Oneshoot Twoshoot Binhwan

Da bubblelate

1.8K 184 53

Kumpulan cerita pendek Hanbin x Jinhwan Yaoi Bxb #29 - songyunhyeong #96 - songyunhyeong #41 - songyunhyeong ... Altro

Tangkai Mawar
Waiting For You (1)
Waiting For You (2)
Waiting For You (End)
Please Don't Forget Me
남자 친구
Musuhku, Pacarku (1)
Musuhku, Pacarku (End)
NEW !!!

Destiny

148 16 7
Da bubblelate


Pertemuan dan perpisahan itu datang begitu saja. Tanpa adanya rencana dan tanpa ada seorang pun yang tahu. Termasuk dengan kedua manusia ini.

Mereka dipertemukan dengan ketidaksengajaan yang dinamakan oleh keduanya sebagai takdir. Takdir yang sama sekali tidak bisa dihindari.



Hari itu awan hitam bergerumul mendung. Bahkan rintikan hujan sudah mulai turun ke bumi dengan cukup deras.

Laki-laki yang  bernama Kim Jinhwan  beberapa kali mendesah. Hari sudah hampir malam tetapi ia masih terjebak di halte bus ini. Sendirian dan kedinginan.

Sudah sejak tadi kedua tangannya memeluk dirinya sendiri. Bibirnya sudah terlihat pucat. Rambutnya yang rapi juga sudah mulai lepek karena terkena rintikan hujan beberapa saat yang lalu ketika ia berlari ke halte ini. Ia mengutuk nasib sialnya hari ini yang dirasakan seperti tidak ada habisnya.

Ia terpaksa harus tinggal di sekolah lebih lama untuk menyelesaikan tugasnya yang harus dikumpulkan keesokan harinya. Sekarang ia harus menunggu bus yang belum tentu ada atau tidak, dengan cuaca buruk seperti ini. Sialnya lagi ia sama sekali tidak membawa jas hujan ataupun payung.



Disela kekhawatirannya, ia mendengar suara langkah kaki terburu-buru menuju halte. Dari ekor matanya ia dapat melihat seorang laki-laki yang duduk di sebelahnya. Laki-laki itu menyeka rintikan hujan yang menempel pada mantelnya dan setelah itu Jinhwan mengalihkan perhatiannya dari laki-laki di sampingnya.


"Kau menunggu bus?"


Jinhwan mendengar laki-laki itu bertanya. Tetapi ia tidak tahu apakah pertanyaan itu ditujukan kepadanya atau bukan. Takutnya jika ia menjawab ternyata pertanyaan itu bukan untuknya, ia akan malu setengah mati. Jadi ia memilih diam.



"Hei," pundaknya merasakan ada sebuah tangan yang mendarat. "Aku bertanya kepadamu."
"Oh eh aku?" JInhwan menunjuk dirinya sendiri. Laki-laki di sampingnya ini tertawa.
Jinhwan mengerutkan keningnya tidak suka, "Apakah ada yang lucu?"
"Tentu saja!" katanya masih tertawa. "Kau sangat lucu saat merespon pertanyaanku."
"Jangan tertawa! Aku bukan pelawak!" pekik Jinhwan kemudian. Ia membatin betapa tidak sopannya laki-laki di sampingnya ini. Menertawakan seseorang yang bahkan tidak dikenalnya.


Perlahan laki-laki itu menghentikan tawanya lalu tersenyum penuh arti kepada Jinhwan.


"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud." katanya.
Jinhwan mengangguk-anggukan kepalanya dan kembali mengalihkan perhatiannya selain pada laki-laki disampingnya.

Laki-laki itu kembali tersenyum beberapa saat lalu dengan cepat ia melepaskan mantelnya, "Ini."
Jinhwan menoleh, "Apa ini?"
"Mantel. Pakailah, aku tidak yakin hujan ini akan berhenti dalam waktu dekat. Aku juga tidak yakin akan ada bus yang lewat di jalan yang lenggang seperti ini."
Jinhwan menggigit bibir bawahnya. Ternyata laki-laki ini cukup baik dan cukup sadar dengan keadaan seperti ini.


