Our Crazy Wedding

By MatchaNam

238K 13.1K 1.1K

[Sebelum membaca, alangkah lebih baiknya follow dulu. Thanks] Cover by Fella Adelia #1 kategori duty (10jan20... More

Prolog
⚫01⚫
⚫02 ⚫
⚫03⚫
⚫04⚫
⚫05⚫
⚫06⚫
⚫07⚫
⚫08⚫
⚫09⚫
⚫10⚫
⚫11⚫
⚫12⚫
⚫13⚫
⚫14⚫
⚫15⚫
⚫16⚫
⚫17⚫
⚫18⚫
⚫19⚫
⚫20⚫
⚫21⚫
⚫22⚫
Cast
Info!!
⚫23⚫
⚫24⚫
⚫25⚫
⚫26⚫
⚫27⚫
⚫28⚫
⚫29⚫
⚫30⚫
⚫31⚫
⚫32⚫
⚫33⚫
Info
⚫34⚫
⚫35⚫
⚫36⚫
⚫37⚫
⚫38⚫
⚫39⚫
⚫40⚫
⚫41⚫
⚫43⚫
⚫44⚫
⚫45⚫
⚫46⚫
⚫47⚫
⚫48⚫
⚫49⚫
⚫50⚫
⚫51⚫
⚫52⚫
⚫53⚫
⚫54⚫
⚫55⚫
Seru2an Bareng Yuks!!
Q n A (Answer)
Extra Part
Surat dari Sheina.
Extra Part 2
Hii!!
Info
Saquel cerita ini
Sudah Terbit

⚫42⚫

3.9K 216 11
By MatchaNam

Vote & Comment

  "Maafkan pak typo :)"

Matahari kini memancarkan sinarnya ke bumi.

Tampak ruangan yang  gelap kini sedikit mendapatkan cahaya yang terpantul dari kaca jendela.

Arga membuka matanya perlahan, lalu kemudian mengusap wajahnya dan membangkitkan kepalanya.

Telinganya mendengar suara lantunan ayat suci Al - Qur'an dari seorang wanita.

Kemudian suara itu terhenti ketika wajah Arga menatapnya.

"Morning"

"Shei..."

"Pegel ya tidur disitu, maafin gue ya"

Arga kemudian memegang tangan Sheina dan menggenggamnya.

"Gimana udah baikan?"

Sheina mengangguk dan tersenyum.

"Tadi gue banguni lo buat shalat subuh, tapi kayanya lo kecapean banget"

Arga tersenyum "Seharusnya gue yakan yang banguni lo"

Sheina menggeleng dan tersenyum "Ga harus kok, yang penting kita saling banguni aja biar shalatnya ga ketinggalan"

"Emm, masih bisa shalat?"

"Masih, buruan"

"Yaudah gue wudhu dulu ya"

Sheina mengangguk dan tersenyum.

Arga pun kemudian beranjak dari kursinya lalu pergi ke toilet.

"Belum bisa ya shalat di masjid?" tanya Sheina.

"Gue belum terbiasa, untuk ngejalani shalat aja gue masih males"

Sheina mengangguk "Yaudah gih wudhu"

Arga mengangguk.

...

Kini pintu ruangan terbuka, menampakkan Aldo dan seorang wanita paruh baya yang ternyata adalah bunda Sheina dan Aldo.

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumussalam"

"Bundaaa, abangg" panggil Sheina.

Aldo dengan cepat menghampiri Sheina "Adekku udah sadar" 

Sheina tersenyum kemudia ia menyalami tangan Aldo, Bundanya pun menghampiri Sheina pula.

"Gimana Shei, udah enakan?" 

Sheina mengangguk dan tersenyum, lalu ia pun memeluk malaikat tanpa sayapnya itu.

"Kapan Bunda sama bang Aldo dateng?"

"Tadi malem baru nyampek kami dek"

"Emmm, ayah mana?"

"Ayah lagi di Dubai, ga bisa kemari"

Sheina mengangguk dan sedikit menunjukkan ekspresi kecewanya.

Roswita paham betul bagaimana seorang anak yang merindukan ayahnya itu menahan rindunya dan memaksa untuk mengabaikan rindunya itu.

Kemudian Roswita pun membelai kepala Sheina dengan lembut, lalu ia pun menciuminya.

"Bunda seneng deh, sebentar lagi bakalan nimang cucu"

Sheina tersenyum "Seharusnya tuh bang Aldo luan yang ngasih cucukan Nda" ujar Sheina sembari menyindir Aldo.

