DISPARAÎTRE [END]

By sukaredpelpett

25K 3.1K 116

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!] NOTE : AWAS TYPO "Gue Renald. Kalo lo mau t... More

1. MORNING PROBLEM
2. MET BY
3. UNKNOW NUMBER & KISSED
4. VERY PUSHY
5. ANNOYED
6. REYSA SICK
7. INVITE TO GO
8. HEARTBEAT
9. PROBLEM COMES
10. FEEL HURT
11. THREAT
12. RUN AWAY
13. HALFWORD
14. TIRED
15. TWO HARD CHOICES
16. CONFUSING CHOICE
17. MOCKING LAUGHTER
18. NEW STUDENT
19. FEEL GUILTY
20. HARD SLAP
21. FAILED
22. THE PAST
23. LOST
24. PANIC & RESTLESSNESS
25. ENGAGEMENT
26. EVIDENCE & ARREST
27. APOLOGIZE
28. ARGUMENT & JEALOUS
29. MISS, HUG, & JEALOUS
30. JEALOUSY & ANNOYANCE
31. TOGETHERNESS & EMOTION
32. COMPETITION & FRUSTRATION
33. WAITING & A DISSAPOINTMENT
34. NERVOUS
35. MISUNDERSTANDING
36. CASTE & TROUBLE
37. HOT HEARTED
38. SURPRISE
39. BAZAAR PREPARATION
40. MUSIC EVENTS & BAZAAR
41. BAD DAY
42. BAD LUCK, REYSA
43. REAL INCIDENT
44. REYSA'S EXPLANATION
46. REGRET
47. BE CAGRINED
48. REFUSE
49. DARE
50. TOO SUDDEN
51. HOSPITAL & BAD NEWS
52. SAD TEARS
53. REVENGE
54. NIGHTMARE
55. LASTING MEMORIES
56. LINGERING SADNESS

45. THE TRUTH

250 49 0
By sukaredpelpett

"Time to go for good. If she persisted, she himself didn't know if he would ever hurt her again."

****

Kedatangan Reysa ke sekolah banyak mendapat tatapan hina dari mereka. Masih sama seperti kemarin saat fotonya terpajang di mading sekolah. Dibelakangnya ada Bara dan juga Frans yang berjalan sok cool dengan kacamata hitam yang bertengger dihidung mereka. Pesona keduanya tampak mengalihkan mereka dengan pandangan yang berubah kagum.

Reysa hanya mendengus kasar. Harusnya ia sendiri saja datang ke sekolah. Akhirnya tidak akan seperti ini. Lagi pula, Frans tidak seperti biasanya. Padahal biasanya laki-laki itu tampak kalem dengan penampilan yang sederhana. Sepertinya Bara sudah meracuni otak Frans.

"Masih aja berani nunjukin muka disini."

Langkah Reysa terhenti, mendapati wajah meremehkan milik Elma yang tampak bersidekap dada. Gadis itu terkekeh geli sembari menatap hina pada Reysa. Pandangannya jatuh pada Intan yang juga tengah tertawa kecil disusul Fina yang terlihat terkejut dengan kehadirannya.

Bara jelas merasa senang karena bertemu dengan Fina di sini. Koridor ini mulai ramai dari berbagai siswa yang memang penasaran dengan kehadiran Reysa. Mereka hanya tahu bahwa Reysa dikeluarkan dari sekolah. Dan kali ini, untuk apa gadis itu datang lagi? Dan memakai pakaian bebas dengan ripped jeans dan juga kaos pendek.

"Kan nggak punya muka, El. Lo masa nggak paham sih?" keduanya tertawa mengabaikan Bara dan Frans yang tengah menahan emosi.

Bara mendekat ke arah Reysa disusul Frans yang tengah menurunkan kacamatanya. Ia memandang Elma yang tampak masih santai dengan kehadirannya dan Bara saat ini. Yang jelas-jelas tahu tentang kehidupan gadis itu.

"Tampang lo kaya nggak punya dosa aja, El."

