DISPARAÎTRE [END]

By sukaredpelpett

25K 3.1K 116

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!] NOTE : AWAS TYPO "Gue Renald. Kalo lo mau t... More

1. MORNING PROBLEM
2. MET BY
3. UNKNOW NUMBER & KISSED
4. VERY PUSHY
5. ANNOYED
6. REYSA SICK
7. INVITE TO GO
8. HEARTBEAT
9. PROBLEM COMES
10. FEEL HURT
11. THREAT
12. RUN AWAY
13. HALFWORD
14. TIRED
15. TWO HARD CHOICES
16. CONFUSING CHOICE
17. MOCKING LAUGHTER
18. NEW STUDENT
19. FEEL GUILTY
20. HARD SLAP
21. FAILED
22. THE PAST
23. LOST
24. PANIC & RESTLESSNESS
25. ENGAGEMENT
26. EVIDENCE & ARREST
27. APOLOGIZE
28. ARGUMENT & JEALOUS
29. MISS, HUG, & JEALOUS
30. JEALOUSY & ANNOYANCE
31. TOGETHERNESS & EMOTION
32. COMPETITION & FRUSTRATION
34. NERVOUS
35. MISUNDERSTANDING
36. CASTE & TROUBLE
37. HOT HEARTED
38. SURPRISE
39. BAZAAR PREPARATION
40. MUSIC EVENTS & BAZAAR
41. BAD DAY
42. BAD LUCK, REYSA
43. REAL INCIDENT
44. REYSA'S EXPLANATION
45. THE TRUTH
46. REGRET
47. BE CAGRINED
48. REFUSE
49. DARE
50. TOO SUDDEN
51. HOSPITAL & BAD NEWS
52. SAD TEARS
53. REVENGE
54. NIGHTMARE
55. LASTING MEMORIES
56. LINGERING SADNESS

33. WAITING & A DISSAPOINTMENT

257 45 2
By sukaredpelpett

"There is only a lie in every word that can always be believed."

****

Sorot senja yang temaram begitu memanjakan mata. Tak kalah cantiknya, jajaran gedung yang mulai berkilauan karena hari mulai sore. Lampu jalanan mulai menyala menyorot jalanan yang ramai. Pinggiran air mancur terlihat merelang karena jajaran lampu tumbler yang saling berkedip.

Beberapa penjual angkringan tampak mempersiapkan dagangan mereka. Tidak ketinggalan pula penjual gorengan dan beberapa martabak ataupun makanan terjangkau lainnya. Dengan telaten, mereka memasang tenda serta menunggu para pembeli datang untuk membeli.

Angin tidak terlalu dingin nampak menyusup ke celah rambut, dan menerbangkan beberapa helaiannya. Sore ini, Renald mengajak Reysa untuk jalan-jalan. Sekedar keliling Jakarta, dan singgah untuk makan malam. Atau menikmati orang yang saling berlalu lalang di taman kota.

Reysa melirik arlojinya ketika Renald belum juga sampai ditempatnya. Padahal ia sudah lama berdiri di depan minimarket untuk menunggu laki-laki itu. Tadi niat Renald akan menjemputnya ke rumah, namun ia sedang di rumah Bara dan kebetulan tengah membeli sesuatu di minimarket. Dan tiba-tiba, Renald memberitahu bahwa laki-laki itu akan mengajaknya jalan-jalan. Ia juga tidak mungkin pulang, jadi ia meminta Renald untuk menjemputnya disini. Dan menyuruh Bara pulang lebih dulu.

Namun, sudah tiga puluh menit lebih laki-laki itu belum juga menampakkan diri. Ia celingukan untuk mengecek laki-laki itu sudah datang apa belum. Namun, seperti tadi, laki-laki itu belum menampakan diri. Tapi mungkin Renald sedang menuju ke sini. Lagi pula, jarak rumah Renald dengan minimarket ini cukup jauh. Mungkin saja terjebak macet atau yang lainnya.

Dari pada ia malu sedari tadi banyak orang yang memandangnya, lebih baik ia menunggu di depan sana. Di depan ruko yang sudah tutup. Ia memilih duduk di atas anak tangga, sembari mengusap lengannya. Semilir angin dingin mampu membuat tubuhnya merinding seketika.