Aldo menatap Sheina "Salah bunda sama ayah, kenapa nikahin anaknya cepet banget"

"Mana yang dinikahin yang masih muda lagi" Ujar Aldo tak mau kalah.

"Udah - udah, mending kita sarapan. Arga udah kelar shalat tuh" ujar Roswita ketika meliahat Arga melipat sajadah.

Baik Roswita dan Aldo, keduanya pun duduk di sofa.

"Shei makan apa?" tanya Sheina ketika sadar dirinya tidak diberikan bungkusan makanan.

Arga kemudian menghampiri Sheina lalu ia duduk di kursi samping ranjang "Kamu ga boleh makan makanan begituan. Tunggu bentar lagi, pasti suster bakalan bawain sarapan buat kamu"

"Tapi gue laper Ga" rengek Sheina.

"Dek, kok gitu ngomong ke suami?" tanya Aldo.

"Gitu gimana bang?"

"Pakai gue guean"

"Cemanalah, nyamannya kaya gitu"

"Tapi si Arga manggilnya kamu loh"

"Itukan Arga bukan adek"

"Udah Aldo biarin, itu urusan mereka" lerai Roswita.

"Tapi kan ga sopan"

"Ga sopan apaan, suka ati Sheina lah"
*suka ati = terserah

Saat Aldo hendak menjawab, Roswita dengan cepat melerainya kembali "Udahlah Aldo"

"Tapi ma..."

"Arga... sini makan dulu"

"Iya bunda sebentar lagi"

Sheina menghidupkan ponselnya, lalu ia melihat jam pada lockscreen ponselnya.

"Ga udah jam 06.45, buruan sarapan habis itu berangkat"

Arga menatap Sheina "Hari ini gue ga masuk, mau temeni lo"

Aldo menatap Roswita "Lah tadi kamu, sekarang gue lo"

"Bang Aldo bisa diem ga sih? makan aja sana"

Kemudian Roswita memukul pelan paha Aldo "Makan Do jangan ganggu mereka"

"Banyak yang jagai gue Ga..."

Arga memelankan suaranya agar tidak kedengaran oleh Aldo maupun Roswita.

"Gue mau liat sendiri gimana kondisi lo"

"Arga please, jangan karena kaya gini lo ninggalin sekolah"

Arga diam, ia tidak menggubris ucapan Sheina. Arga hanya menatap Sheina dengan dalam.

"Okay gini aja, kalau lo ga masuk... gue yang masuk"

Arga melebarkan matanya "Lo sadar ga sih sama kondisi lo?" kesal Arga.

"Gue tanya sama lo, lo sadar ga sama kondisi gue?"

"Ya sadarlah, ngapai gue disini kalau ga sadar"

"Terus lo sayang sama gue?"

"Harus banget di jawab? padahal lo udah tau jawabannya"

"Harus!" ujar Sheina dengan nada tegas.

"Sayang" 

"Kalau sayang, lo pasti ga bakalan tega liat gue masuk sekolah"

"Dan gue pasti ga bakal izinin" Ujar Arga.

"Kalau gitu, lo yang masuk. Kalau lo ga masuk, gue tetep bakalan masuk sekali pun semua orang ngalangi gue"

Arga diam, ia tahu betul bahwa istrinya ini memang keras kepala dan dia tidak pernah main - main dengan ucapan seriusnya.

"Okay gue ke sekolah"

Sheina tersenyum "Suami yang sholeh..."

Arga menatap Sheina sinis.

"Yaudah sana sarapan, terus berangkat"

"Gue nyuapin lo dulu, bentar lagi sarapan lo dateng"

"Ntar lo telat"

"Udah biasa, kalau yang ini jangan paksa"

Sheina menatap Arga, lalu mengangguk.

...

Arga kini berdiri di di samping ranjang Sheina, kemudian ia mengelus pucuk kepala Sheina. Arga berani melakukan hal itu karena Roswita dan Aldo sedang tidak ada di ruangan.

Kemudian Arga mengelus perut Sheina "Lo mau anak kita manggil apa ntar?" tanya Arga pada Sheina yang menatapnya.

"Lo maunya apa?"

"Gue ngikut lo aja"

"Bunda ayah?"

Arga mengangguk, lalu ia mengusap perut Sheina lagi "Anak ayah jangan nakal yah"

Sheina yang mendengar Arga mengucapkan hal itu merasa sedikit kikuk dan aneh.