Setelah dipikirkan kembali, sepertinya Elma pernah melihat laki-laki itu. Namun, ia tidak ingat sama sekali pernah bertemu dengan Bara. Hanya saja ia pernah mendengar suara itu tengah membicarakan banyak hal di sebuah hotel.

"Om Johan udah dipenjara, udah ada penggantinya belom?"

Tubuh Elma menengang ditempat. Ia ingat, Bara yang waktu itu menegur Johan saat ia berada di depan hotel bersama Johan. Tangannya mulai berkeringat, mengepal disisi tubuh sembari menunjukkan ekspresi setenang mungkin.

Bara tertawa kecil melihat wajah gugup milik Elma. Untung ia memiliki ingatan yang begitu tajam, jadi kejadian sekecil ini ia bisa mengingatnya.

"Ah, ada penghianat juga ternyata. Apa kabar lo? Nggak ada tanda-tanda mau mati, kan?" gurau Bara. Namun, ada bumbu-bumbu menyindir yang dituangkan dalam sebuah gurauan.

Reysa hanya terkekeh kecil melihat raut wajah Fina yang masih tampak datar. Kedua tangannya saling mengepal memandang Bara dan juga dirinya dengan tajam.

"Gue saranin, lo berdua jauh-jauh dari dia kalo nggak mau nama lo berdua jelek nantinya." ucap Frans pada Intan dan juga Elma.

Setelahnya, ia memilih beranjak sembari menarik Reysa pergi dari sana. Ia mendatangi ruang kepala sekolah, dipimpin Bara yang tampak arogan. Setelah menjelaskan banyak hal, Bara menunjukkan sebuah video kepada pak Eza. Membuat pria paruh baya itu terkejut bukan main.

Mereka juga diizinkan memakai aula untuk mengungkapkan kesalahpahaman. Mereka semua berhak tahu, bahwa itu adalah rencana jahat Fina untuk Reysa. Bu Wanda dan juga bu Endah baru saja datang, dan langsung disuguhi video memalukan seperti itu.

"Saya akan segera mengumumkan agar seluruh siswa berkumpul di aula."

Bu Wanda pamit, meninggalkan ruangan itu dengan dada yang bergemuruh. Ia jadi tidak enak hati pada Reysa, padahal ia sudah memojokkan gadis itu karena sebuah kesalahpahaman. Dan ia tidak bisa memaafkan murid seperti Fina.

Setelah kepergian bu Wanda, mereka tampak membahas beberapa hal yang membuat mereka semakin terkejut. Tidak bisa mempercayai kenyataan bahwa mereka melakukan hal semengerikan ini.

Setelah mengumumkan bahwa semua murid diharap berkumpul di aula, mereka bergegas pergi dari ruang kepala sekolah dan menuju aula SMA Lawrence.

Sorakan dari banyak siswa tampak menyapa Reysa yang baru saja masuk dan berdiri di atas panggung aula. Bara dan Frans menyusul dengan membawa laptop dan menyiapkan LCD proyektor untuk menampilkan sesuatu.

"NGAPAIN LO JALANG BERDIRI DI SITU? NGERUSAK PEMANDANGAN GUE AJA!"

"PERGI LO! GUE MUAK BANGET LIAT MUKA SOK POLOS LO!"

"NGGAK ADA MALUNYA BANGET LO. MALAH DATENG KESINI DAN NYURUH KITA BUAT DENGERIN BUALAN LO!"

Reysa mendengus kasar dan mulai memposisikan diri di depan mic. Ia mengedarkan pandangan, mencari keberadaan seseorang yang mungkin akan terkejut dengan kebenaran ini. Sampai ia menemukan Renald yang baru saja datang dari arah pintu.

Baginya ini bukan alasan untuk ia bisa kembali dengan laki-laki itu. Ini hanyalah sebuah ucapan yang akan menenangkan perasaan risau Renald karena kekacauan beberapa hari ini. Ia tidak mengharapkan apapun lagi pada laki-laki itu. Ia sudah lelah dengan sikap Renald yang tetap saja tidak mau berubah.

Setelah ini, ia hanya perlu menjauh dan tidak akan berdekatan lagi dengan laki-laki itu. Berharap untuk kembali saja ia sudah tidak berniat. Ia hanya ingin menikmati kehidupan tanpa adanya kesakitan seperti ini.

"DIAM SEMUA!"

Suara Bara mengintrupsi mereka yang masih saja berbicara banyak hal mengenai Reysa. Laki-laki itu berdiri dari duduknya setelah mengatur semuanya dengan baik. Ia mendekati Reysa sembari membawa mic.

Ketika Bara akan bersuara, Reysa menghentikannya. Gadis itu bisa melakukannya sendiri. Ini adalah masalahnya, jadi ia juga harus menyelesaikannya sendiri. Harusnya mereka juga tidak usah mengkhawatirkannya. Ia pasti bisa melakukannya.

"Gue disini cuman mau minta maaf soal kesalahpahaman kemarin. Bikin SMA Lawrence gempar karena foto gue sama cowok."

"Jujur, gue nggak nyangka banget sampe difitnah kaya gitu. Sejak awal gue nggak pernah ngelakuin kesalahan. Semua tuduhan itu cuman karena kesalahpahaman."

Tatapan Reysa dan Renald bertemu, membuat jantung Reysa bergetar. Ia mencengkeram mic, dan mencoba menetralkan semuanya. "Sejak gue pacaran sama Renald, hidup gue jadi berantakan. Padahal awalnya hidup gue tenang-tenang aja."

Renald termangu ditempatnya. Memandang Reysa dengan jantung yang mulai berdebar. Rasa bersalahnya kian memuncak ketika melihat wajah lelah gadis itu.

"Tapi gue nggak akan nyalahin dia. Gue juga seneng bisa kenal sama Renald."

Bara tampak jengkel ditempatnya. Sudah dijatuhkan lalu di bawa terbang lagi. Reysa benar-benar pintar membolak-balikkan perasaan. Namun, ia juga dongkol karena cuap-cuap Reysa sungguh tidak berguna. Alih-alih menghentikan Reysa, Bara memilih kembali ke tempat duduknya dimana Frans berada.

Hati Renald sedikit menghangat, walaupun tidak dapat dipungkiri kalau ia merasa bersalah pada gadis itu. Hidup Reysa semakin berantakan karena kehadiran dirinya.

Reysa berdehem. "Okelah, gue nggak akan banyak basa-basi. Gue cuman mau ngasih tau kalian, kalo gue dijebak sama salah satu murid disini. Yang tega permaluin gue dihadapan semua orang."

Fina tampak ketar-ketir ditempat duduknya. Ia takut, Reysa akan membongkar semuanya dan membuat ia dipandang jelek oleh semua orang. Elma bisa melihat raut wajah cemas milik Fina yang kentara sekali.

Elma juga tidak mengerti, mengapa Fina bersikap seperti itu. Apa gadis itu membuat kesalahan? Alih-alih menanyai gadis itu, Elma lebih memilih mendengarkan ucapan Reysa yang menurutnya tidak begitu penting.

"Gue akan kasih lihat video." Reysa mulai mengkode Frans agar mulai memutar video yang dimaksud.

LCD proyektor mulai menyala, menampilkan sebuah video dengan pencahayaan yang tidak memadai.  Semua murid tampak fokus dan memandang lekat-lekat Video itu. Sampai dimana seseorang berbicara, membuat para murid menoleh ke arah tersangkanya.

"Gue seneeeeeng banget. Akhirnya semua orang benci sama Echa." dengan setengah mabuk Fina berceletuk. Disampingnya, Bimo tengah merangkul bahunya sembari memegang sebuah botol alkohol.

Fina menggunakan dress seksi yang memperlihatkan setiap lekuk tubuh gadis itu. Terutama memperlihatkan belahan dada yang terekspos bebas.

Bimo tertawa kecil, lalu menenggak minuman itu. "Gue nggak sabar liat mereka semua hancur."

Rasa bahagia mereka lebih dari apapun. Setelah bergulat dengan pikiran mereka untuk membuat Reysa dan teman-temannya hancur, akhirnya hari ini ia bisa tertawa bahagia karena berita gempar tadi siang.