"Cha?"

Mungkin setiap orang akan sangat risih dengan kehadirannya. Begitu juga dengan Reysa, rasanya ia risih dan merasa geram karena kedatangan seorang laki-laki yang dulu pernah mengisi hatinya. Dia Bimo, tengah berdiri sembari memandang Reysa sendu dan teduh. Aura dari laki-laki tampak sekali seperti tengah bersedih. Reysa akhirnya berdiri, belum sempat ia berbicara pada laki-laki itu, Bimo lebih dulu bersuara.

"Orang tua gue cerai."

Hal yang Reysa mengerti dari Bimo adalah, laki-laki itu selalu merasa kesepian. Orang tuanya selalu sibuk sampai-sampai anaknya itu mengeluh padanya, dulu. Setiap kali ia bersama laki-laki itu, hal pertama yang diceritakan Bimo adalah kedua orang tuanya. Memang kehidupan Bimo semua tercukupi, semua yang diinginkan Bimo pasti selalu dituruti. Namun, semua anak pasti menginginkan kehangatan dan memposisikan mereka sebagai orang tua yang menyayangi Bimo.

Reysa hanya tidak paham, mengapa Bimo mengatakan itu padanya. Padahal hubungan mereka sudah berakhir setahun yang lalu. Bahwa ia sudah tidak ada urusan lagi dengan laki-laki itu. Bahkan untuk masalah apapun itu.

Dengan sinar lampu temaram, Reysa masih bisa melihat dengan jelas bahwa air mata Bimo mengalir begitu saja. Ada pancaran kesedihan yang teramat dalam, membuat laki-laki itu menitihkan air matanya begitu saja.

"Tapi kenapa lo nyarinya gue? Kita--"

"Cuman lo yang paham tentang gue, Cha. Segalanya tentang gue, cuman lo yang peduli. Walaupun sekarang mungkin," Bimo memberi jeda. Ia menunduk dalam, sampai air matanya meluncur bebas melewati hidung. "Lo nggak mungkin peduli sama gue." imbuhnya.

Terlepas dari waktu yang sudah terpaut sangat lama, perasaan dan rasa peduli Reysa pasti berubah. Tapi kali ini, ia seperti menolak itu semua. Ada sedikit kepedulian yang tertanam dalam hatinya. Sesuatu kepedulian yang tiba-tiba tumbuh setelahnya.

"Tapi kan masih banyak orang lain, Bim." Reysa ingin sekali menolak. Namun, ia juga tidak tega dengan wajah teduh milih Bimo.

Bimo mengangkat wajahnya. Setelahnya, ia berhambur ke pelukan Reysa. Membuat gadis itu sedikit terkejut. "Gue butuh lo buat nengangin semuanya, Cha. Sebentar..."

Suara Bimo terdengar bergetar. Pelukan Bimo semakin erat, dengan Reysa yang tidak juga membalas pelukan itu. Dadanya semakin sesak ketika mendengar isakan kecil dari laki-laki itu. Tak dapat dipungkiri, ia juga akan merasa sedih jika menjadi Bimo.

Ia mengangkat tangannya dan mulai mengusap punggung Bimo. Hanya perlu beberapa saat untuk menenangkan laki-laki itu. Setelahnya, ia tidak akan mau lagi melakukan ini. Cukup hanya ini, dan terakhir kalinya.

Di dunia ini, banyak yang bernasib seperti Bimo. Bahkan sampai melukai diri sendiri untuk menenangkan hati. Atau menjadi pendiam dan tidak menyukai interaksi banyak orang. Semua yang mengalami itu, pasti hatinya sangat terluka. Untungnya ia masih diberi keluarga yang selalu hangat padanya. Selalu perhatian dan memberi kehangatan kapanpun ia minta.

Ia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri, mengapa ia masih baik pada Bimo yang dulu pernah mencampakannya. Ini terlalu rumit untuk sekedar dijelaskan. Untuk sekedar dipahami dan dimengerti. