Our Crazy Wedding

By MatchaNam

238K 13.1K 1.1K

[Sebelum membaca, alangkah lebih baiknya follow dulu. Thanks] Cover by Fella Adelia #1 kategori duty (10jan20... More

Prolog
⚫01⚫
⚫02 ⚫
⚫03⚫
⚫04⚫
⚫05⚫
⚫06⚫
⚫07⚫
⚫08⚫
⚫09⚫
⚫10⚫
⚫11⚫
⚫12⚫
⚫13⚫
⚫14⚫
⚫15⚫
⚫16⚫
⚫17⚫
⚫18⚫
⚫19⚫
⚫20⚫
⚫21⚫
⚫22⚫
Cast
Info!!
⚫23⚫
⚫24⚫
⚫25⚫
⚫26⚫
⚫27⚫
⚫28⚫
⚫29⚫
⚫30⚫
⚫31⚫
⚫32⚫
⚫33⚫
Info
⚫34⚫
⚫35⚫
⚫36⚫
⚫37⚫
⚫38⚫
⚫39⚫
⚫40⚫
⚫42⚫
⚫43⚫
⚫44⚫
⚫45⚫
⚫46⚫
⚫47⚫
⚫48⚫
⚫49⚫
⚫50⚫
⚫51⚫
⚫52⚫
⚫53⚫
⚫54⚫
⚫55⚫
Seru2an Bareng Yuks!!
Q n A (Answer)
Extra Part
Surat dari Sheina.
Extra Part 2
Hii!!
Info
Saquel cerita ini
Sudah Terbit

⚫41⚫

4.1K 250 21
By MatchaNam

Vote & Comment

Kini rumah minimalis milik Arga sudah di penuhi dengan suara tawa atau sekedar berbincang ria.

"Lo tau Shei, muka Retista waktu mohon - mohon asli jelek banget" ujar Dinda sembari tersenyum.

Sheina tersenyum ringan "Ntah kenapa gue ga seneng denger kabar ini" ujar Sheina melambangkan ke khawatiran hatinya.

Arga dan Dimas yang sedang tertawa kini terhenti tiba - tiba dan menatap Sheina.

Lalu Dinda, ia kini memperhatikan Sheina dengan bingung.

"Kenapa Shei?" kini Dimas mulai bersuara.

"Ga tau kenapa feeling gue ngatain bakal ada sesuatu yang lebih buruk dari ini" jawab Sheina.

"Maksudnya?" tanya Arga.

Tiba - tiba saja kepala Sheina merasakan pusing yang teramat.

Lalu tangannya memegang perut dan menahan rasa sakit.

"Arga..." panggil Sheina dengan khas orang kesakita.

"Shei...shei, sayang kamu gapapa?"

"Perut aku sak...kitt"

"Mas buruan siapin mobil"

"Mau kemana?"

"Kita kerumah sakit"

"Tapikan Sheina..."

"Buruan!!" bentak Arga.

Dimas menghela nafas kasar lalu ia beranjak.

"Din, tolong lo siapin beberapa pakaian Sheina yang di kamar"

Dinda masih terdiam.

"Buruan Din!!"

Dinda mengangguk lalu ia pun beranjak ke kamar Sheina dan Arga.

Sheina meremas pakaian yang menutupi perutnya. Lalu tangan kirinya meremas lengan Arga.

"Sebentar sayang.... Aku tau kamu kuat"

"Ga...guee...akhh"

Keringat sudah membasahi wajah Sheina, mata memerah ingin menumpahkan cairan.

Lalu kemudian mobil yang Dimas siapkan menlakson.

"Dindaa!!!"

"Iya gue udah kelar"

Kemudian Dinda berlari pelan menuruni anak tangga.

Dengan cepat Arga menggendong Sheina untuk di bawa ke dalam mobil milik Arga.

***

Hati yang kacau adalah umpan yang tepat untuk memancing sebuah amarah.

Kini Retista dan Rizky sedang duduk di taman belakang rumah Retista.

"Buat apa lo kemari?"

Rizky menatap Retista "Buat apa?"

Kemudian mata yang tadinya menatap ke arah rerumputan kini menatap ke dua bola mata Rizky.

"Urusan kita udah kelar, besok gue akan pindah sekolah"

Rizky tersenyum dan sedikit tertawa "Terus lo sedih?"

Retista membelalakkan matanya.

"Ini semua karena ulah lo juga!! Dan lo bisa ketawa!!??" bentak Retista.

"Hm maaf"

Kemudian Rizky mulai memasang wajah serius "Gue mau bicara serius Re"

"Apa lagi Ky? Lo juga yang ikutan tapi gue yang nanggung semua"

"Dan gue ga akan ngebiarin lo nanggung semua"

"Gue adalah pecundang kalau benar melakukan itu" sambung Rizky.

"Terus lo mau apa?"

