Sedingin Es (S1)

Door IndahFezza

8.8K 439 3

Season 1 Gadis berambut sebahu ini bernama Vira, ia siswi Hanlim highschool kelas 10 IPA 3. Ia menemukan cin... Meer

Prolog
1. Ada Yang Ngeselin
2. Gagal Fokus
3. Gosipnya Si Dia
4. Oh Ternyata Dia
5. Gak Jadi Nyamuk
6. Not Fit
7. Sahabat yang care
8. Cara Pdkt
9. Flashback (1)
10. Flashback (2)
11. Mulai Pdkt
12. Cemburu
13. Bujukan
14. Laboratorium
15. Lapangan Basket
16. No Answer
17. Sengit
18. Pertandingan Basket
19. Jujur
20. Ditolak Itu Sakit Dan Kecewa
21. Konflik
22. Double Hurt
23. Memberi Saran
24. Kenapa Sih Lo?
25. Sebenarnya
26. Hati Yang Sedingin Es
28. It's Breaks Me
29. Andai Bisa Reset
30. I Choose You
Epilog
Normal Again
Comeback!

27. Sia-sia

188 10 0
Door IndahFezza

Vira berjalan sambil menangis tersedu menuju parkiran motornya yang lumayan jauh dari tempat Jordan.

Sesekali ia menyeka air matanya yang menghalangi penglihatannya.

Dia tak ingin pulang ke rumah dalam keadaan nangis seperti ini, karena tak mau mendengar pertanyaan mamanya yang tak kunjung selesai jika Vira ada apa-apa.

Tidak mau membuat orang khawatir, jika selagi ia bisa menyelesaikan masalah itu sendiri.

Ia mengambil ponsel di tasnya, untuk menelfon mamanya.

Sambil menunggu terhubungnya panggilan, ia berdeham mengatur suaranya agar tak terdengar sedang menangis sebisa mungkin.

"Halo, kak? Kenapa? Udah pulang belum?" Tanya mamanya di sebrang telfon sana.

"Hm, udah ma, tapi kakak izin mau langsung ke toko buku boleh ya?" Kata Vira sambil mengipaskan matanya yang sembab itu dengan tangan kirinya.

"Kok tiba-tiba gini? Sama siapa perginya?" Tanya mamanya penasaran.

"Sendiri kok mah." Jawab Vira.

"Yaudah kalo penting banget, hati-hati ya." Kata mamanya, lalu menutup telfonnya.

"Ya kalo gak penting sih gak bakalan ke sana cuma-cuma." Gumamnya sambil menaruh kembali ponselnya di tas.

Setelah menghidupkan mesin motornya serta telah menggunakan helm, Vira langsung melaju ke toko buku terbesar langganannya.

Berdirilah Abin yang tak jauh di sana memperhatikan Vira sejak berdebat dengan Jordan.

Abin pun menghampiri Jordan yang masih terbungkam sejak tadi, ditambah dengan pikirannya yang kacau.

Raka dan Reno langsung menoleh pada Abin yang sudah berdiri tepat dihadapan Jordan.

"Sorry, gue mau wakilin seseorang." Abin mengepal kuat tangan kanannya lalu melayangkan tinjuan itu tepat ke rahang Jordan.

Brukk!!

Jordan jatuh, terpapar di tanah parkiran itu sambil menyentuh rahangnya.

Helmnya pun ikut terpental.

"Itu bukan apa-apa dibanding rasa sakitnya yang Vira alamin sekarang tau lo?!" Sentak Abin dengan nada tinggi.

"Woi, woi, woi, woi, woi. Gak gini juga anjir!" Sela Reno langsung menengah diantara mereka.

Raka langsung membantu Jordan untuk berdiri.

Jordan hanya menatap kosong tanah parkiran itu. Sudah mengepalkan tangannya ingin membalas.

Namun, sempat dihampiri oleh pak satpam yang sedang melihat mereka ribut di sana.

"Heh, heh, heh, heh. Ada apa toh ini? Kok malah berantem?! Pulang sana, kalo nggak mau bapak laporin ke BK!" Ancam pak satpam sambil menunjuk mereka bergantian.

Jordan menahan emosinya, ia mengambil helm dan memakainya lalu mentancap gas motornya keluar area sekolah.

"Kamu. Jangan pulang dulu." Ujar pak satpam menunjuk pada Abin.

Abin hanya pasrah untuk menetap di sana.

Reno dan Raka secepatnya mengambil motornya dan keluar area sekolah bersama menyusul Jordan.