Fina merasa tidak terima, dan memilih pergi dari sana. Tetapi dicegah oleh Galang yang memang berada disana. "Lo mau kemana, jalang?!" tanya Galang sembari tersenyum remeh.

Fina meronta, mencoba menarik tangannya dari cengkeraman Galang yang begitu kencang. Galang tidak akan membiarkan gadis itu keluar begitu saja, dan tidak ikut menikmati semuanya sampai selesai.

Devan membawa satu kursi dan meminta Fina untuk duduk disana. "Kurang apa coba, gue, sampe bela-belain bawa kursi buat lo."

Fina menolak, namun Devan langsung mendorong bahu gadis itu untuk duduk dikursi. Ia berdiri di belakang gadis itu, dengan Galang yang kembali ke posisinya. Kalau saja Reysa tahu mereka juga ikut datang kesini, pasti gadis itu akan ngamuk-ngamuk nanti. Tapi mereka juga tidak peduli, toh mereka juga ingin melihat pertunjukan mengasikkan seperti ini.

Penayangan video tersebut masih tetap berlanjut. Reysa memilih minggir dan duduk bersama Frans dan Bara.

"Gue pengen banget ketawa pas liat muka sedih si Echa. Harusnya gue yang nampar dia, malah gue yang kena tampar. Emang bangsat tuh orang!"

Fina menekuk wajahnya kesal karena itu. Harusnya ia menampar kuat-kuat wajah Reysa agar bisa menyalurkan emosinya selama ini. Belum juga ia membalas, Renald sudah datang duluan untuk melerai aksi mereka.

Bimo mengusap lembut pipi gadis itu, memandang lekat-lekat sembari menenangkan kekesalan Fina.

"Setelah ini, lo mau apain dia lagi?" tanya Fina yang tampak penasaran dengan rencana jahat Bimo.

"Yang jelas, gue bakal bikin dia menderita. Gara-gara dia, gue dipermaluin didepan temen-temen gue."

Tangan Bimo terkepal diatas pahanya. Laki-laki itu memandang lurus, lalu meraih botol miras yang berada diatas meja. Bimo menenggak minuman itu, membiarkan tenggorokannya seperti terbakar.

Fina merangkul leher Bimo, membuat laki-laki itu meletakkan kembali botol itu ke atas meja. Gadis itu mencium bibir Bimo dengan tiba-tiba. Bimo sama sekali tak menolak, malah lebih mendekatkan tubuhnya ke tubuh Fina. Tangannya menahan tengkuk Fina dan terus melumat bibir gadis itu.

Sampai dimana Bimo melakukan hal yang lebih dari itu, Frans mem-pouse video tersebut. Laki-laki itu mematikan LCD proyektornya, membiarkan mereka saling beradu pendapat dengan tingkah memalukan Fina.

Mereka mulai berbisik membicarakan tingkah menjijikkan Fina. Riuh dari para murid membuat aula itu berubah ramai oleh suara-suara tidak terima.

Reysa memilih keluar dari aula karena semua urusannya sudah selesai. Bara dan Frans tampak menyusul, membiarkan Fina dicerca oleh banyak orang. Ia juga tidak peduli lagi dengan nasib Fina. Itu juga salah Fina sendiri, mengapa mengusik mereka yang jelas-jelas tidak pernah mengganggu hidup gadis itu.

****

Melihat Reysa keluar dari aula itu, membuat Renald buru-buru keluar dari sana. Ia ingin meminta maaf karena sudah membentak bahkan mengatai gadis itu. Hatinya bergetar ketika melihat semua yang terjadi, bahwa gadis itu dijebak oleh teman sekelasnya sendiri.

Ternyata perkataan Aldi benar, Reysa tidak mungkin melakukan itu. Ia sadar, yang terjadi sekarang ini adalah salahnya. Karena ia tidak pernah mempercayai gadis itu. Ia terus bersikap masa bodo dan tidak pernah menghiraukan Reysa.

Ia melihat gadis itu berjalan berlawanan arah dengannya. Dengan ragu, ia menegur gadis itu dan meminta Reysa untuk memberinya waktu sebentar untuknya.

