Sedingin Es (S1)

Oleh IndahFezza

8.8K 439 3

Season 1 Gadis berambut sebahu ini bernama Vira, ia siswi Hanlim highschool kelas 10 IPA 3. Ia menemukan cin... Lebih Banyak

Prolog
1. Ada Yang Ngeselin
2. Gagal Fokus
3. Gosipnya Si Dia
4. Oh Ternyata Dia
5. Gak Jadi Nyamuk
6. Not Fit
7. Sahabat yang care
8. Cara Pdkt
9. Flashback (1)
10. Flashback (2)
11. Mulai Pdkt
12. Cemburu
13. Bujukan
14. Laboratorium
15. Lapangan Basket
16. No Answer
17. Sengit
18. Pertandingan Basket
19. Jujur
21. Konflik
22. Double Hurt
23. Memberi Saran
24. Kenapa Sih Lo?
25. Sebenarnya
26. Hati Yang Sedingin Es
27. Sia-sia
28. It's Breaks Me
29. Andai Bisa Reset
30. I Choose You
Epilog
Normal Again
Comeback!

20. Ditolak Itu Sakit Dan Kecewa

205 9 0
Oleh IndahFezza

— 20.00 wib —

"Bin, gue mau ngomong yang soal di taman itu.." Ucapnya dengan gugup.

"Yaa knapa, Vir?" Sahut Abin dengan berharap jika ia akan diterima.

"Bin, sorry ya.. gue ga bisa nerima elo—"

"Gapapa, Vir. Lega gue udah denger jawaban lo. Thanks. Yaudah, bye." Abin langsung mematikan telfonnya sepihak.

Harapan Abin seketika jatuh sampai ke daratan yang paling rendah dengan rasa sakit hatinya, ia melempar ponselnya ke kasur lalu ia mengacak rambutnya gusar. Ia menuju balkon di kamarnya, melihat pemandangan malam yang sunyi itu.

"Knapa, Vir? Knapa nolak gue? Lo masih mau ngejar Jordan, hm?" Gumamnya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia menghela napas berat, perlahan menjatuhkan air matanya dengan rasa kecewa.

Abin mengerjapkan matanya, sadar bahwa ini adalah resikonya jika ditolak. Ia kembali ke kamarnya dan menutup pintu balkon. Tanpa banyak berpikir, ia memilih tidur dengan posisi tengkurap.

❄️❄️❄️

"Sorry, Bin. Gue.. bingung..." Ucap Vira merasa bersalah karena disisi lain, ia masih suka dengan Jordan dan disisi lain, Abin yang tanpa disadari sangat peduli padanya menyatakan perasaannya.

Ia menaruh ponselnya di meja lampu tidur sebelahnya, lalu ia merubah posisi duduknya menjadi meringkukkan badannya di kasur.

— 06.20 wib —

Bila membulatkan matanya, "Lo nolak Abin?!" Ujarnya terkejut setelah Vira menceritakan jika semalam ia menelfon Abin.

Vira langsung berdiri dan membungkam mulut sahabatnya itu dengan tangannya, "SSSTTT!! Ntar ada yang denger, gimanasiii." Sahutnya panik sambil melihat sekitar yang untungnya hanya ada mereka berlima di kelas.

Lalu Bila melepaskan tangan Vira yang membungkaman mulutnya, "Vir! Beneran itu keputussn, lo?" Tanyanya memastikan. Dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Vira.

Jiya menautkan kedua alisnya, "Vir, menurut gue lo mestinya nerima dia daripada si ES. Lo bakalan nyesel nantinya." Ujarnya yang sedang duduk di bangku dengan menyilangkan kedua tangannya.

Vira menghela napas lalu kembali duduk di bangkunya, "Gue ga tauuu...." Rengeknya lalu membaringkan kepalanya di meja menghadap mereka.

"Trus, lo mau apain Jordan skarang? Lo udah terlanjur nolak Abin, ya paling kaku kalo klean ketemu." Ucap Neya yang sedang memegang novel hendak membacanya.

"Gue omong sama Abin, ya. Mintak nembak balik." Sambung Tira lalu berdiri hendak mencari Abin.

Vira langsung berdiri menarik tangan kiri Tira, menahannya agar tidak meneruskan jalannya.

"Gila, Tir. Ga usah." Ujar Vira.

"Dia pasti kecewa, Vir.." Sahut Tira melepaskan genggaman Vira dengan pelan. Ia kembali duduk di bangkunya.

