STORY CALLIN(G) Sudah Tayang...

By Rismami_Sunflorist9

804K 140K 97.4K

SELASA DAN JUMAT #1 - Horor 20 Juli 2020 #1 - Horor 6 November 2020 #1 - Fantasi 24 Desember 2020 Demi menaik... More

PART 1 : LAWAS
PART 2 : BEKAS
PART 3 : TERAS
PART 4 : TERHEMPAS
PART 5 : MEMBERANTAS
PART 6 : BEBAS
PART 7 : LEKAS
PART 8 : RAMPAS
PART 9 : SEKILAS
PART 10 : MELIBAS
PART 11 : MEMBALAS
PART 12 : IMBAS
PART 13 : LEPAS
PART 14 : MELINTAS
PART 15 : RETAS
PART 16 : JELAS
PART 17 : LEMAS
PART 18 : MEMELAS
PART 19 : KELAS
PART 20 : TERTINDAS
PART 21 : WAS-WAS
PART 22 : MEMANAS
PART 23 : AWAS
PART 24 : NAAS
PART 25 : DIPERJELAS
PART 26 : PIAS
PART 27 : MEMPERJELAS
PART 28 : MENUMPAS
PART 29 : MEMPERTEGAS
PART 30 : MELEPAS?
PART 31 : GANAS
PART 32 : BEBAS LEPAS
PART 33 : KUPAS TUNTAS
PART 34 : NAAS
PART 35 : TERTINDAS
PART 36 : IDENTITAS
PART 37 : PARAS
CALLING FOR ROLEPLAYER STORY CALLING
PART 38 : IKHLAS
PART 40 : KERAS
PART 41 : TERKURAS
PART 42 : MELEMAS
PART 43 : RUAS
PART 44 : DIPERJELAS
PART 45 : MEMBEKAS
PART 46 : BERSIKERAS
PART 47 : CULAS
PART 48 : SEBERKAS
PART 49 : SELARAS
PART 50 : TERAMPAS
PART 51 : SEBERKAS
PART 52 : TEGAS
PART 53 : PANTAS
PART 54 : SEUTAS
PART 55 : SEBERKAS (2)
PART 56 : TERBEBAS
PART 57 : MEMBALAS
PART 58 : CEMAS
PART 59 : MERAMPAS
PART 60 : MENGERAS
61 : MELEPAS
EXTRA PART?
Extra Part
PENGUMUMAN PRE ORDER
PRE ORDER BONUS BEJIBUN DAPET DISKON PULAAAA
TEEEEEEEEEEET WAKTUNYA WAR
ADA APA MISKAH?
EPILOG (OKAN POV)
STORY CALLIN(G) MOVIE
WHAT IF

PART 39 : TERBATAS

9.4K 1.9K 1.5K
By Rismami_Sunflorist9

Tepat ketika matahari sepenuhnya tenggelam dan tak ada lagi cahaya di langit, Callin merasa setengah jiwanya seperti terkoyak-koyak. Terlempar ke labirin panjang yang gelap dan tak berujung.

Hawa dingin seketika menyergap. Merasuk ke tulang hingga membuat gigi-giginya bergemelatuk.

"Aduh." Callin mengerang kesakitan saat kesadarannya mulai pulih. Punggungnya terasa seperti baru dihantam benda keras.

Perlahan Callin mencoba menegakkan tubuhnya. Meski kepalanya masih terasa berat dan pening, ia berusaha mengingat-ingat kejadian apa yang baru saja menimpanya. Hingga akhirnya ia terlempar ke tempat itu.

Tempat yang benar-benar asing.
dan gelap.

Sejauh apa pun Callin melempar tatapannya, hanya pohon-pohon rimbun nan menjulang yang ada di sekelilingnya.

Ia tersesat.

di hutan...?

Entahlah, Callin sendiri masih tampak kebingungan. Rasa-rasanya ia seperti berada di hutan. Tapi setelah ingatannya menajam, ia baru menyadari jika tempat itu tidak benar-benar asing baginya.

Ia pernah ke sana.

Beberapa bulan yang lalu.

"Aaaaauu!"

Suara lolongan hewan buas membuat tubuh Callin seketika terjingkat. Tangannya sontak memeluk pohon yang ada di dekatnya.

Walau panik, Callin masih bisa berkhayal.

Gue nggak lagi di lokasi syuting ganteng-ganteng serigala, kan?

