

"Kebaikanku? Kebaikanku yang mana?"

"Ini proyek pertama saat aku menanggalkan mimpi-mimpiku. Seluruh yang dirasa mampu, aku kerahkan untuk semua ini. Aku bukan hanya sedang mencari keuntungan, tapi memperlihatkan pemanfaatan alam untuk manusia bisa dilakukan, asal kita taat aturan."

Mereka kini sudah sampai di atas bukit, angin dingin membuat peluh mereka kering tanpa dibasuh. Mereka duduk di salah satu saung pedagang yang menghadap tepat ke arah pegunungan yang megah. Gemerisik suara dedaunan membuat pikiran mereka sedikit santai.

Bumi melepaskan genggamannya, memesan sebotol air mineral dan membukanya untuk Aster. Aster minumnya segelas botol, Bumi menghabiskan sisanya.

"Video yang beredar membuat kami kesusahan memulai karena begitu banyak orang berkepentingan dan tidak di sana. Bahkan warga yang dulu mencari muka, mencaci kami atas tuduhan tidak berprikemanusiaan."

Asteroid diam mendengarkan.

"Yang melempar batu, mereka menyembunyikan tangannya. aku hanya ingin menunjukan kita bisa memanfaatkan alam tanpa membuatnya terluka."

"Bagaimana caranya?" tanya Aster.

"Kamu bisa mengabadikan perjalanan terakhirmu di sana nanti, di saat aku mampu membuat keseimbangan yang ternyata bisa jika diusahakan."

Kini, mereka terdiam. Bumi menyandarkan kepalanya dibahu Aster, nyaman. Aster tidak keberatan saat genggaman mereka tidak sedikit pun Bumi lepaskan. Senja nampak, Aster selalu kagum dengan salah satu keindahan ini.

Aster terkadang selalu geli dengan sikap lelaki ini. Saat berusaha untuk lebih dekat, kata saya dan kata formalnya tidak akan dia ucapkan. Ternyata kebiasaannya itu tidak berubah sedari dulu.

"Kamu sudah menghubungi keluargamu?" tanya Bumi

"Sudah."

Bumi menegakkan kembali kepalanya, menatap sebuah keindahan yang mati-matian dirinya lindungi selama ini.

"Ayo, pulang! Tidak pulang sekarang akan kemalaman sampai di Rumah," ujar Aster.

Mereka kembali menuruni bukit, Aster melesat jalan terlebih dahulu di depan Bumi. Mobil mereka pun kembali bergerak meninggalkan tempat ini, Aster tanpa sadar terlelap. Bumi tersenyum di balik kemudinya.

Dia tidak pernah meminta yang muluk-muluk terhadap hidupnya, tapi kehidupan memberi ragam keadaan yang membuatnya harus memilih yang tidak diinginkannya. Bumi tidak ingin merutuki apapun dan siapa pun, dirinya hanya membentuk dirinya menjadi kuat agar Asteroid tak menjadi ancaman bagi dirinya juga Asteroid sendiri.

Mobil yang dikendarai Bumi sudah terparkir di halaman Café Bintang Senja yang sudah menutup jam operasionalnya. Bumi hanya terdiam, dia memang butuh waktu banyak untuk melapaskan rindunya kepada perempuan di sisinya ini. Asteroid menggeliat, terbangun tapi tangannya tertahan untuk bergerak. Asteroid melihat satu tangannya digenggam erat Bumi.

"Sekarang, mau apa?" tanya Aster curiga.

Bumi tertawa, tawa yang kembali lagi terdengar untuk banyak waktu yang mereka lewatkan bersama.

"Prasangka burukmu sedari pergi dan pulang tidak hilang juga." Kekeh Bumi mencubit hidung Aster.

"Eh, siapa yang mengizinkanmu berbuat begini?"

"Hatiku, kenapa mau protes?" tanya balik Bumi.

Asteroid mendelik kesal keluar dari dalam mobil. Bumi mengikutinya, menarik tangannya.

"Setelah ini, tolong hanya percaya padaku. Apa yang aku lakukan tidak untuk membuatmu menjadi buruk."

Asteroid menatap Bumi yang menatapnya serius.

"Aku anggap perjalanan kita hari ini adalah sebuah kesempatan untuk saya berada di sisimu lagi."

"Bumi...aku..." suara Aster terjeda karena satu kecupan mendarat dibibirnya. Tangan Bumi melingkupi bahu Aster, memeluknya erat.

"Jangan menolakku!."

Aster terpaku, Bumi mengelus kedua pipi Aster lalu sejurus kemudian mencium keningnya.

"Istirahatlah! Aku pun akan pulang. Kasian Alberto terus mencari alasan atas hilangnya aku hari ini."

Bumi mengusap kepala Aster, memberikan senyuman hangatnya seperti dulu sebelum pergi. Aster tidak mengerti kenapa dirinya mendadak bahagia sekali hari ini. Rumah di atas bukitnya terlihat semakin indah dalam pandangan Aster malam ini.