"Ambillah." Laki-laki itu masih bertahan dengan menyodorkan tangannya yang memegang mantel.
"Aku-"
"Ambillah. Aku sama sekali tidak menerima penolakan!" ada nada ketegasan yang terdengar dari mulut laki-laki itu.
Jinhwan menerima mantel itu dengan ragu. Ia melihat wajah lelaki di depannya yang tersenyum meyakinkan.


"Bagaimana dengan kau?" tanya Jinhwan, tersirat rasa khawatir dan tidak enak dari pertanyaannya.
"Tenang saja, kau jangan mengkhawatirkan aku." kata lelaki itu kembali meyakinkan. "Pergilah dan hati-hati."
Jinhwan tersenyum membalas semyuman laki-laki asing yang baik padanya ini.
"Terimakasih. Aku harap kita bisa bertemu lagi untuk mengembalikan mantelmu."
"Aku juga berharap kita bisa berjumpa lagi. Sekarang pergilah sebelum ada badai." 

Jinhwan mengangguk dan mulai memakai mantel laki-laki itu yang kebesaran di tubuhnya. Mantel itu tahan air dan cukup hangat.

Ketika Jinhwan sudah berjalan, lelaki itu memanggilnya. Jinhwan menoleh.
"Namamu siapa?" teriak laki-laki itu.
"Jinhwan, Kim Jinhwan. Dan kau?" Jinhwan tidak kalah keras saat berteriak.
"Aku Kim Hanbin. Senang berkenalan denganmu dan sampai jumpa." Laki-laki itu kembali memamerkan senyum menawannya dan melambaikan tangan riang kepada Jinhwan.
Jinhwan tersenyum dan balas melambai singkat lalu kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti.






-








Keesokan harinya ketika  Jinhwan baru saja turun dari bus di halte, ia melihat laki-laki yang menolongnya itu sedang bersender di tiang halte. Tanpa sadar Jinhwan tersenyum.


Laki-laki itu, Kim Hanbin, menegakkan tubuhnya ketika sadar seorang namja yang ditunggunya sudah datang. Senyumnya mengembang, ia pun menghampiri Jinhwan.


"Selamat pagi!" sapa Hanbin kelewat ceria.
Jinhwan mengangguk dan membalas sapaan pagi Hanbin. Senyumnya masih bertahan di bibirnya sejak tadi.
"Oh, ini mantelmu." Jinhwan memberikan paper bag kepada Hanbin.
Tetapi Hanbin malah mendorong paper bag tersebut dan berkata, "Untukmu saja. Anggap sebagai kenang-kenangan dariku".
"Waeyo?" Jinhwan tentu saja mengerutkan dahinya. Perkataam Hanbin tersirat kesedihan yang luar biasa meskipun laki-laki itu menyembunyikannya dengan senyuman.
"Tidak apa-apa. Um, mau menemaniku membolos?"
"Eh?"
Terlambat. Sebelum ia memberikan protes, tangannya sudah ditarik oleh Hanbin. Membawanya untuk menaiki bus lagi.





Keduanya duduk bersebelahan. Hanbin memperhatikan Jinhwan yang masih kebingungan. Sadar akan tatapan Hanbin kepadanya, ia menunduk. Ia sangat salah tingkah. Selama ini ia tidak pernah ditatap seperti ini, tatapan yang penuh makna salah satunya kekaguman, mungkin.




Hanbin membawanya ke danau yang sangat indah. Ia terkagum-kagum, ia tidak tahu bahwa ada danau sebagus ini di kota tempat ia tinggal.

"Kau terlihat baru pertama kalinya ke sini." Hanbin terkekeh.
"Memang." balas Jinhwan yang masih terkagum-kagum.
Hanbin menghentikan kekehannya dan memekik, "Jinjja?"
"Ya aku tidak bohong dan terimakasih untukmu karena telah membawaku kesini."
Hanbin mengangguk, "Ku harap kau tidak akan bosan untuk datang ke sini."
"Tentu saja." kata Jinhwan bersemangat.
"Ayo berkeliling. Akan aku tunjukkan hal-hal indah kepadamu."



Lalu keduanya berjalan beriringan untuk melihat keindahan danau dan sekitarnya. Mereka juga tidak melewatkan untuk berperahu ke danau atau pun bermain permainan air yang memang disediakan.