Srek

Suara-suara lain yang mengusik telinga Callin mulai terdengar. Gadis itu mengerling ke sisi kana. Sumbernya berasal dari sana. Tapi setelah diperhatikan dengan seksama, hanya ada daun-daun kering dan tumbuhan liar yang sesekali bergoyang tertiup angin.

"Kan, Okan.." Jauh di luar kesadarannya, Callin melirihkan nama lelaki itu setiap kali ia merasa ketakutan.

"Lin?"

Tidak salah lagi. Itu pasti suara Okan. Walau terdengar samar-samar dan sedikit menggema, tapi Callin hafal di luar kepala segalanya tentang lelaki itu. Jangankan suaranya, bahkan kini Callin juga bisa menebak di mana letak pasti lesung pipi Okan.

Gue nggak mungkin salah denger.

"Okan.. Itu lo, kan?"

Meski tak benar-benar yakin jika suara itu berasal dari dalam hutan, tapi Callin percaya Okan sedang mengawasinya. Ia memberanikan diri melangkah lebih masuk ke dalam hutan.

Siapa yang bawa gue ke sini? Dan apa tujuannya?

"Tolong gue, Lin."

Deg

Tatapan Callin seketika menajam. Ia menoleh ke sekelilingnya, namun nihil. Sama seperti sebelumnya, hanya suara Okan saja yang terdengar. Tapi tak ada tanda-tanda lelaki itu menampakkan dirinya.

Tak punya pilihan lain, gadis itu akhirnya memutuskan untuk kembali menyusuri hutan. Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, Callin baru menyadari jika medan yang ia tempuh semakin menanjak.

Kok gue jadi ngerasa lagi mendaki, ya? Apa sekarang ini gue ada di gunung, bukannya di hutan?

"Lin! Tolongin gue! Sekarang!"

Seruan itu membuat Callin panik. Sepasang kakinya berayun lebih cepat dan rapat. Meski tak tahu harus ke mana, Callin tetap berlari mengikuti kata hatinya.

Jika feelingnya mengatakan ke kanan, Callin akan berbelok sesuai perintah. Walau lama kelamaan ia merasa seperti hanya berlari di tempat saja. Pemandangan dan suasana dari setiap titik di hutan itu terasa sama dan serupa.

Namun perlahan memorinya kembali terbuka. Callin pernah singgah ke tempat itu. Belum terlalu lama. Mungkin dua bulan yang lalu saat fakultasnya mengadakan malam keakraban.

"Tempat ini..." Callin merogoh-rogoh ponselnya lalu diangkat sampai ke depan wajahnya. "Tempat di mana gue nemuin bandul dream cacther ini."

Callin yang terlampau penasaran memutuskan untuk mencari tahu maksud dari perjalanannya malam itu. Sampai akhirnya ketika ia nyaris mencapai puncak, tiba-tiba kakinya terpeleset lumut yang membasahi bebatuan.

"Aaaaa!"

Tubuh gadis itu tergelincir jauh ke bawah. Ia jatuh berguling-guling. Lengannya menghantam pohon-pohon yang berjejer di kanan kirinya.

"Ya Tuhan...."

Sebelum terlempar ke jurang, Callin masih sempat menyambar akar tumbuhan liar yang merambat di tanah.

Glek

Sudut mata Callin mengerling ke bawah. Tangannya gemetaran. Jika pegangannya terlepas, tubuhnya akan terlempar ke jurang itu. Callin tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada tulang-tulangnya jika ia benar-benar jatuh dari tebing yang tinggi itu.

"Di sana ada goa?"

Meski tak melihat secara jelas, sudut mata Callin sempat menangkap pemandangan sebuah goa yang nyaris tidak terlihat karena tertupi kabut tebal. Letaknya agak jauh dan sedikit lebih tinggi.

Kretek..

Suara patahan ranting di dekat siku tangannya, membuat Callin menjerit histeris. Terlebih saat melihat ranting itu merosot dari tanah lalu terjun bebas ke jurang di bawahnya.

Gue nggak mau nasib gue kayak gitu.

"Okan...Please, please dateng dan bawa gue balik ke tempat sebelum gue ada di sini."

Telapak tangan Callin mulai memerah dan perih karena terlalu lama bergesakan dengan ranting yang kasar.