Reysa mengiyakan, meminta Bara dan Frans untuk pergi lebih dulu. Ia meminta Renald untuk mengikutinya. Membawa laki-laki itu ke tepi lapangan yang tampak teduh karena pohon besar. Ia memilih bersandar ke pohon, memandang lurus-lurus sembari menunggu Renald mulai berbicara.

"Gue minta maaf, Rey."

"Gue udah maafin." balas Reysa cepat.

Gadis itu tidak memandang Renald sedikitpun, membuat rasa bersalah Renald kian menyebar dan membuat hatinya berdenyut nyeri.

Ia tidak tahu harus mulai dari mana untuk menjelaskan semuanya. Sepertinya gadis itu juga sudah tidak peduli lagi dengannya. Tatapan gadis itu sudah terlalu biasa menatap beberapa orang yang berlalu lalang.

"Lo masih mau perbaiki hubungan kita?"

Pandangan Reysa teralih, menatap Renald dengan raut datarnya. Reysa melipat kedua tangannya, terus memperhatikan Renald yang juga memperhatikannya.

"Gue sendiri udah capek, Ren. Lo terlalu nyepelein gue yang nyoba nerima sikap labil lo. Buat dengerin sebentar penjelasan gue aja, lo nggak mau."

Kali ini Reysa menunduk, menatap sepatunya penuh minat. Ia hanya ingin tertawa, betapa menyedihkan sekali menjadi dirinya sekarang. Ia hanya seperti mainan yang bisa dimainkan kapan saja oleh Renald. Dan terus mengulang suatu hal yang sama seperti sebelumnya.

Renald semakin merasa bersalah, merasa bahwa gadis itu sangat terluka karenanya. Ia terlalu egois untuk meluangkan waktu mendengarkan semua penjelasan dari Reysa. Ia hanya mengedepankan ego tanpa mau mengalah dan mendengar semuanya dari Reysa.

"Kalo aja lo dengerin gue, pasti nggak akan kaya gini. Lo terlalu percaya sama hal-hal yang lo sendiri juga kurang percaya. Andai lo juga buka hp pas malem itu, nasib gue nggak akan kaya sekarang ini."

Reysa sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi sekarang. Orang tua kandungnya saja ia tidak pernah melihat. Dan orang tua angkatnya yang selama ini merawatnya, kini mencampakkannya.

Ia sedikit malu karena terlalu menjadi beban mereka. Harusnya ia sadar dari awal bahwa mereka bukanlah keluarga kandungnya. Ia terlalu menikmati suasana kebahagiaan sampai melupakan kebenarannya.

Mata Reysa mulai memanas, mengingat hal yang paling menyakitkan dihidupnya. Dimana ia tidak tahu lagi harus kemana. Ia tidak mungkin selalu menyusahkan Bara ataupun Frans. Mereka hanya temannya, sosok mereka hanya pelengkap yang selalu peduli padanya.

"Gue nggak punya siapa-siapa lagi, Ren."

Reysa mengangkat wajahnya. Matanya berkaca-kaca, menunjukkan kesedihannya yang tampak memukul paksa hati Renald. Jantungnya serasa dirajam perih oleh keadaan menyedihkan Reysa. Membuat ia kehilangan akal budi dan setengah kesadarannya.

"Gue nggak tau orang tua gue siapa."

Batin Renald mencelos, melihat air mata Reysa jatuh ke permukaan pipinya. Selama ini, ia tidak pernah melihat gadis itu bersedih seperti ini. Ia bahkan tidak tahu apa yang tengah terjadi pada gadis itu.

Gadis itu terisak kecil, menunduk dalam mencoba menyembunyikan wajah menyedihkannya. Bibirnya gemetar merasakan sakitnya kehidupan seperti ini. Usapan dari tangan besar Renald, membuat gadis itu semakin terisak.

Renald tak tega dengan gadis itu, segera ia membawa tubuh mungil Reysa ke dalam pelukannya.

"Maaf-maaf-maaf... maaf karena gue dateng ke hidup lo, lo jadi gini. Gue minta maaf, Rey, gue minta maaf."