Tak lama, Abin datang ke kelas, ia menuju bangkunya. Tak sengaja ia dan Vira saling bertatap, namun tak saling sapa seperti biasanya setelah ia ditolak.

Ia membuka bangkunya yang masih merapat di meja dengan kasar, menaruh tasnya sembarangan dan langsung keluar kelas lagi dengan kedua tangan yang dimasukkan disaku celananya.

"Kan, bener." Tebakan Neya benar. Vira tak tahu apa-apa lagi, ia menghelakan napasnya dengan berat dan membaringkan kepalanya lagi di meja sambil menekukkan mulutnya ke bawah.

"Gue jadi bingung 'kan..."

❄️❄️❄️

"Jo, kita-kita maen ke rumah lo ya pulang ini." Ujar Reno yang duduk di mejanya sambil mengunyah rotinya.

Jordan sedang bersandar di bangkunya, menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, serta menutup mata sambil mendengarkan lagu diheadsetnya yang ia pakai.

Jordan tak mendengar perkataan Reno. Reno pun menaruh bungkusan isi rotinya di mejanya dan turun membuka headset yang dipakai Jordan.

"Apa?" Tanya Jordan sambil mengernyitkan dahinya.

Reno pun menaruh headsetnya di meja, "Pulang ini maen ke rumah lo, ya." Ucapnya ulang.

Jordan yang tadinya bersandar santai, menjadi duduk tegap di bangkunya menatap temannya itu, "Iya." Jawabnya, lalu mengambil headsetnya dan memakainya lagi.

Raka yang duduk di belakang bangku Reno sedang membaca buku pelajarannya hanya mendengar perbincangan mereka. Pada biasanya, Raka hanya mengikuti mereka jika berpergian.

Reno pun kembali duduk di mejanya, lanjut menghabiskan rotinya.

— 10.00 wib —

Bel istirahat.

Saat jam pelajaran, bahkan saat jam istirahat pun Abin tak menyapa Vira. Bahkan tak makan bersama Vira dan sahabatnya di kantin lagi saat istirahat.

Ia hanya memerlukan waktu untuk sendiri dulu.

"Srius Vir, lo nolak dia?" Tanya Yuda setelah menelan kunyahan makanan di mulutnya sambil melebarkan matanya. Lalu jawaban Vira hanya mengangguk.

"Lo masih kekeuh, pengen sama Jordan." Ujar Aldy lalu meminum es tehnya.

By the way, mereka selalu minum es teh karena itu minuman favorit mereka. Ada juga kok minuman yang lainnya.

"Ya 'kan gue emang awalnya suka sama Jordan bukan sama Abin. Gue juga kaget sebenernya pas ditembak sama dia. Gue kira dia cuma anggep gue sbagai temen doang." Jelas Vira dengan wajah memelas.

"Trus kalo misalnya, lo tau dia nganggep lo lebih dari temen, apa lo bakal milih dia daripada Jordan?" Tanya Rangga sambil menaikkan alis kanannya.

Vira menghela napas dan menatap piringnya, "Maybe, tapi gue gatau, gue bingung srius..." Jawabnya.

"Dan mungkin kalo Jordan tau lo itu nganggep dia lebih dari kakak kelas, tapi dia cuek gitu. Lo bakal ngapain?" Tembak Dhika langsung to the point.

"Nah, lo pasti belum mikir sampe ke sana ya 'kan?" Tebak Bila akan jawaban Vira.

Lalu Vira mengangguk dari pertanyaan Bila tersebut. Semuanya menghela napas sembari bersandar di kursi.

Tira memajukan badannya ke meja lagi dan bertanya pada Vira, "Masa iya Vir, lo yang nyatain prasaan lo ke Jordan?" Ujarnya sembari menaikkan kedua alisnya.

Vira yang tadinya menunduk menatap piringnya langsung menunggakkan kepalanya dan menoleh ke Tira dengan cengo.

"Gue beneran ga mikir ke sana sumpah." Ujarnya sambil memukul dahinya.

"Mestinya elo les pdkt dulu deh, Vir." Ucap Neya yang tak paham dengan sahabatnya yang satu ini.

Ini adalah pertama kalinya Vira menyukai seseorang, namun ia tak tahu cara apa pun untuk mendekati bahkan mendapatkan orang itu. Ia hanya mencoba melakukan yang namanya pdkt yang diceritakan oleh sahabatnya.

Tak lama, Raka dan Reno ke kantin dan kebetulan lewat meja yang ditempati oleh Vira dan sahabatnya.
Keduanya pun menyapa.