Mungkin hanya tinggal hitungan detik saja ia dapat bertahan. Gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat tubuhnya sendiri.
Sampai tiba-tiba ketika ia mendongak untuk mengeratkan pegangan, muncul sosok lelaki berwajah teduh yang tersenyum tulus ke arahnya.

"Okan?"

Callin melepas pegangan tangan kanannya kemudian diulurkan ke Okan.

"Bantu gue naik, Kan," pinta Callin sembari tersenyum. Namun Okan tidak segera bereaksi. Lelaki itu hanya terdiam memperhatikannya.

"Kan, gue udah nggak kuat. Tolong bawa gue naik," ucap Callin sembari menggigit bibir bawahnya. Tapi rupanya suara memelas dari gadis itu tidak berhasil membuat Okan luluh.

Kenapa Okan diem aja liat gue dalam bahaya kayak gini?

"Kan..." Callin mengiba dengan suara serak. Kini pegangannya semakin mengendur. Tangannya yang menggenggam akar pohon sudah mencapai ujung. "Okan!"

Begitu pegangannya benar-benar terlepas, Callin hanya bisa memejam rapat-rapat. Berharap apa yang dialaminya adalah sebuah mimpi buruk. Dan ketika terbangun nanti, semua akan kembali seperti sedia kala.

Termasuk Okan,

Callin yakin lelaki itu tidak akan pernah berniat mencelakainya.

***

Callin merasa tubuhnya berguncang hebat. Suara cemas yang menusuk telinganya seketika merasuki alam sadarnya.

"Lin, bangun, Lin! Bangun! Lo harus sadar! Lo harus bisa nguasain diri lo sendiri!" perintah yang dinadakan tegas itu berhasil memberi jalan keluar bagi Callin.

"Lo harus kendaliin mimpi lo. Itu cuma mimpi! Buka mata lo, Lin!" Junior mengeratkan pegangannya di lengan Callin lalu mengguncang-guncang tubuh gadis itu.

Walau awalnya tidak tega dan takut jika cengkramannya menyakiti Callin, tapi ia harus melakukan segala cara untuk membuat gadis itu sadar.

"Haaaah!"

Setelah segala upaya ia lakukan, Callin akhirnya terbangun dengan napas terengah-engah. Ia menatap Junior dengan tatapan kosong. Dadanya kembang kempis. Tak lama setelah keduanya bertatapan, senyum terulas di bibir gadis itu.

"Gue akhirnya bisa napas lagi, Kak," ucap Callin sembari menunjukan deretan giginya. Ia berusaha terlihat baik-baik saja meski rasanya seperti nyaris mati.

Melihat Callin kembali ke dimensinya, Junior sontak merengkuh gadis itu dan memeluknya erat-erat.

"Lo ternyata nggak bego-bego banget, Lin. Lo dengerin omongan gue sampe akhirnya lo bisa balik lagi ke sini." Sembari tersenyum lega, Junior mengomentari gadis itu.

"Gue tahu di mana Okan. Kita harus cepet-cepet nolongin dia, Kak."

Sepasang tangan Junior yang merengkuh tubuh Callin perlahan mengendur. Hatinya berdesir ngilu. Pelan-pelan ia melepaskan pelukannya dan menatap Callin dalam diam. Matanya yang tajam menyorot tak percaya.

Callin nyaris celaka bahkan tak menutup kemungkinan jika gadis itu sampai kehilangan nyawanya. Tapi kenapa ia masih saja peduli pada Okan?

"Gue anter lo balik dulu," tukas Junior dingin. Tepat saat ia hendak bangkit, Callin yang masih duduk tiba-tiba menarik ujung jaketnya. "Apa?"

"Kita ke kantor polisi sekarang," ucap Callin dengan wajah yang dibuat memelas. "Gue nggak mau balik kos."

Junior mendengkus kasar. Sepasang mata tajamnya berporos pada gadis itu. Ia terlihat geram, namun tak bisa berbuat apa-apa. Alisnya yang runcing tampak seperti mata pisau yang siap menikam siapa saja.

"Serah lo," jawabnya ketus dan singkat.

***

Kantor polisi Matraman tampak lengang dibanding saat terakhir Callin berkunjung ke sana. Mungkin beberapa polisi sedang berpatroli, sementara lainnya terlihat berkumpul di salah satu ruangan dengan dinding kaca yang tembus pandang. Termasuk wanita bernama Gendis, polwan yang ingin segera ditemuinya.