"Ga..."

"Hm?" tanya Arga yang masih setia mengelus perut Sheina.

"Gue kok ngerasa aneh ya..."

"Aneh gimana?"

"Pas lo manggil diri lo sendiri ayah"

Arga kini berdiri dan menatap Sheina "Jadi lo maunya gue manggil diri gue apa? Nama?"

"Kan ga lucu kalau gue bilang, Anak gue jangan nakal yah" tambah Arga.

Sheina tersenyum "Iya juga ya, tapi keren loh"

"Keren apanya"

"Yaudah berangkat gih..."

"Bentar nunggu bunda, gue ga mau lo sendirian disini"

"Arga...."

Cup

"Morning kiss"

"Arga... lo liat keadaan juga dong, ini tuh rumah sakit"

"Bodo amat"

Kemudia Roswita pun memasuki ruangan dengan membawa sekantong buah.

"Assalammualaikum..."

"Waalaikumussalam"

"Arga buruan berangkat, nanti kamu telat"

"Iya bun, aku berangkat ya..."

Arga kemudian menyalam tangan Roswita lalu mencium kening Sheina.

"Arga... gue malu ada bundaa"

"Gapapa, bunda paham kok" sahut Roswita yang masih telah mendengar ucapan anaknya itu.

"Tuhkan, bunda aja paham"

"Yaudah aku berangkat ya bun... Assalammualaikum"Ucap Arga lalu berlalu.

"Iya hati - hati, Waalaikumussalam"

***

Kini ruangan kepala sekolah di penuhi dengan para siswa - siswi yang berkumpul di dekat jendela bahkan pintu.

"Ga...." panggil Rizky.

Arga terhenti lalu menoleh ke arah sumber suara.

Rizky kemudian menghampiri Arga yang berhenti di trotoar.

"Ga... gue denger Retista di keluarin dari sekolah karena lo"

Arga melihat Rizky dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Itu karena kesalahannya"

"Tapi anak - anak pada bilang Retista di keluarin karena lo"

Arga menghela nafasnya "Gue ga peduli"

"Tapi semuanya nyalahin Retista karena dia udah nyebar info ga pasti" 

Arga tidak menggubris ucapan Rizky, ia lebih memilih mengabaikan dan berlalu dari hadapan Rizky.

"Lanjutkan kesombongan lo dan setelah itu lo akan rasakan penderitaan" batin Rizky sembari ia tersenyum sinis.

Rizky kemudian pun berjalan menuju ruangan kepala sekolah.

Ruang Kepala Sekolah

"Kami tidak bisa mempertahankan putri ibu dan bapak untuk tetap sekolah disini"

"Pak saya mohon, apa tidak ada sp-1?"

"Ada, tapi tidak berlaku jika kesalahannya terlalu besar"

"Berapa pun biayanya akan saya bayar pak" ujar Papa Retista.

"Maaf tapi kami tidak menerima bayaran yang menyangkut hal ini"

"Permisi..."

Tampaklah seorang wanita yang memasuki ruangan tersebut.

Semua tampak hening, wanita itu duduk di sofa dengan sangat anggun.

"Bela, ada apa?" tanya Barizal.

"Sebelumnya saya minta maaf telah mengganggu waktunya"

"Pak bisa kenalkan saya ke mereka?" tanya Bela.

Barizal mengangguk "Dia anak yayasan pak buk"

"Anak yayasan!?"

"Iya buk"

Pinkan yang merupaka mama Retista, langsung menghampiri Bela.

"Nak tolongi Retista, tolong jangan keluarkan dia dari sekolah ini" tangis Pinkan.

Bela mengangguk "Gampang tante..."

Pinkan tersenyum senang.

"Tapi dengan satu syarat" ujar Bela.

"Apaa?"

"Retista harus berlutut di depan aku"

Semua yang berada di dalam ruangan saling pandang memandang.

"Nggak, gue ga mau!" hentak Retista.

"Okay, kalau begitu saya keluar. Pak, silahkan urus pengeluaran dia" ujar Bela tersenyum dan kemudian berdiri lalu berjalan.

"Tunggu...." ujar Pinkan.

Bela kemudian menghentikan langkahnya.

"Retista, cepat lakukan !!" tekan Pinkan.

"Ma, lebih baik anak kita di keluarkan dari pada harga dirinya di injak - injak!"

"Benar kata papa" ujar Retista.

