Sedingin Es (S1)

By IndahFezza

8.8K 439 3

Season 1 Gadis berambut sebahu ini bernama Vira, ia siswi Hanlim highschool kelas 10 IPA 3. Ia menemukan cin... More

Prolog
1. Ada Yang Ngeselin
2. Gagal Fokus
3. Gosipnya Si Dia
4. Oh Ternyata Dia
5. Gak Jadi Nyamuk
6. Not Fit
7. Sahabat yang care
8. Cara Pdkt
9. Flashback (1)
10. Flashback (2)
11. Mulai Pdkt
12. Cemburu
13. Bujukan
14. Laboratorium
15. Lapangan Basket
16. No Answer
17. Sengit
18. Pertandingan Basket
19. Jujur
20. Ditolak Itu Sakit Dan Kecewa
21. Konflik
22. Double Hurt
23. Memberi Saran
24. Kenapa Sih Lo?
25. Sebenarnya
26. Hati Yang Sedingin Es
27. Sia-sia
28. It's Breaks Me
30. I Choose You
Epilog
Normal Again
Comeback!

29. Andai Bisa Reset

195 8 0
By IndahFezza

"SETAN!" teriak Tira hingga memeras kuat lengan Rangga disebelahnya yang dikagetkan oleh pemeran kuntilanak di wahana itu.

Yang lainnya refleks ikut teriak gara-gara Tira.

Kemudian diakhiri dengan tertawa.

"Jelek bener lo." ejek Yuda pada pemeran kuntilanak itu sambil menjolorkan lidah.

Mereka terus berjalan, menyusuri wahana rumah hantu itu.

Vira tersenyum sendiri, melihat tingkah laku sahabatnya.

Seandainya gue bisa reset lagi. —Vira

Mereka telah keluar dari rumah hantu itu, lalu membeli gulali berwarna-warni bak pelangi.

"Hm manis banget sumpah," Tira kesenengan.

Semenjak ketemu Jordan, hidup gue berubah pesat. —Vira

Vira menyuapkan gulali itu ke mulutnya.

"Eh, sana yok." Bila menarik sahabatnya mengarah ke mesin pencapit boneka.

Hingga berujung ditolak, sakit hati, kecewa, —Vira

"Yes! Dapet dong bonekanya!" Seru Jiya berhasil mendapat boneka yang capit, dan mengambilnya dikotak pengambilan mesin boneka.

"Coba elo, Vir." Tira memberi koin pada Vira untuk memulai game-nya.

"Nah itu cepetan, cepetan. Ntar waktunya habis." Seru Neya heboh.

Tapi mereka selalu ada buat gue, mengertiin gue, —Vira

"Yes!" Seru sahabatnya heboh diakhiri dengan tertawa, Vira pun mengambil bonekanya.

"Gir, gir, minggir. Giliran gue." Yuda tiba-tiba menerobos mereka hingga menguasai tempat mesin pencapit boneka.

"Orang GG mau kasih tutor capit boneka yang bener." Yuda membunyikan buku-buku jarinya dengan berlaga sombong.

"Hm, GG? Bego lu yang ada, jangan sok makanya." Ceplos Rangga menepuk bahu Yuda yang tak mendapatkan boneka yang ia capit.

"Elah, pemanasan." Ngelas Yuda malas. Disahut dengan kekehan oleh yang lainnya.

Kalo gue denger kata mereka, mungkin gue ga bakal sakit hati gini. —Vira

"Udah sore aja, cepet banget waktu." Gumam Abin setelah melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 15.50.

"Boomer yok, boomer." Ajak Jiya yang memegang boneka itu.

"Yok, boy boomer-in kita yaaa.." Tira mengasih ponselnya pada Rangga.

Amigos pun memilih tempat untuk boomerang, tepat di depan pintu masuk wahana itu.

"3, 2, 1..."

"Eh, vidio ini. Ulang, ulang." Rangga salah menekan tombol.

"Ya elah," "Astaga udah rapih gini gue-nya"

"3, 2, 1... nah bagus tuh ketabrak sama golden hournya." Rangga memberikan ponsel itu pada Tira.

Dan kalo gue ga ke taman hari itu. —Vira

"Bagus banget, plis. Suka." Ceria Jiya.

"Mesti di post, wajib." Seru Bila.

Giliran para cowok yang yang diboomerangin oleh Vira menggunakan ponsel Tira.

Memo Tira menjadi tempat spam mereka jika berkumpul.