Pak satpam melihat nama cowok tinggi itu di bajunya sambil menyipitkan mata. "Hhmm, Abin ya? Ada masalah apa toh?" Tanyanya dengan nada normal.

"Nggak pak, dia duluan yang nyakitin temen saya. Saya gak bisa tinggal diem aja, pak." Jawab Abin lalu membenahi rambutnya ke belakang dengan tangan kanannya.

"Siapa toh temen kamu? Kok kamu yang balesinnya?"

"Eum, cewek pak."

Pak satpam memukul pelan lengan kanannya Abin berulang kali."

"Oh, ngerti toh bapak. Pasti masalah cinta ya?" Kekeh pak satpam senyum-senyum sendiri, sedangkan Abin serius ini bukan masalah cinta remaja pada umumnya.

Ia melihat jam tangan di kirinya, ingat mau menyusul sehabis membalas Jordan.

"Pak, saya izin pulang dulu, mau nyusul temen saya." Pamit Abin terburu-buru mengambil motornya.

"Eh, iya hati-hati toh dijaga temennya." Kekeh pak satpam lalu berbalik badan berjalan menuju pos satpam sambil menggeleng kepala, "Dasar anak remaja.." kekehnya senyum-senyum sendiri.

Pak satpam peka banget ya, mungkin masa remajanya berbunga-bunga.

❄️❄️❄️

— 16.30 wib —

Toko buku.

Abin melihat sisi ke sisi ruangan ini yang begitu luas. Ia mengacak rambutnya frustasi.

Ia bingung mau mencari Vira kemana, lalu ia teringat jika Vira suka novel. Segera mungkin ia menuju tempat khusus buku novel.

Dan terlihat seorang siswi dengan seragamnya sedang duduk dipojokan dekat jendela sana. Dengan memakai earphone-nya. Menatap sedu ke luar jendela.

Abin menghampirinya, lalu duduk di kursi kosong yang berhadapan dengan Vira.

"Ternyata lo di sini, Vir." Kata Abin sambil mengatur napasnya yang kelelahan berlari mencarinya.

Vira langsung terkejut dan membulatkan matanya akan kehadiran Abin, ia langsung melepaskan earphone-nya.

"Kok lo tau gue di sini? Ngapain?" Tanyanya dengan mata yang sembab.

"Udah, gak pakek basa basi. Tau gue lo nangis tadi gegara Jordan." Jawab Abin.

Vira mengerjapkan matanya, mengulumkan bibirnya ke dalam.

"Tau ah, gue mau sendiri." Kata Vira langsung berdiri hendak pergi.

Abin langsung mengikuti dan menarik tangan kanannya Vira.

"Vir, elo 'kan janjinya ke mama lo ke toko buku, trus lo mau kemana? Bohong dosa." Ujar Abin memperingatkan.

"Gak, gue cuma mau pindah tempat. G-gue gak bohong..." matanya berkaca-kaca lagi.

Abin langsung memeluk Vira.

"Elo kurang puas 'kan nangis di sekolah, hm? Nangis lagi aja, Vir. Gue tutupin." Kata Abin.

"Gue.. gue ga nangis." Ia mulai meneteskan air matanya.

"G-gue sia-sia aja selama ini, Bin. Gue kayak ngejar angin. Bodoh bener gue." Ujarnya diakhiri dengan tangisan.

"Seharusnya gue dengerin kata sahabat gue. Jujur, nyesel." Lirihnya sambil memukul punggung Abin pelan.

Abin hanya menghela napas, mengelus kepala Vira dalam pelukannya. Membiarkan cewek itu melampiaskan tangisannya sampai puas.

❄️❄️❄️

Di rumah Dhika penuh dengan suara Yuda, Rangga, dan Aldy.

"Bosen anjir, kafe lagi kuy mau nggak?" Tanya Yuda yang sedang main pes sambil mengunyah camilan.

"Ikut gue." Rangga mengangkat tangannya yang sedang online freefire, rebahan di kasur kamar Dhika.

Sedangkan Aldy fokus pada pesnya, bersama Yuda.

"Anjir, minggiran dikit woi, Dy." -Yuda

"Elo minggiran sana, njing." -Aldy

Dering telfon dari ponsel Dhika berbunyi. Ia yang sedang santainya menonton mereka berdua nge-ps pun beranjak mengambil ponselnya di meja kecil sebelah kasurnya.

"Anj- demi apa woi, kalah gue elah. sat!" -Rangga

"Bentar," Dhika langsung keluar kamar mengangkat telfon dari Neya.

"Halo? Napa Ney?"