"Diam kamu Tista!! Kamu tau, kamu di keluarkan bukan di pindahkan!!  Dan kamu akan ulang kelas sebelas lagi di sekolah mana pun"

Retista terbelalak "Pak...."

"Maka dari itu, cepat lakukan permintaannya atau kamu memang beneran mau tinggal kelas!!"

"Maa..." Rengek Retista.

"Cepat!!!"

"Pa...."

"Udah turuti aja sayang"

Retista diam lalu menatap Bela, Bela tersenyum dengan wajah sinisnya.

Retista menghela nafas kasar, lalu ia berjalan menuju Bela.

Bela tersenyum dengan bahagia, lalu Retista berjalan ke arah Bela dengan langkah terpaksa.

Saat langkah Retista sudah terhenti di depan Bela, Retista pun menatap Bela dengan tatapan tajam.

Bela menaikkan satu alisnya "Gue ga punya waktu banyak, mau ujian soalnya"

Retista menggeram dan menatap Bela sinis.

Kini Retista mulai menundukkan badannya perlahan hingga sampailah dia berjongkok.

Bela menyilangkan tangannya di depan dada dan tersenyum.

Lalu Retista menggeram di hati dan enggan untuk mengeluarkan sepatah kata pun.

"Buruan, gue ga punya waktu!!"

"Sabar" sahut Retista.

"Gue itung sampai 3, kalau lo...."

"Kak Bela...." panggil Retista memegang lutut Bela.

Bela merasakan bagian dari dirinya telah tersentuh. Hatinya kini puas, namun hatinya juga merasa bersalah.

"Gue mohon... Tolong jangan keluarkan gue dari sekolah ini"

Bela melepaskan tangan Retista yang memegang lututnya dengan lututnya sendiri.

Saat lengan itu terlepas Bela kemudian berlalu, namun sebelum ia benar - benar pergi "Pak, beri dia SP-2"

Barizal hanya mengiyakan semuanya.

Kedua orang tua Retista menghela nafasnya legah.

"Baik, kamu akan saya beri SP-2 dan akan saya skors selama seminggu"

"Makasih pakk" ujar Pinkan dengan senang.

"Ma... SP-2" ujar Retista.

"Gapapa yang penting kamu ga dikeluarkan"

Retista mendengus dengan wajah pasrah pula.

"Baik, kalau begitu saya akan buatkan suratnya" ujar Barizal yang langsung melakukan hal tersebut.

"Liat aja lo Bela, ga akan gue biarkan lo hidup tenang" batin Retista menggeram.

....

"Bela..."

Nama yang terpanggil pun menoleh sedikit ke belakang.

Kemudian seorang lelaki menghampirinya dengan langkah ringan dan ekspresi wajah yang datar.

"A..aarga"

Arga menatap Bela dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Lo keren" ujar Arga tersenyum.

"Makasiih" jawab Bela pula dengan senyuman.

"Tapi aku ngerasa itu salah"

"Lo bener buat orang yang salah" ujar Arga masih tersenyum dan memainkan dua alisnya.

Bela masih tersenyum, kini keduanya berjalan beriringan.

"Gimana hubungan kamu?"

"Hubungan?" tanya Arga bingung.

Bela mengangguk "Sama Sheina"

Kini Arga tersenyum "Awalnya gue fikir, lo ga bakal pergi dari hati gue. Awalnya gue fikir Sheina cuma pelampiasan gue...."

Arga semakin mengembangkan senyumnya.

"Terus sekarang kamu bucinnya dia?"

"Lebih dari itu, gue bener - bener sayang sama Sheina... Gue rasa hidup gue ga ada artinya tanpa dia"

Ntah mengapa hati Bela merasakan rasa sakit, namun Bela tetap menunjukkan ekspresi biasa saja.

"Pasti Sheina lebih baik ya dari aku?" tanya Bela sembari tersenyum.

Arga mengangguk.

Hati Bela rasanya semakin hancur mendapatkan jawaban itu.

"Tapi lo juga baik dan lo orang yang udah ngebuat gue jadi dewasa, lo juga yang udah ngebuat gue untuk berfikir dua kali dalam bertindak" jelas Arga.

Bahkan dalam keadaan Arga memuji Bela, Bela tidak merasakan bahagia sedikit pun.

"Em makasiih" jawab Bela tersenyum paksa.

"Yaudah kalau gitu aku luan yah" tambah Bela.

Arga mengangguk.

"Bel..."

Bela menatap Arga sebelum beranjak.