Di Apartement Bumi pulang dengan senyum tidak bisa dia tahan diwajahnya.

"Wajah apa yang kamu tampilkan? Setelah seharian aku kelabakan mencari alasan kepada kakekmu juga tunanganmu. Membereskan perempuan yang merepotkan bernama Freya. Kamu tidak bersimpati kepadaku?"

"Aku bersimpati, terimakasih hari ini membiarkan Bumi bisa bernafas dengan baik."

"Apa terjadi sesuatu? Karena aku lihat bibirmu semakin merah, bersemu."

Bumi mendelik, membanting bantal sofa ke muka sahabatnya itu. Dia duduk di depan piano memainkan instrument yang begitu hangat terdengar. Albert hanya melihat dengan senyuman juga diwajahnya. Lelaki ini jarang terlihat bahagia, tapi kebahagiaan itu kini terasa sedang mendekap hati dan jiwanya.

***

Pagi di kantor youtube Art Traveler. Freya sudah ada di tempatnya juga Arya dan Aryo.

"Ada meeting lagi?" tanya Freya.

"Aku ingin mendiskusikan sesuatu, menunggu Kak Keenan dan Vania sampai."

Freya memperhatikan Aster yang membuka laptopnya.

"Kemarin, kalian ke mana?" tanya Freya.

"Alberto bersikap baik tidak kemarin?" Aster malah balik bertanya.

"Dia menyebalkan, kamu harus tahu itu."

"Dia mengantarmu pulang tapi kan?"

"Ya, ke kantor dengan berbagai tanya si kembar ke mana perginya kamu kemarin."

"Khawatir padaku, kalian?" tanya Aster kepada dua editor kembarnya.

"Iyalah mba, siapa yang tidak khawatir mba di bawa pergi sama orang Gautama." Jelas Aryo.

"Dia bukan hanya orang Gautama, tapi..." Aster menutup mulut Freya menghentikan ucapannya.

Keenan dan Vania datang, terlihat lelah karena mengejar perjalanan dari Jogja kembali ke sini.

"Ahh, sangat tidak enak membuat kalian repot," ujar Aster.

"Repot untukmu, tidak masalah," ujar Keenan mengusap kepala Aster.

"Ada yang ingin didiskusiin lagi?" tanya Keenan duduk di seberang Aster.

Aster sedikit tidak enak membicarakannya, tapi dia harus tetap membicarakannya.

"Aku memutuskan untuk menghapus Video perjalanan terakhir kita di Kalimantan, aku tahu pasti kalian mempertanyakannya kenapa, tapi aku pikir ini yang terbaik."

"Jadi kamu sudah memutuskan? Lalu untuk apa mengajak kami berkumpul pagi ini." tanya Keenan.

"Aku ingin memberitahukan keputusanku ini. Aku harap tidak ada yang keberatan."

"Aku tentu keberatan, kamu tidak bisa memaksaku untuk setuju." timpal Keenan.

Anak-anak yang lain hanya melihat persitegangan ini.

"kak, aku pun punya hak untuk memutuskan dan ini keputusan yang terbaik untuk semuanya."

"Terbaik untuk siapa? Untuk pewaris Gautama itu? Apa yang dia katakana padamu sehingga membuatmu berubah pikiran seperti ini."

"Aku hanya meminta pengertian kalian semua, aku sudah membuat pernyataannya di youtube."

"Tanpa sepengetahuanku?"

"Kak! Bukan begitu. Aku..."

"Oke, jika memang pendapatku membuatmu sulit, aku keluar dari team." sanggah Keenan memotong ucapan Aster.

Keenan berdiri dari kursi.

"Kak! Jangan begini dong, pameran lukis Aster juga sebentar lagi! bagaimana bisa kakak memutuskan keluar," ujar Freya.

"Aku juga punya hak memutuskan dan ini keputusanku."

"Jangan begitulah Mas, kita kan team." Arya menengahi.

Asteroid diam dengan raut wajah menahan tangis.

"Sudah kan! Jika tidak ada yang mau dibicarakan lagi, aku permisi!."

Arya dan Aryo mengejar Keenan, Vania dan Freya menenangkan Aster.

"Hapus videonya! Aku akan membawa semua lukisanku hari ini ke Jogja sendiri. Kalian kerjakan saja video-video youtube kita yang sudah tidak memiliki stok. Aku akan mencoba mengirim sebagian yang sudah aku rekam." Intruksi Aster.

Arya dan Aryo diperintahkan saja untuk fokus terhadap editan. Vania dan Freya perihal tamu undangan dan segala sponsor yang mau mensponsori pameran lukis itu. Asteroid langsung bergegas untuk membereskan segala sesuatunya di Jogja.

Video perjalanan terakhir itu terhapus sepenuhnya ndari Youtube, banyak yang mempertanyakan tapi teralihkan oleh isu yang sengaja dinaikkan oleh Gautama perihal hubungan Bumi dengan anak dewan negeri ini yang berprestasi dalam musik klasik.