Sorry, Bin. Udah ngecewain lo juga. Posisi gue emang lagi suka Jordan. —Vira

"BBQ kuy, abis ini pulang." Ajak Vira yang melihat ada restoran Barbeque tak jauh dari tempat mereka.

"Kuy!" Serempak sahabatnya menjawab diakhiri dengan kekehan, langsung saling bergandengan menuju restoran.

Yang cowok yang menggeleng tak habis pikir, betapa cerianya amigos.

And thank you to you all guys, gue terhibur banget hari ini. —Vira

"Iya yang ini aja, disamain semua." Jiya menjelskan lagi pesanan mereka pada pelayanan tersebut.

❄️❄️❄️

Jordan memeiksa ponselnya yang berisi panggilan tak terjawab oleh dua temannya itu sejak pagi tadi.

Ia membiarkan ponsel itu mati lagi setelah melihatnya.

Lalu keluar rumah, menaiki motornya menuju taman yang datarannya tinggi hingga dapat melihat semua bangunan di depannya.

Banyak anak-anak kecil yang sedang bermain di sana. Dengan ceria, tertawa.

Jordan mendekati tepi taman itu yang dipagari oleh besi. Dan memangkukan kedua tangannya diatas itu.

Memandang seluruh bangunan yang terpancar orange-nya senja sore itu.

Angin yang berhembus, membuat dedaunan menari.

"Nak?" Seseorang pria dengan suara khas bapak-bapak memanggilnya.

Dengan refleks Jordan langsung menoleh ke sumber suara.

Membulatkan mata, tak percaya apa yang ia lihat.

❄️❄️❄️

"Masih gak diangkat sama Jordan?" Tanya Reno disebrang telfon.

Raka yang sedang santai dibalkon rumahnya hanya berdeham mengiyakan.

"Tapi gue udah kirim pesan ke dia, terserah mau di bales apa nggak. Pasti dibaca." Kata Raka yakin.

"Oh, yaudah. Sisanya terserah dia aja." Reno mengakhiri telfonnya. Melanjutkan lari sorenya.

❄️❄️❄️

"Eum, enak banget plis." aku Jiya mencicipi daging itu.

"Enak 'kan? Bagus dong kalian seneng." Kekeh Vira lalu menyuapkan sepotong daging ke mulutnya.

"Langganan gue nih restoran jadinya." Kata Yuda sambil memotong dagingnya.

"Ditambah minuman sodanya, beuh!" Rangga mendalami ekspresinya memuji daging yang ia kunyah dengan soda.

"Alay." —Dhika.

"Lebay." —Aldy.

Abin hanya menahan tawa sambil meminum sodanya.

Hanya dibalas dengan tatapan datar oleh Rangga.

Amigos hanya terpelongo lalu diakhiri dengan kekehan.

Tapi semua udah terjadi, —Vira

"Cherss" mereka bersulang soda, memerankan seperti orang di kelub.

"Plis, jangan lupa urat malu." sindir Bila pada Yuda hingga ia mendengarnya.

"Iya, iya, pensiun mabuk dulu gue." sahut Yuda merasa sindiran itu terlempar ke arahnya.

Dari sini, gue harus merubahnya. —Vira

Tak sadar hari telah malam, menunjukkan pukul 17.30.

Mereka pulang setelah membayar makanan itu.

"Langsung pisah aja, ya. Balik dluan gue." Pamit Neya yang dibonceng Dhika siap berangkat.

"Iyaa, hati-hati." Sahut Vira yang belum naik ke motor Abin.

"Gue juga," "Juga." "Mau mampir beli cemilan, bye."

"Iya, makasih ya hari ininya!" Seru Vira smabil melambai pada mereka yang telah pergi bersamaan.

"Yaudah naik, mau sampe kapan lambaiin mereka terus?" ledek Abin yang telah siap duduk di motornya.

Abin memberikan helm satunya pada Vira.

"Iya, iya," cibir Vira lalu memakai helm.

"Bin, boleh anterin gue ke indomart nggak?" tanya Vira sambil mengaitkan pengikat tali helm.

Abin menoleh, "Hm?" ia memikir sejenak, "Boleh. Makanya naik cepetan." Dibalas Vira dengan berdeham.

Melajulah motor hitam itu menuju indomart.

❄️❄️❄️

"Karena itu papa larang Vira atau Nisa untuk berpacaran dulu, apalagi laki-lakinya bikin sakit hati pihak perempuan." ujar papa Vira yang sedang santai minum kopi sambil menonton acara sepakbola.

"Jordan juga ada masalah tersendiri, mungkin itu yang buat dia gak bisa ambil keputusan yang tepat." sahut mamanya Vira yang duduk di sebelah papanya Vira memangkukan kedua tangannya di atas bantal persegi itu.