❄️❄️❄️

Sesampainya Jordan di halaman rumahnya.

Disusul oleh Raka dan Reno.

Dengan buru-buru Raka dan Reno melepaskan helm dan turun dari motornya, menghampiri Jordan.

"Jo, bentar Jo." Panggil Reno yang tak dihiraukannya.

Jordan masuk ke rumahnya lalu menutup pintu dengan membantingnya.

Tak ada kesempatan lagi untuk bicara dengan Jordan jika pintu sudah tertutup.

Ibu Jordan langsung turun menghampiri suara tersebut. "Eh, nak. Kok main bantin pintu sih? Ada apa?" Tanyanya cemas.

"Itu kenapa nak rahang kamu kok memar?"

"Nggak ada apa-apa kok, bu. Jordan masuk kamar dulu, ya." Ia langsung menuju kamarnya dan mengunci pintu.

Suara bel rumah berbunyi, Ibu Jordan datang membukakan pintunya.

"Eh, nak Raka, nak Reno. Ada apa kesini? Mau main bareng Jordan ya? Itu ada di kamarnya, masuk aja." Kata Ibu Jordan dengan ramah.

"Oh, nggak usah tan. Eum, ini, kita, cuma mau bilang. Sebenernya Jordan dari hari... " Raka mulai menceritakan dari awal Jordan yang tiba-tiba cuek, dingin. Lalu datanglah Vira yang menyukainya dan mengejarnya setiap hari. Namun, Jordan tak benci akan hal itu. Dan sore itu Vira tak sengaja masuk ke rooftop saat pulang sekolah, Jordan sudah muak ditanya berulang oleh Vira ada masalah apa yang membuatnya seperti itu, dan akhirnya Jordan menceritakannya.

Bahkan sampai di parkiran ia ditonjok oleh Abin, teman Vira karena tak terima melihat Vira seperti itu.

"Gitu tan, ceritanya." Selesai Raka menceritakan.

Ibunya Jordan terkejut disembari matanya yang melebar, membungkam mulutnya dengan kedua tangan. Tak percaya akan terjadi hal seperti ini.

Perempuan yang tengah usia 30-an itu langsung menghampiri kamar Jordan.

"Jordan. Nak." Panggil ibunya yang mengetuk pintu berulang kali bahkan mencoba menarik gagang pintu.

"Nak, kamu seharusnya jangan nyakitin hati anak orang. Apalagi itu perempuan, dia nggak ada salah. Yang salah itu cuma perempuan 'itu', nak." Ibunya menceramahi sambil menangis di depan pintu kamar Jordan.

Reno dan Raka masih berdiri di luar dengan pintu teebuka.

"Bukan berarti apa yang dilakukan Vira itu adalah cara merebut orang, seperti pelakor. Bukan nak. Bukan."

"Lihat 'kan, buktinya ada yang belain Vira sampe kamu babak belur gitu. Berarti dia gak ada maksud lain selain suka sama kamu." Ujar ibunya panjang lebar.

"Tante, kita permisi dulu, ya." Pamit Reno dan Raka karena sudah terlalu lama di luar. Memutuskan untuk pulang.

Raka menutup pintu rumahnya.

❄️❄️❄️

Usai Vira menangis, mereka kembali duduk dikursi tadi.

Abin mengeluarkan sapu tangannya dari saku celana kirinya, memberikan barang tersebut pada Vira.

"Nih,"

Vira yang lagi menunduk itu pun menegakkan kepalanya, lalu mengambil barang itu dari tangannya Abin.

"Makasih, Bin." Vira mengusap sekitar mata dan pipi serta hidungnya.

Hanya dibalas anggukan oleh Abin.

"Astaga, Vira!" Tegur sahabatnya yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya, serta pacar mereka.

Vira terkejut langsung berdiri melihat kehadiran mereka, ditambah aura emosi dari mereka.

"Kok.. kalian bisa tau gue di sini?" Tanyanya bingung.

"Kalo Abin ga ngasih tau, ga bakalan kita tau." Ujar Neya.

Sebelumnya, saat Vira masih menangis tadi. Abin ngechat sahabat Vira kalau ia ada di toko buku langganannya bersama dia.

"Apa anggepnya kita bagi elo, Vir? Cerita aja gapapa, gak usah sok gak enakan. Udah dari SMP kita sahabatan." Sambung Jiya.

"Gimana ceritanya coba? Kita gatau apa-apa mau bantu juga ga tau mau apa." Kata Tira.

"Nyesel 'kan? Makanya cerita-cerita ke kita, biar bisa kasih saran." Lanjut Bila.