Tawa keduanya mengiringi kebersamaan mereka. Mungkin orang-orang beranggapan mereka adalah teman yang sudah berteman lama atau mungkin mereka dianggap sebagai pasangan kekasih namun kenyataannya adalah mereka yang sama-sama orang asing di pertemukan dengan ketidak sengajaan.





Setelah puas bermain dan berjalan, mereka memutuskan beristirahat di sebuah cafe yang masih berada di area tersebut.

Mereka duduk berhadapan dan saling memperhatikan. Ada beribu makna dalam tatapan mereka. Ada kebahagiaan juga yang secara tidak langsung mereka sampaikan kepada satu sama lain.


"Terimakasih sudah membawaku pada keindahan di sini." Jinhwan memecah keheningan.

Hanbin mengangguk dan tersenyum. Kedua tangannya menarik kedua tangan Jinhwan yang berada di atas meja lalu mengelusnya. Jinhwan tentu saja terkejut. Jantungnya bahkan tiba-tiba saja berpacu sangat cepat.

"Terimakasih juga karena sudah menjadi temanku. Aku sangat senang berkenalan denganmu." kata Hanbin.


Jinhwan bingung dengan maksud laki-laki yang menyentuh tangannya ini namun ia menutupinya dengan senyuman dan mengangguk.



-





Setelah hari itu keduanya semakin dekat. Hanbin akan menunggu kepulangan Jinhwan di halte tempat pertemuan pertama mereka dan Hanbin akan langsung membawanya ke tempat-tempat yang menakjubkan.

Keduanya semakin mengenal satu sama lain dengan mendalam. Tanpa sadar keduanya telah menumbuhkan bibit cinta di masing-masing hati mereka.

Namun, ada hari dimana Jinhwan sama sekali tidak menemukan Hanbin yang bersender di tiang halte dan tersenyum ketika melihat dirinya menghampiri lelaki itu. Tentu saja ia kecewa. Sebelumnya, setiap hari Hanbin memang akan menunggu kepulangannya.

Itu berlaku juga untuk hari-hari berikutnya. Ia sama sekali tidak bisa menemukan batang hidungnya yang seolah hilang ditelan bumi. Ia berusaha menyingkirkan spekulasi negatif dari pikirannya dan menanamkan hal-hal positif tentang kenapa Hanbin tidak datang.


Hingga tiba hari dimana ia dikejutkan oleh seorang lelaki berjas dan satu orang wanita yang sudah menunggunya di halte.

Setelah menanyakan namanya, wanita paruh baya itu tiba-tiba memeluknya dan terisak. Jinhwan tidak bisa berkata apa-apa. Ia masih terkejut karena kedatangan kedua orang yang tiba-tiba datang.

Wanita itu melepaskan pelukannya dan menyeka tangisnya lalu tersenyum.

"Aku ibu Hanbin dan ini ayah Hanbin."



Oh, keluarga Hanbin. Ada apa mereka bertemu dengannya lalu di mana Hanbin? -Batin Jinhwan



"Ada hal yang harus kita bicarakan. Maukah kau ikut dengan kami?" kata Ayah Hanbin.


Hal yang harus dibicarakan? Apa ada hubungannya dengan Hanbin? -batin Jinhwan 


Tiba-tiba saja perasaannya tidak enak. Ia berharap tidak terjadi apa-apa dengan Hanbin. Akhirnya ia mengangguk menyanggupi permintaan ayah Hanbin.


Keluarganya membawa ke pemakaman umum. Ia mengerutkan dahinya bingung dan perasaannya semakin tidak enak saja. Jantungnya semakin berpacu cepat.

Lalu ia sampai pada sebuah nisan yang terlihat masih baru. Yang membuatnya terkejut adalah nama yang tertera di nisan tersebut.

Air matanya bergerumul di sudut matanya, siap tumpah kapan saja. Ia menahannya dan menoleh kepada keluarga Hanbin.

"A..ap..pakah ini Hanbin?" katanya terputus-putus dengan suara bergetar. Ayah Hanbin mengangguk sementara Ibu Hanbin sudah kembali terisak dipelukan ayah Hanbin.