GOAL! —televisi

❄️❄️❄️

"Astaga, gue kira beli apaan. Es krim doang?" tanya Abin heran sambil menggelengkan kepalanya.

Vira hanya membalas senyum pada Abin yang duduk di depannya. Kembali memakan ek krim cup-nya.

Abin melihat Vira dengan kekehan kecil.

"Bin, lo pernah gak pengen puter ulang waktu, balik ke masa dimana lo gak bakal lakuin hal itu yang bikin nyesel nantinya?" tanya Vira tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang membuat bingung Abin.

Abin merenung sejenak. Pernah, gue pengen balik ke waktu gue nembak lo, mestinya jangan hari itu. Gue nyeselnya sekarang, kenapa gue gak pikir panjang lebar dan sabar nunggu waktu. —Abin

"Pernah, nyesel sih. Tapi mau gimana lagi? Waktu gak ada yang mundur." jawabnya.

Vira mengangguk pelan mengiyakan sambil menyuapkan es krim terakhirnya.

"Gak semudah kaset yang bisa direset dari awal." lanjut Abin lalu memasukkan tangannya ke saku jaketnya.

"Iya juga," Vira menghela napas. "Andai aja gue bisa reset. Ga bakalan gue suka ama dia." ujarnya kesal diakhir kalimat.

Abin langsung menatapnya. Kalo lo reset dan bakal gak suka sama dia, apa perasaan gue diterima? —Abin

Vira membuang cup es krim ke tong sampah yang tak jauh di belakangnya, "Udah malem, anterin gue pulang, Bin." Ajaknya lalu mengambil tasnya yang ia letakkan di meja.

"Yok," Abin langsung berdiri dan berjalan menuju motornya. Ia pun mengantar Vira sampai ke rumahnya.

❄️❄️❄️

"Syukurlah kalo Vira bisa kehibur hari ini, gak tega aja. Bayangin deh kalo pernah diposisi dia," ujar Neya sambil memasukkan barang ke keranjang belanjaannya.

"Lebihnya, gak nyangka aja cowok yang dia suka itu punya masalah yang dia lampiasin ke cewek lainnya." sahut Dhika yang memegang keranjang belanjaan Neya.

Neya hanya membalas mengangguk.

By the way, mereka lagi di supermarket membeli snack untuk camilan di rumah.

❄️❄️❄️

— 20.30 wib —

"Makasih ya, Bin. Ngerepotin elo jadinya." kata Vira sambil memberikan helmnya lalu membenari rambutnya.

"Iya, sama-sama. Gapapa, sekali-kali." sahutnya, mengambil helmnya.

"Oh, iya. Lo tadi ke rumah gue mau ngapain? Bisa kebetulan gitu." tanya Vira teringat tadi pagi Abin datang ke rumahnya.

"Oh iya, gue lupa jadinya." Ia memukul pelan kepalanya yang terhalang oleh helm.

Lalu Abin membuka slingbag-nya, mengeluarkan buku yang ditebak adalah novel.

"Nih, kemaren baru rilis nih. Keinget lo seneng novel penulis ini, gue beliin deh." ujar Abin lalu memberikan pada Vira.

Vira terkejut, melebarkan mata dan mulutnya bersamaan, mengambil novel itu dari tangan Abin.

"Serius, Bin?! IH MAKASIH!" kata Vira segembira itu sambil memeluk novelnya.

Abin pun yang melihatnya ikut tersenyum senang.

"Sama-sama. Yaudah masuk sana, gue pulang dulu ya." pamit Abin lalu menghidupkan motornya lagi.

"Iya, hati-hati." lambai Vira pada Abin yang telah melajukan kendaraan beroda dua itu.

Kemudia ia kembali melihat novel series baru yang telah rilis. Dengan cerianya ia masuk ke rumah.

Disambut dengan mamanya, "Seneng banget mama liatnya kalo ceria gini." katanya sambil mengelus kepala Vira.

"Beruntung banget punya sahabat dan temen cowok gini. Udah lebih dari cukup bagi Vira."

Vira menyeringai, "Tadi Abin beliin Vira novel series terbarunya yang baru rilis." ujarnya sambil menunjukkan novel itu pada mamanya.

"Pantesan." sahut mamanya mengangguk-angguk.

"Yaudah ma, Vira ke kamar dulu ya." ujarnya langsung masuk ke kamar sambil berlari kecil.

Mamanya menggeleng kepala, "Semoga kalian tetep jadi sahabat yang bisa barengan terus." ujarnya lalu kembali ke dapur.