Empat cowok itu hanya diam menyimak pembicaraan mereka.

Vira menunduk sambil memainkan ujung bajunya, udah persis seperti diceramahi oleh 4 seorang ibu sekaligus.

"Iya, maaf. Jadi..." Vira mengangkat kepalanya lalu mulai menceritakannya.

Dengan serius sahabatnya menyimak.

"Trus, trus?" -Yuda

"Diem dulu coba napa." Sahut Bila yang menoleh ke Yuda di belakangnya dengan pelan.

Yuda hanya mengangguk dan tersenyum paksa. Bila kembali menghadap depan.

"Jadi gitu.." Kata Vira.

"Ada yang kurang," Sahut Abin yang masih duduk santai di sana. Mereka langsung menoleh padanya.

"Gue tadi nonjok Jordan, saking ga bisa nih tangan." Katanya sambil memperlihatkan kepalan tangan kanannya.

Empat cowok itu langsung berpindah posisi dekat Abin, menatapnya kagum.

"Gue setuju sama lo." Ujar Aldy lalu mereka ber tos ria.

"Pakabar Jordan ya?" Tawanya Rangga.

"Aduh, gilak, parah, sakit bener tonjokannya." Yuda memperaktikkan gaya Jordan kesakitan sambil memegang wajahnya.

"Gak ngebayangin anjir." Sahut Dhika diakhiri dengan kekehan.

Neya melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 18.00.

"Eh, udah, udah, udah. Udah jam 6 nih, pulang. Ntar dicariin orang rumah, Vir." Kata Neya cemas.

"Ha? Jam 6?" Vira melihat suasana langit di luar jendela.

"Yaudah, ayo pulang." Ajaknya.

Vira pulang diiringi oleh Abin dan sahabatnya sampai rumahnya.

❄️❄️❄️

Raka sedang di rumah Reno, duduk santai disofa ruang tamu dan mereka mencoba untuk menelfon Vira.

"Halo, Vir?" Sapa Reno disebrang telfon sana, yang berdirilah Raka disampingnya.

"Eh, kak Reno? Kenapa?" Tanya Vira yang sedang rabahan.

Sebelumnya, Raka dan Reno sempat menyimpan nomornya Vira.

"Sini, gue yang ngomong." Ujar Raka langsung mengambil ponselnya Reno.

"Ini Raka, Vir. Gini, eum, gue mau bilang maaf soal kata-kata Jordan tadi. Dia juga sekarang di rumahnya ngurung diri di kamar, emosi dari tadi."
Perwakilan permohonan maaf atas Jordan.

"Ibunya Jordan juga udah tau semuanya, Vir." Kata Reno yang sejak tadi menempelkan telinganya diponsel yang dipegang Raka.

Vira menghela napas, "Gak kak, kalian gak salah, yang salah dia. Jadi, dia yang harus minta maaf ke Vira kalo emang dia nyesel. Yaudah makasih, ya. Vira tutup telfonnya." Ia langsung memutuskan telfon sepihak.

"Yah kalo gini mah bakalan susah ceritanya." Kata Raka sambil melihat ponselnya yang telah terputus dari panggilannya.

Reno mengambil ponselnya dan memasukkan ke saku celananya.

"Mau gak mau Jordan harus berlutut sama Vira. Kecewa bener pasti si Vira, bener juga kata Abin." Ujar Reno setelah merenung.

Raka menghela napas, "Liat aja ntar gimana mereka di sekolah. Gue balik dulu, ya." Pamitnya sambil menepuk bahu kanan Reno.

Reno hanya mengangguk dan mengantar temannya itu ke depan.

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

9.2M 892K 55
[Komedi-Romantis] Bagaimana jadinya jika seorang Duda muda kaya raya tertarik pada gadis SMA? "Saya suka susu kamu." "Hah?!" "Eh--maksudnya susu buat...
2.2M 183K 59
Ini tentang mereka. Artalyta Venustya dan Feerlycia Angelita, dua remaja yang harus bersatu hanya karena sebuah kejadian. Feerly yang harus sabar da...
1.7K 94 26
PLAGIAT JANGAN MENDEKAT !!! Kamu pernah naksir sepupu sendiri? Mungkin cerita ini pas untuk kamu baca :) Cerita ini bakal slow update, guys! Karena...
82.6K 12.6K 65
🌼 Follow akunku sebelum membaca! 🌼 Dilarang plagiat karena ide itu MAHAL! 🌼 Status cerita sudah end, jadi bisa marathon sampai akhir. 🌼 Jangan lu...