"Lin, duduk." Junior mengedikkan dagunya ke kursi kosong di sampingnya. Ia mulai terusik melihat Callin yang tampak tak sabar menunggu polisi-polisi itu selesai rapat.

Callin meremas-remas jemarinya. "Kita nggak bisa nunggu lama. Di sana dingin banget. Kita harus cepet-cepet nolongin Okan. Dia pasti kedinginan," ucapnya dengan wajah sendu.

Dari tempatnya menunggu, Callin bisa melihat pintu ruang rapat akhirnya terbuka. Satu per satu polisi ke luar dari sana. Sampai akhirnya Callin mendapati wanita yang dicarinya berdiri di depan pintu sembari menyipitkan mata ke arahnya. Begitu Calliin mengangkat tangan untuk menyapanya, wanita itu segera berderap menghampirinya.

"Kalian cari saya?" tanya Gendis to the point. Ia duduk berseberangan dengan Callin. "Ada kabar terbaru dari Okan?"

"Kita udah tahu dia ada di mana." Callin merespon dengan semangat.

Gendis menaikkan sebelah alisnya. "Di mana?"

"Di Gunung Hikayat."

Jawaban Callin membuat Gendis memiringkan kepalanya. "Memang dia hilang di sana," tanggap wanita itu datar.

"Saya tahu lokasi tepatnya. Dia mungkin jatuh ke jurang." Sebisa mungkin Callin meyakinkan Gendis yang menatapnya dengan wajah sangsi.

"Tim kita sudah menyusuri beberapa titik-titik tertentu yang sering membuat pendaki kehilangan arah. Tapi sampai sekarang, belum ada kabar Okan ditemukan." Gendis mencoba menenangkan gadis itu. "Lebih baik kita tunggu saja..."

"Dia pasti jatuh ke jurang!" Tanpa sadar Callin memekik. "Atau mungkin dia terjebak di goa itu?" Ia tiba-tiba panik sendiri. "Kita harus segera nolong dia."

Gendis menghela napas panjang. Ia mendekatkan tubuhnya sembari bertanya dengan suara lirih. "Kami petugas kepolisian sudah melalukan penyelidikan berulang kali. Tapi hasilnya tetap nihil. Kalau kami tidak memiliki petunjuk yang jelas, kami tidak bisa melanjutkan penyelidikan."

"Saya dapet petunjuk itu dari mim..."

"Biar gue yang jelasin," potong Junior sebelum Callin semakin emosional.

Junior berdeham sekali kemudian memusatkan fokusnya pada Gendis. "Saya tahu ini mungkin nggak masuk akal. Tapi saya dapat petunjuk itu, dari arwah-arwah yang mengikuti saya."

Gendis mendengkus jengah. Tampak semakin frustasi menghadapi dua anak muda di depannya. Ia merasa sudah membuang-buang waktunya untuk berdiskusi dengan mereka.

"Saya indigo," tukas Junior.

Untuk kali pertama ia jujur pada orang lain.
Untuk kali pertama ia membongkar jati dirinya.

Bahkan dengan teman satu kampusnya saja Junior seringkali berusaha terlihat normal. Tapi semenjak dekat dengan Callin, ia mulai bisa menerima apa yang dianggapnya sebagai takdir". Ia merasa bebas menunjukan jati dirinya pada orang-orang dan tak lagi berpura-pura menjadi normal.

"Mau kamu indigo, punya mata batin atau hal semacamnya, tapi kami selalu bertindak dengan bukti yang nyata. FAKTA," Gendis sengaja menekankan kata terakhirnya, "bukannya dari penerawangan."

Junior terpaksa bungkam. Tapi diam-diam ia berusaha mencari celah. Diberkahi otak yang jenius dan sedikit licik membuatnya tak pernah kehabisan akal. Ia melirik ke arah pintu dan mendapati sesosok makhluk tak kasat mata sedang bermain-main di sana.

"Awas!" Junior bangkit dari duduknya dan tiba-tiba menunjuk ke arah pintu.

Selang beberapa detik setelah ia memperingatkan, terdengar bunyi "krek" yang membuat orang-orang di sana segera berlari menjauh.

Brak

Gendis melebarkan matanya. Sedangkan dua polisi yang baru saja melewati pintu hanya bisa mematung sembari mengelus dada.