Ia sendiri merasakan tohokan yang sangat keras di relung hatinya. Air matanya sudah tidak tertahan lagi. Ia menangis dalam diam.


Jinhwan bersimpuh dan menyentuh nisan itu. Beberapa kali ia menggumamkan nama Hanbin. Ia juga memeluk nisannya. Disela tangisnya, terputar kembali kenangannya bersama Hanbin. Jadi ini alasannya Hanbin tidak menemuinya kembali dan ini pula alasannya Hanbin memberi mantelnya kepada dirinya dan berkata sebagai kenang-kenangan karena lelaki itu tahu bahwa umurnya tidak akan lama.

Jinhwan merutuki dirinya sendiri, jika tahu bahwa Hanbin akan meninggalkannya jauh seperti ini, ia akan mengatakan perasaannya kepada laki-laki itu dan menemani sisa-sisa hidupnya.\



Beberapa saat kemudian ibu Hanbin menghampiri dirinya dan memeluk lagi. Jinhwan membalas pelukan itu dan berusaha saling menguatkan.

Ibu Hanbin melepaskan pelukannya, ia tersenyum disela tangisnya. Jemarinya mengusap air mata di wajah Jinhwan.

"Kau laki-laki, tapi cantik, juga baik, pantas Hanbin menyukaimu. Awalnya aku menolak dan marah ketika Hanbin mengatakan menyukai seorang pria, tapi Hanbin selalu nmengatakan, jika ia bersamamu, ia merasakan kebahagiaan. Akhirnya aku pun luluh, dan menerima kenyataan bahwa Hanbin menyukai mu." Ucap ibu Hanbin.

Sebuah fakta yang membuat Jinhwan terkejut. Ternyata Hanbin menyukainya dan ini semakin membuat dirinya menyesal.

Tiba-tiba tangannya diraih Ibu Hanbin yang memberikan sebuah amplop berwarna biru kepadanya.

"Ini surat dari Hanbin. Ini satu-satunya hal yang bisa ia lakukan ketika ia berbaring di rumah sakit dan menitipkan kepadaku agar memberikannya kepadamu."
"Hanbin sakit?" tanya Jinhwan dengan bergetar.
"Ya, kanker otak stadium akhir," kata Ibu Hanbin. "Beberapa hari sebelum mengenalmu, Hanbin sudah putus asa untuk hidup. Ia bahkan kabur dari kemoterapinya di hari ia bertemu denganmu. Aku bersyukur karena setelah bertemu denganmu, ia menjadi ceria dan mempunyai semangat hidup. Ia berkata bahwa kau adalah teman sekaligus cinta pertamanya."

Hati Jinhwan tentu saja sakit mengetahui kenyataan tentang Hanbin. Laki-laki itu menyembunyikan kesedihan dan kesakitannya dibalik tingkah cerianya.


Dipeluknya surat dari Hanbin. Ini adalah kenangan yang Hanbin tinggalkan selain mantel dan momen indah bersana lelaki itu. Ia akan menyimpan perasaan cintanya kepada Hanbin di ruang hatinya dan akan selalu tersimpan dan terkenang. Ia berjanji kepada dirinya sendiri.









E

N

D





Annyeong. Gimana kabarnya? masih baik? Semoga selalu baik😊

Maapin kl ceritanya pendek, terus gajelas:( Trs disini aku gangasih tau isi surat hanbin gimana, krna aku gamau semakin sedih. Ini aja aku ngetik gemeteran. Mianhae.. Semoga kaliann suka:))

Maaf atas ketypoan atau salah nama:) karena sebenernya aku nulis wattpad ini udh lama, tp untuk yang straight, berhubung gak aku publish2 dan aku menjadi seorang kpopers dan binhwan shipper, jd ini aku ralat, dan dijadiin crta binhwan:)

Semoga terhibur ya:)

Sekali lagi, minal aidzin wal faidzin yaa semuaa:) ❤❤






VOMENT JUSEYO~

Continua a leggere

Ti piacerà anche

99.9K 7.2K 49
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
212K 23.4K 16
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...
41.9K 9.5K 111
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
770K 77.8K 54
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...