Pelukan Renald semakin erat. Seolah-olah ini adalah kali terakhirnya bisa memeluk gadis itu. Ia terus saja bergumam kata maaf pada Reysa karena semua kesalahannya.

"Harusnya gue nggak dateng dikehidupan lo. Lo pasti nggak akan kaya gini."

Semakin keras isakan dari mulut Reysa, semakin besar juga rasa bersalahnya. Isakan itu begitu menyakitkan, membuat jantungnya semakin berdebar.

"Harusnya lo nggak kenal sama gue. Pasti lo udah bahagia sekarang."

Tubuh Reysa melemas, air matanya sedari tadi terus mengalir. Ia membalas pelukan Renald lebih erat dari laki-laki itu.

"HATI GUE SAKIT, REN."

"LO HARUSNYA TAU KALO GUE BUKAN CEWEK KUAT YANG BISA LO HINA SEPUAS LO."

Renald kembali teringat dengan perkataannya kemarin. Ia hanya terlalu terbawa suasana, sampai tidak menyadari bahwa itu adalah sebuah kebohongan.

"KALO LO MAU BUNUH GUE, BUNUH RAGA GUE, JANGAN MENTAL GUE. SAKIT REN PAS LO BILANG GUE JALANG."

"Rey, gue minta maaf. Maaf-maaf-maaf, gue bener-bener minta maaf."

Reysa memukul punggung Renald berkali-kali. Ia ingin menyalurkan semua rasa sakitnya lewat pukulan itu. Tetapi masih saja terasa sakitnya.

"WALAUPUN KENYATAANNYA GUE NGGAK NGELAKUIN ITU, TAPI HATI GUE TETEP SAKIT SAAT LO BILANG GUE JALANG. SAAT LO BELA ORANG YANG GUE BENCI, DAN NGEBENTAK GUE GITU AJA."

Hanya saat ini Reysa bisa menyuarakan semua isi hatinya pada Renald. Tidak ada lain waktu untuk sekedar berbicara dengan laki-laki itu.

"Capek gue, Ren."

Reysa mengurai paksa pelukannya, menatap Renald dengan mata sayunya. Wajahnya sudah dipenuhi air mata, dengan bibir yang berubah memucat.

"Gue mau kita putus."

"Enggak, Rey." tolak Renald mentah-mentah. Laki-laki itu mencoba meraih tangan Reysa, namun ditepis kasar oleh gadis itu.

Reysa mengelap jejak air matanya dengan kasar, lalu mendengus geli. "Lo juga seenaknya nembak gue, jadi lo juga nggak ada hak buat nyegah gue."

Sebelum gadis itu pergi dari sana, gadis itu berkata, "Mulai hari ini kita nggak ada hubungan apa-apa!"

Batin Renald mencelos. Memandang kepergian gadis yang selama ini membuatnya bahagia. Punggung rapuh itu terlihat meluruh dengan langkah yang tertatih. Disepanjang jalan, Reysa terlihat mengusap air matanya berulang kali. Renald hanya bisa tersenyum pedih, menerima semua kenyataan yang baru saja melukai ulu hatinya.

****

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

136K 10.4K 71
#1 in Fiksiremaja (10-9-2021) Udah end part masih lengkap [PROSES REVISI] Judul lama (Zee : My Wife is Dangerous Mafia) Bazigha Auristella Estelle se...
2.2K 183 43
Back to story me All Udah siap baca squel SEGITIGA!? Ini anaknya Kenzo dan Alara. Baca yuk! ....... Alvano Sultan Alarix Alvan itu: 👉Sombong tapi hu...
AndinArya By dei

Teen Fiction

1.3M 32.4K 12
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] "Gue mau lo jadi pacar gue." Satu tarikan nafas dengan nekat yang kuat Arya keluarkan. Hening. Semua murid bahkan te...
66.7K 3K 42
Judul baru Genta & Luna Judul lama Bad Boy [ SUDAH SELESAI DI REVISI ULANG BANYAK PERUBAHAN ADEGAN DAN LAIN-LAINNYA JADI KALIAN WAJIB BACA ULANG NGG...