"Photoku di atas panggung itu begitu mengagumkan denganmu menonton seperti itu," ujar Melody kepada Bumi pagi ini.

"Aku banyak kerjaan hari ini, lahan pertambangan kembali steril. Kami harus mulai bergerak."

"Kamu akan ke Kalimantan?"

"Ya, karena ini pekerjaanku."

"Tapi, sayang. Aku baru saja tiba. Akhir-akhir ini kita jarang menghabiskan waktu bersama."

"Aku meminta pengertianmu."

Melody merajuk dengan wajah ditekuk. Bumi hanya menepuk bahunya sambil lalu. Dia menuju ruangan kakeknya.

"Aku sudah membereskan masalah yang kakek timbulkan, Channel Art Traveler menurunkan videonya dari penayangan. Aku akan mengurus proyek pertamaku. Tugas di Kantor aku serahkan kepada Alberto selama aku tidak ada."

Rawindra yang sedang mempelajari berkas, mengangguk setuju.

"Pergilah! Selesaikan proyek pertamamu itu," ujarnya.

Bagus menundukan kepalanya saat berpapasan dengan Bumi. Dia selalu berada di sisi kakeknya dalam keadaan apapun. Bumi menemui Alberto dahulu sebelum pergi.

"Kamu membuat masalah dalam hidupnya, salah satu orang penting dalam teamnya memilih mundur atas keputusannya menghapus Video." jelas Alberto.

Alberto mendapatkan semua informasi itu dari Freya. Freya begitu mendukung atas kembalinya Bumi dan Aster.

"Aku akan melihatnya dulu sebelum pergi ke Kalimantan."

"Papamu meminta bertemu dahulu, temui dia!"

Bumi mengangguk, memang sebelum pergi ke sana pun Bumi akan menemui papanya dahulu.

Di Jogja saat hari belum begitu larut. Aster memajang lukisannya dengan posisi yang baik agar nilai yang ingin dirinya sampaikan itu terbaca oleh yang melihatnya. Aster memijit bahunya sendiri lalu air mata tiba-tiba jatuh begitu saja. Dia menyerah, menjauhkan dulu dari pekerjaannya, menangis sendirian.

Pilihan yang dia putuskan ternyata melukai orang yang sangat tidak ingin Aster lukai selama ini. Keenan begitu berpengaruh dalam jejak langkahnya selama ini. Pengunduran dirinya serta amarahnya tentu sangat mempengaruhi Aster.

Bumi sudah berada di sana, melihat Asteroidnya yang menangis seorang diri. Dirinya menghampiri, berjongkok di hadapannya.

"Maaf, malah membuat masalah dalam hidupmu."

Asteroid menatap Bumi yang terlihat begitu khawatir. Bumi membuka dirinya untuk menerima Asteroid yang dia persilahkan kembali jatuh kepadanya.

***

"Aku ingin kamu terus mengawasinya, sekarang dia  jadi mudah lepas dari pengawasanku," ujar Rawindra di ruangannya.

"Tuan belum juga mempercayainya?" tanya Bagus.

"Tidak ada kata percaya dalam kamus hidupku. Tidak ada saling percaya dalam kekuasaan walaupun itu pewarisku sendiri."

"Tapi, tuan..."

"Dia lelaki yang hatinya pernah mencintai, aku khawatir langkahnya bukan untuk memperkuat Guatama, tapi malah menghancurkanku."

"Kenapa tuan bisa berpikiran sampai seperti itu?"

"Aku hanya sedang hati-hati bahkan terhadap kemungkinan kecil sedikit pun."

Bagus menganggukkan kepalanya, mengemban kembali tugas yang berlainan dengan nuraninya. Bumi kembali harus menghadapinya karena Bagus tetap berusaha agar Rawindra tidak curiga kepadanya, maka dia tidak akan melakukan tugasnya setengah-setengah dan Bumi sudah mengetahuinya tentang itu.

***

(*) Wikipedia

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

40.9K 1.8K 80
Bagiku, semua ini layak untuk dikenang. Entah seperti apa menurutmu. Jika kau bersedia untuk menjadikannya sebagai sejarah, maka kenanglah aku sebaga...
145K 8.8K 39
Aku terabaikan. *** "Papa, Tara lelah." "Papa minta maaf." "Tara, mama pulang." "Aku suka sama Mbak Tara." *** Aku kehilangan dia yang sebelumnya sel...
162K 35.1K 35
Selayaknya segaris lintang jingga dalam biru senja. Atau selayaknya seutuh hangat menyelimuti setiap manusia ditemuinya. Wajahnya terangkat menampilk...
Melted Από rapsodiary

Εφηβική Φαντασία

1.7M 110K 27
[TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI TOKO BUKU: Sebagian Part Dihapus!] Perjuangan Cherry selama berbulan-bulan untuk melelehkan sebongkah es berbentuk cowo...