"Kalau masalah tanggung jawab, gue akan tanggung jawab sama semuanya. Buat apa gue dateng kalau bukan untuk tanggung jawab"

"Udah intinya, gue lagi males basa - basi"

Rizky mengangguk "Saran gue, lo ga perlu sedih cuma karena di pindahkan sekolah. Lo tau, sekolah kita ga akan bilang ke semua sekolah kalau lo pembuat onar"

"Tapi alasannya gue di D.O Rizky!!"

"Zaman sekarang semua serba uang, lo tinggal cari sekolah swasta yang lebih elite"

"Udah lo ga perlu mikiran itu" tambah Rizky.

"Sekarang gue tanya, apa lo mau diam aja atau mau ngebales Arga?" tanya Rizky.

"Maksud lo?"

"Gini, lo masih inget kan perjanjian awal kita"

"Perjanjian kalau setelah rencana gue berhasil, gue harus ngebantui lo juga supaya rencana lo juga berhasil"

Rizky memetik jar telunjuk dan tengahnya "Yapss"

"Dan lo tau apa rencana gue?"

Retista mengangguk "Ya ga lah, kan emang lo ga akan bilang sebelum semua rencana gue berhasil"

"Dan sekarang waktu yang tepat!"

"Apa rencana lo?"

Rizky tersenyum kemudian ia pun mendekatkan bibirnya ke telinga Retista.

Retista mendengarkan semua ucapan Rizky dengan baik.

Lalu matanya terbelalak "Ky, lo ga lagi bercanda kan?"

"Emang gue pernah bercanda sama lo?"

Retista menatap lurus ke arah Rizky "Ky, tapi rencana lo ini ga bener"

"Emang lo fikir rencana lo bener?"

"Tapi lo lebih ke kri..."

"Ssssttt, sekarang gue tanya lo bakal bantuin gue kan?"

Retista menghela nafas.

"Gue tak..kut"

"Lo aman Re"

"Apa jaminan lo?"

"Diri gue, laporkan gue aja"

"Tapi gue ga bisa..."

"Lo ga bisa karena lo masih sayang sama Arga?"

Retista mengangguk pelan.

"Lo masih sayang ketika lo udah di permaluin bahkan lo terancam bakalan di keluarin besok!"

"Itu bukan salah Ar..."

"Stop belain dia, lo harus liat dari sudut pandang kegelapan bukan cahaya"

"Kalau lo liat dari cahaya,  semua bakalan benar tapi kalau dari kegelapan...."

"Semua bakalan salah" tambah Retista.

"Bukan, lo salah definisi"

Retista menatap Rizky bingung "Sesuatu yang terlihat benar terbukti bersalah" tambah Rizky.

"Lo bayangin nanti setelah lo pindah lo bakalan di tanya sama tetangga dan yang malu juga keluarga lo. Arga bahagia, tapi lo terpuruk"

Retista semakin merasa dia terpojokkan.

"Lo juga harus bahagia Re, misalnya lo bahagia melihat kehancuran Arga"

"Dendam lo harus lebih kuat dari pada rasa sayang lo" tambah Rizky.

"Gue akan fikirkan"

"Ga ada waktu Re, mau ga mau lo harus tetap bantui gue. Itu udah rencana awal, dan gue janji bakalan bantui lo supaya tetap bertahan di sekolah"

Retista menatap Rizky sendu "Tapi jangan bawa - bawa gue kalau lo ketauan"

"Aman"

"Hm okay gue bakalan bantui lo"

Rizky tersenyum "Harus"

"Kapan?"

"Gue akan atur dan setelah itu gue kabari lo. Lo cuma diam dan duduk manis" ujar Rizky meyakinkan.

"Terserah lo, gue males mikir"

Rizky mengangguk.

***

Kini tubuh Sheina terbaring di ranjang rumah sakit, sudah ada selang infus yang menempel di tangannya.

"Kenapa lo berdua ga bilang ke gue kalau Sheina hamil!!" ujar Dinda kesal.

"Bener kenapa lo ga bilang ke kita?" tambah Dimas.

"Gue fikir waktunya belum tepat"

"Dan sekarang lo liat? Dan lo masih ingetkan kata dokter tadi, telat sedikit aja gue bisa kehilangan calon ponakan" ujar Dinda kesal.

"Lo fikir cuma lo yang kehilangan!!" marah Arga.

"Udah udah, ga usah ribut. Sekarang lo telepon keluarga lo dan bilang Sheina di rawat" lerai Dimas.

"Bilang juga kalau keadaannya ngedrop" tambah Dimas.

"Gue ga setuju sama yang kedua Mas"

"Ga!!" tegas Dinda.

"Lo mau sampai kapan nutupi semuanya?"

"Lo ga paham keluarga kita Din"

"Gue emang ga tau keluarga lo berdua, tapi kalau lo diem dan ga bilang gimana kondisi Sheina, semua bisa berakibat fatal"

Arga menghela nafas kasar.

"Menurut gue memang lo harus bilang Ga" tambah Dimas.

"Hm okay gue akan bilang, tapi kita harus janji jangan kasih tau Sheina"

Baik Dinda maupun Dimas keduanya terdiam dan saling menatap.