"Lo hari ini ujian?"

Bela mengangguk.

"Semangat..." ujar Arga dengan mengepalkan kedua tangannya dan menggantung di udara.

Bela tersenyum "Makasih Arga"

Kemudian Bela pun meninggalkan Arga.

***

"Anjing Bela malu - maluin guee" kesal Retista memukul pagar sekolah.

Retista hendak pulang, namun ia masih menunggu orang tuanya yang mengurus beberapa yang harus di urus mengenai surat peringatan Retista.

Kemudian satu tangan menggantung di udara dengan air mineral yang di genggamnya.

Retista melihat siapa pemilik dari tangan itu.

"Nih, biar otak lo bisa fresh"

Retista mengambil air mineral itu dengan sedikit emosi.

"Gimana tadi?"

"Apaan sih? Bukan urusan lo!" geram Retista.

Ia tersenyum miring "Gue tadinya berharap lo keluar, tapi si Bela udah nolongin luan"

"Pergi lo!!"

"Gue ingetin sama lo!! Ini baru permulaan, kalau lo melakukan hal yang lebih parah lagi terutama sama Sheina... Liat aja apa yang akan gue lakukan ke lo!!"

Retista tersenyum "Gue ga takut sama lo Arga!!!"

Arga tersenyum miring lagi, lalu ia pun pergi meninggalkan Retista.

Tidak lama setelah kepergian Arga, seseorang yang di tunggu - tunggu oleh Retista pun datang, dia Rizky.

"Kenapa muka lo!!"

"Dari mana aja sih!?"

"Gue habis dari toilet"

"Minta minum lu gue haus" ujar Rizky sembari merampas botol tersebut dari tangan Retista.

"Dari Arga"

Rizky melirik Retista sembari meminum air mineral tersebut.

"Kok bisa?"

"Dia tadi nemui gue, ngasih ini dan ngancem gue" ujar Retista sembari menunjuk air mineral yang di pegang Rizky.

Rizky tertawa sarkas "Dan lo nerima minuman ini?"

Retista mengangguk.

"Lo ga takut dia ngasih sianida?"

"Gue lebih takut kalau dia sakit hati"

"Re!!!" bentak Rizky sembari menyampakkan botol air mineral yang ia pegang tersebut dengan kasar.

Retista terkaget "Lo kenapa?"

"Lo memang udah gila kali ya...."

"Lo seharusnya sadar, dia udah ngebuat lo sehina ini di depan semua orang yang ada di sekolah ini"

"Gue sadar"

"Terus kenapa lo masih mikirin hati dia!!??"

"Karena gue cinta sama dia Ky"

Rizky menggeleng "Ga bener otak lo ini"

"Gue ga mau tau ya Re, pokoknya dalam waktu setengah bulan lo udah harus lupain Arga dan mikirin dendam lo!" geram Rizky.

"Tapi gue..."

Rizky kemudian pergi meninggalkan Retista.

"Ga bisa lupain Arga secepat itu" lanjut Retista setelah Rizky sudah pergi.

------

Haiiii....

Ah gw minta maaf guys, karena udh telat up...

Skrg gw udh lmayan senggang, jd In syaa Allah bakaln sering up.

Gw minta maaf  bangett ya udh buat kalian nunggu terlalu lama 😦🙏🙏

Next time, In Syaa Allah ngeupnya cepet.  Tp gw blum bs mastiin harinya kapan....

Semoga kalian slalu stay dsini yaaa, thanks a lot guysss❤❤

Jgn lupa vomment, karna ini buat saia semangatt .....








Continue Reading

You'll Also Like

61.1K 3.5K 48
*cerita masih lengkap* Nyatanya yang pergi tak akan kembali dan yang ada tak mesti sama. Ini tentang bertahan, sejauh mana hati dan seisinya bertahan...
53.6K 7K 16
[Suna Rintarou x Reader; Slight! Miya Atsumu] Sequel: Lebih dari Egoku Tahun terakhir di SMA Inarizaki, ia tidak boleh bertindak ceroboh. Perlahan t...
1.5K 202 91
Huruf demi huruf,kata demi kata,baris demi baris,hingga bait demi bait yang ku persembahkan untukmu.Untukmu yang pernah mengisi hatiku.Pernah menjadi...
8.8K 436 54
" Ardhya Aisha, gadis biasa yang harus menjalani liku-liku hidup yang seakan tak berpihak padanya. Hingga suatu hari, segala kesedihan itu pun bergan...