"Hi, Vir." Sapa Reno sambil melambaikan tangan kanannya. Lalu ia tak sengaja bertatapan pada Aldy, dan nengucapkan kata selamat atas kemenangan timnya waktu pertandingan kemarin.

"Hi, Vir." Sapa Raka.

"Oh, iya. Selamat ya, Blaze. Kaget tim gue baru dikalahi oleh tim lo." Ujar Reno dengan santai.

"Hi, kak Reno, kak Raka." Sahut Vira membalas dengan melambaikan tangan kanannya pada mereka berdua.

"Hhmm, makasih." Ucap Aldy yang masih menatap Reno dengan biasa.

Vira melihat sekitar mereka berdua, seperti mencari seseorang. Yang ditebak adalah Jordan. Raka pun peka apa yang sedang dilakukan cewek berambut sebahu itu, "Jordan lagi nganggur di lapangan basket." Ujarnya.

Vira langsung melihat ke Raka, "Hm? Oh, di lapangan, ya?" Sahutnya sambil mengerjapkan mata dan tersenyum tipis.

"Lo mau ketemu Jordan?" Tanya Reno sambil mengangkat kedua alisnya.

"Nanti nyusul aja deh, kak." Jawab Vira sambil membenahi rambutnya ke belakang telinganya.

Reno mengangguk-angguk, "Ok, kakak duluan, ya." Ujarnya dan pamit bersama Raka.

"Ya, kak." Sahut Vira dengan senyum tipisnya. Setelah mereka menjauh dari penglihatan Vira, ia kembali menoleh pada sahabatnya.

"Ga bakal abis-abis kalo lo gini terus, Vir. Kan elo bar-bar nih ye, lo langsung tembak dia aja deh." Ujar Jiya tepat sasaran.

Vira melihat luar jendela dari kantin, banyak murid-murid yang berlalu-lalang kesana kemari dengan ceria.

Ia hanya menghela napas, mengapa nasibnya menjadi random seperti ini?

Lalu ia memutuskan untuk mencari tahu lebih dalam sifat Jordan, pasti ada sesuatu yang membuatnya cuek mendadak seperti itu.

Brraakk!!

Vira menggebrakkan mejanya, "Gue. Mesti. Nyelesaiin. Ini." Ujarnya lalu berdiri dan pergi menuju lapangan basket untuk menemui sosok yang bernama Jordan.

"Anjir lah, woi. Gue kaget. Biasanya si Bila yang mukul meja." Ujar Aldy yang sempat keselek karena kaget.

Sahabatnya hanya melihat Vira sampai menghilang dari kantin, membiarkan ia menyelesaikan masalahnya.

Reno dan Raka datang ke meja yang ditempati oleh Vira tadi dan bertanya, "Lho, Vira kemana?" Tanya Reno sambil menunjuk kursi yang kosong itu.

"Pergi, tuh. Nyusul Jordan." Jawab Bila sambil menggerakkan kepalanya bermaksud mengarahkan Vira pergi tadi.

Reno dan Raka saling menatap lalu mereka langsung berlari kecil menyusul Vira tanpa berpamitan lagi pada sahabatnya.

"Emang knapa sih kalo Vira nyusul Jordan? Kan biasanya gapapa." Ujar Rangga sambil merenung.

"Yakali kelamaan nunggu mereka." Sahut Yuda lalu kembali makan.

❄️❄️❄️

Saat jalan menuju lapangan basket, di koridor Vira berpapasan dengan Abin. Vira langsung memelankan langkah kakinya dan menatap Abin dengan mengerjapkan matanya pelan.

Namun ia tak disapa sama sekali oleh Abin. Ia hanya melewati Vira begitu saja dengan wajah datarnya.

Vira langsung berhenti dan membalikkan badan, melihat Abin dengan yang terus berjalan. Lalu menggelengkan kepalanya sadar, tujuannya ia mau bertemu Jordan.

Ia kembali berjalan dengan cepat dan tiba di lapangan basket, ia melihat Jordan sedang meminum minuman kalengnya dan duduk di bagku dengan tatapan kosong.

Mencoba untuk mendekatinya dengan duduk di sebelahnya.

"Jordan.." Panggil Vira pelan sambil menepuk bahu kiri Jordan.

Seketika lamunan Jordan membuyar dan langsung menoleh pada cewek itu dan melihat bahunya masih disentuh olehnya. Vira sadar dan perlahan melepaskan tangannya dari bahu Jordan.