Papanya Vira di kamar, tidur lebih awal karena besok akan datang ke kantor pagi sekali.

Sedangkan Nisa, yang masih betah dengan streaming biasnya di kamar.

Vira tengkurap di kasurnya, membuka segel plastik yang membungkusi novel itu.

Dengan senangnya, ia langsung membaca novel itu mulai dari prolognya.

❄️❄️❄️

— 06.30 wib —

"Eyo gurl." sapa Bila sok berlaga swag dan menaruh tasnya.

Vir yang sedang duduk membaca novelnya pun langsung menoleh, "Paan coba sok keren, ngakak juga ada." katanya diakhiri dengan tertawa.

"Lawak lo?" tanya Jiya yang sedang meminum susu kotak sambil mengakat alisnya.

"Bodo amat," balas Bila sambil menjolorkan lidah mengarah mereka.

Tiba-tiba Tira tertawa membuat sahabatnya refleks menoleh padanya, "Apasih, Tir?" tanya Neya heran namun ikut tertawa.

"Dapet aib Bila, dong!" serunya sambil memperlihatkan ponselnya yang tertera foto Bila sedang menjolor lidah.

"HAPUS, TIR!" Bila berusaha mengambil ponselnya Tira namun ia telah menarik kembali ponselnya duluan.

Hingga membuat Bila seperti menangkap angin.

"Biarin, Bil. Bagus ini. Bakalan jadi top stiker whatsapp." ujar Tira bercanda diakhiri dengan tertawa.

"Yaudah, gue juga ada stiker whatsapp pakek aib lo, Tir. Nih gue kirim." Bila membuka ponselnya dan mengirim stiker di grup mereka.

Ting! *Bila send a sticker

Vira, Neya, dan Jiya langsung mengecek ponselnya dan tertawa lepas setelah melihatnya. Tak memperdulikan isi kelas yang ribut atau memperhatikan mereka.

"Ga nyangka lo diem-diem nistain sahabat sendiri. Nih abis gue edit, gue kirim stiker lo." Tira tak terima, ia mengirimkan stiker lagi di grup mereka.

Ting! *Tira send a sticker

"Anjir kea jerapah lagi ledek orang." komen Jiya hingga membuat mereka tertawa.

"Sama rambut cepol duanya lagi, mirip tanduk jerapah." tambah Neya yang tertawa sampai tak ada suara.

Bila hanya terbungkam, namun setelah melihatnya secara detail ia pun ikut tertawa.

Gitu 'kan kalo ketawa seneng liatnya. —Abin, senyum sendiri melihat Vira tertawa lantas sahabatnya.

Tira terbahak-bahak hingga memukul meja berulang kali.

Tapi yang gue ga mau reset adalah kenangan gue dan Amigos waktu bersama. —Vira

❄️❄️❄️

"Kenapa lagi?" tanya Jordan sarkas.

"Ayah sempat dengar kabar dari anak Hanlim. Sifat kamu berubah." kata ayahnya langsung ke topik. Tau apa yang membuat anaknya berubah.

"Kamu boleh benci ayah atau Kely, nak. Tapi inget, jangan pernah benci atau kesal dengan orang lain. Mereka gak salah. Apalagi itu perempuan. Biarkan hanya ayahmu yang melakukan kesalahan ini. Kamu jangan mengikuti ayah, dan tetaplah jadi dirimu. Itu aja, ayah pergi dulu." pamit ayahnya langsung pergi.

Kely adalah istri selingkuhannya, atau bisa disebut oleh Jordan itu adalah pelakornya.

Jordan hanya diam merenung.

Continue Reading

You'll Also Like

7.1K 587 62
Bagaimana jika para miniforce adalah manusia yang memiliki paras tampan cantik? Bagaimana kehidupan mereka ketika tinggal bersama manusia secara berd...
2.3M 16.8K 3
⚠️PINDAH KE APLIKASI KUBACA & TIDAK LENGKAP⚠️ [SEBAGIAN PART DIPRIVATE! FOLLOW AKU SUPAYA BISA BACA] NOTE: CERITA PERTAMA AUTHOR. MAAPKAN BILA TERDAP...
6.6K 540 24
⚠️JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Broken Home? Sudah jadi hal biasa bagi Alena.Tapi karna itu juga kehidupannya yang awalnya bahagia menjadi su...
69.2K 2.7K 25
Sebelum lanjut follow dulu ya ges ya. 17+ Bagaimana jadinya sahabat yang disatukan dalam ikatan pernikahan?