"Gimana kalau keluarga lo atau keluarga dia yang bilang?" tanya Dimas.

Arga menggeleng "Gue bakal bilang ke mereka juga buat rahasiain kondisi Sheina ke mereka"

"Terus gimana kalau Sheina nanya?" tanya Dinda.

"Kita buat Sheina untuk ga nanya"

"Okay kita rahasiain" putus Dimas.

"Terserah, yang penting Sheina aman" tambah Dinda.

"Selama ada gue Sheina tetap akan aman" ucap Arga pasti.

Dimas dan Dinda pun mengangguk.

"Semoga aja" tambah Dinda.

"Yaudah kalian masuk dulu, gue mau ngabari keluarga" ujar Arga.

Dinda dan Dimas mengangguk, lalu masuk.

....

Dinda duduk di kursi yang berada di samping ranjang kamar rumah sakit tersebut sementara Dimas berdiri di samping Dinda.

"Shei..." panggil Dinda lirih sembari memegang tangan Sheina.

"Bangun dong Sheiii gue sedih liat lo begini"

Dimas mengusap bahu Dinda.

"Sheina bentar lagi gue punya ponakan, ga nyangka bangett"

Kemudian pintu ruangan itu terbuka dan memperlihatkan Arga.

Arga lalu mendekat dan Dinda pun beranjak dari kursi tersebut.

"Bentar lagi keluarga gue dateng" ucap Arga.

"Ntar malem Bunda sama kak Aldo dateng" tambah Arga.

"Lo berdua bisa pulang"

"Kita bakal pulang setelah nyokap lo sama kak Andin dateng" tambah Dimas.

"Gimana kamu bisa Din?"

Dinda mengangguk "Aku bisa, tadi aku juga udah ngabari mama"

"Biar aku aja yang telfon mama, soalnya kan aku yang bawa kamu"

Dinda tersenyum "Ga usah sayang, mama udah izinin kok"

"Hm yaudah"

Dimas dan Dinda duduk di sofa ruangan, sementara Arga masih setia duduk di samping istrinya.

"Sayang... Kamu kuat, aku tau"

"Cuma lima hari kok kamu di rawat, setelah itu kamu bisa beraktivitas lagi"

Setelah beberapa menit, Alice dan Andin pun datang.

"Sheina..." panggil Alice yang langsung mendekat ke arah Sheina dan diikuti oleh Andin.

"Ya Allah kenapa sama menantu mama?" tanya Alice.

"Ma tenang, Sheina udah mendingan"

"Tapi dia kenapa?"

"Dia ngedrop ma"

"Ngedrop? Kok bisa?"

"Kata dokter karena banyak fikiran, dia ga boleh banyak fikiran"

"Ya Allah Sheina"

"Terus kamu sudah kabari pihak keluarganya?" tanya Andin.

Arga mengangguk.

"Tante" sapa Dimas yang di sampingnya diikuti oleh Dinda.

Alice hanya menjawa ya dan sedikit bingung.

"Dimas ma, anak Pak Alex" ujar Arga.

"Alexio Andreas?" tanya Alice.

Dimas mengangguk dan tersenyum "Iya tante"

"Astagaa sudah sangat besar"

Dimas hanya tersenyum "Tante apa kabar?"

"Alhamdulillah tante sehat"

"Em Alhamdulillah, tante kita berdua mau pamit"

"Eh ini siapa?"

"Saya Dinda tante, teman sekelas Sheina sama Arga"

"Sahabat Sheina ma" tambah Arga, melihat ekspresi bingung Alice.

"Ooo, iya - iya.  Yaudah kalau mau pulang karena ini juga hampi senja"

"Iya tante, kami izin pamit ya"

"Iya sayang, hati - hati ya kalian"

"Baik tante"

"Kirim salam ya sama orangtua kamu Dimas" ujar Alice.

"Iya tante, kalau gitu kita pamit"

Alice mengangguk.

Dimas dan Dinda pun menyelami Alice dan Andin.

"Ga kita balik"

Arga mengangguk.

"Kabari kalau Sheina udah bangun" tambah Dinda.

"Iya"

Kemudian Dinda dan Dimas pun berjalan ke luar ruangan.

--------

Akhrinya gue up...

Maaf buat kalian nunggu lama 🙏🙏🙏

Semoga kalian masih tetep stay dan tetep suka sama cerita ini.

Btw, kalian sedih ga sih liat kondis Sheina kaya gini? Hehehe cuma nanya doang.

Jangan lupa vommentnya ya, buat aku makin semangat nulisnya makasiiih ❤❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 118K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
475K 17.5K 43
Kisah cinta yang memberikan rasa bahagia,hingga maut memisahkan... Seorang Alvaro Habibi yang mampu menaklukkan hati seorang dokter,yang begitu angg...
1.3M 97.3K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
5.7K 304 50
Adriana Parveen,seorang gadis yatim piatu yang tumbuh dan dewasa di sebuah Panti Asuhan.Hidup tanpa kedua orang tua menjadikannya perempuan yang mand...