"Kenapa lagi, Kak?" bisik Callin. Ia mulai terbiasa dengan keanehan-keanehan yang terjadi di dekatnya setiap kali bersama Junior.

Tak ada respon. Junior membalas tatapannya dengan mata menyalak.

Callin mengerucutkan bibirnya sembari menggerutu di salam hati. Lah, yang salah siapa? Kenapa jadi gue yang dijutekin?

Junior mengibas-ngibaskan pundaknya seperti sedang mengusir seseorang. "Heh, Jubaedah. Lo kalo mau gelantungan di pintu jangan sekarang, dong. Itu nanti mereka ngiranya gue yang berulah."

Meski bibir Junior tidak terbuka, namun pesan itu tersampaikan dengan jelas ke sosok yang ia tuju.

"Tadi itu apa?" Gendis menatap Callin dan Junior bergantian.

"Mmm, sumpah bukan salah saya, Mbak." Callin mengangkat tangannya sembari menggeleng.

Junior memberi kode pada Gendis dan Callin agar duduk kembali dan melanjutkan diskusinya.

"Saya ini mahasiswa berprestasi, Mbak. Saya juga ketua BEM Fakultas." Walau sebenarnya tidak ingin, Junior terpaksa menyombongkan diri. "Dari SD, SMP, sampe SMA, saya nggak pernah kena masalah apalagi sampai dipanggil guru BK."

Mendengar pengakuan lelaki itu, rasa-rasanya Callin ingin segera mengumpat. Tapi demi Okan, kekesalannya akhirnya hanya dilampiaskan di dalam hati.

"Trus maksudnya?" Gendis masih tidak mengerti arah pembicaraan lelaki itu.

Junior bangkit dari duduknya. "Saya nggak mungkin bicara omong kosong. Apa yang keluar dari mulut saya, memang benar kenyataan begitu."

"Kalau Anda tidak mau membantu kami, jangan salahkan saya jika terjadi sesuatu yang aneh lagi seperti kejadian tadi," tukas Junior tegas, seolah tak ingin didebat lagi.

Tanpa sadar ia menyambar tangan Callin dan membawa gadis itu mengentak ke luar dari sana. Sebelum tiba-tiba ketika keduanya sampai di ambang pintu, suara Gendis kembali terdengar.

"Kasih saya nomor telepon kalian! Saya akan coba koordinasikan dengan penyidik di cabang Karimun. Tapi saya nggak bisa jamin kalau mereka bakal setuju."

Seruan dari Gendis membuat Junior dan Callin saling melempar tatap.

"Apa ini pertanda kalo kita berhasil bujuk dia?" bisik Callin yang langsung membuat Junior menonyor dahinya.

"Kita? Gue doang yang berusaha. Lo cuma jadi penonton," sembur lelaki itu lantas buru-buru menghampiri Gendis yang masih menunggunya di tempat semula.

***

Hari ini si kawah sialan muncul bentaran doang. Kalian banyak-banyakin doa dulu, biar Mbak Gendis berhasil bujuk rekan kerjanya di Kantor Cabang Karimun.

Yuk Aaminin bareng-bareng.
Mulai part selanjutnya, kalian bakal gue ajak berpetulang. Siapin jantung ya, biar nggak tiba-tiba ambyaradun.
Wkwkw.

Ada obat kangen buat kalian yang pengen ketemu Okaaan. Nih, follow instagramnya dan jangan lupa follow akun RP lain juga, ya!

ILY 3000 DOLAR
SALAM SAYANG,

Rismami_sunflorist

Continue Reading

You'll Also Like

140K 421 6
(FIKSI) Vivi terbangun dari tidurnya dalam kondisi tanpa busana... cairan lendir yg masih merembes dari Lubang surgawi miliknya membuat gadis itu pah...
120K 8.6K 54
Salsa Razella Winata atau yang akrab di sapa Salsa, seorang gadis dengan kemampuan yang jarang dimiliki oleh orang lain yaitu dapat melihat sesuatu y...
2.5K 140 12
WARNING! Cerita ini mengandung unsur -pembunuhan -sadistic -pschopath -toxic relationship. (FOLLOW SEBELUM BACA!!!!!!!) Haru tidak suka melihat Hirim...
24.4K 705 40
•BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA• Setelah meninggalkan tempat dirinya di lahirkan, Erlang pergi nge-kost. Tidak di sangka juga, Tetangga nya adala...