"Lo ada masalah, ya?" Tanya Vira ragu.

"Ceritain aja ke gue, bukan bermaksud kepo sih, ya kali aja lega kalo udah cerita." Lanjut Vira sambil tersenyum tipis.

Jordan menatap lurus ke depan, tak mengatakan apa pun.

Vira menatap lurus ke depan, "Gue sebenernya penasaran orang kayak elo kok bisa secuek ini, kenapa?" Tanyanya dengan santai sambil memainkan kedua kakinya bagaikan ayunan.

Jordan langsung menoleh ke Vira memperhatikan cewek itu yang sedang tersenyum. Reno dan Raka tiba-tiba berseru memanggil Vira dari kejauhan, "Vira!"

Vira langsung menoleh ke arah datangnya suara itu dengan tautan di kedua alisnya.

Reno dan Raka melihat mereka sepertinya tidak ada masalah, baguslah jika begitu.

"Knapa, kak?" Tanya Vira.

"Nggak papa, Vir." Jawab Reno sambil menyeringai.

Karena sejak kekalahan dipertandingan kemarin, Jordan seperti badmood, tidak seperti biasanya. Ia lebih diam dan tidak banyak bergerak sana kemari.

Reno dan Raka pun tak tahu apa yang membuatnya seperti itu. Mereka hanya diam daripada harus membuatnya tambah worsemood.

"Yaudah kalo gitu, gue mau balik ke kelas dulu. Oh, iya, kalo lo ada masalah ceritain ke gue gapapa, kok." Ujar Vira pada Jordan, lalu ia pamit pergi.

"Anjir, buruan cabut! Vira balik, Vira balik." Bisik Tira panik pada yang lain untuk cepat pergi dari lapangan. Tanpa berpikir panjang mereka pun lari terbirit-birit meninggalkan lapangan.

Sebelumnya, empat pasangan sahabat Vira itu mengikutinya dan bersembunyi di arah masuk ke lapangan, tepatnya di tanaman yang tingginya menyerupai mereka.

Begitu pun dengan Vira, ia meninggalkan lapangan dan menuju kelas.

Sementara itu, empat pasangan ini sudah tiba di depan kelas 10 IPA 3. Dengan napas dan detakan jantung yang tidak beraturan, bisa dibilang terngah kelelahan setelah berlari.

"Gila, mengas gue." Ujar Jiya terngah.

"Semua, Ji. Untung gak bengek an." Sahut Yuda yang berusaha mengatur napasnya.

❄️❄️❄️

Abin duduk di bangku taman, tempat dimana kemarin ia menyatakan perasaannya kepada Vira. Ia termenung, masih memikirkan perkataan Vira semalam ditelfonnya.

"Bin, gue mau ngomong yang soal di taman itu.."

"Bin, sorry ya.. gue ga bisa nerima elo"

Ia mengacak rambutnya dan mengusap mukanya dengan gusar, rasa sakit hati dan kecewanya masih tertempel di hatinya.

Abin menghelakan napas berat, "Trus gue harus gimana kalo ketemu Vira? Canggung banget pasti." Gumamnya sambil menggigit-gigit kuku jari jempol tangan kanannya.

"Gue masih pengen negur Vira, tapi, kecewa gue. Tapi," Abin berdecak kesal lalu berdiri dan pergi dari taman entah kemana, berkeliling sekolah? Makan? Genteng sekolah? Laboratorium?

Ia tak tahu harus kecewa, sakit hati? Atau tidak memperdulikannya dan tetap berteman dengan Vira?

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

115K 6.3K 61
{FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, HYUNK^^} "ₗᵤₖₐ ᵢₜᵤ ₐdₐ, ₐₚₐₗₐgᵢ ₛₐₐₜ ₖₐₘᵤ ₜₑᵣₖₑₙₐ fᵣᵢₑₙdzₒₙₑ" . . . . . Sikap axel yang dinginnya ngalahin kutub utara...
110K 10.7K 80
"lo gemesin, mau ga jadi pacar gua?" Tentang Haikal yang selalu mengganggu Nara tanpa henti. Dan tentang Nara yang risih di ganggu Haikal tiap hari...
289K 10.3K 52
"Kakak nggak mau rahasia itu terbongkar kan? Kakak harus jadi pembantu aku." Apa jadinya jika seorang ketua OSIS yang tampan, galak dan bersifat din...
7.4K 656 45
Kamu kayak nano-nano ya. Asem, manis, semuanya jadi satu.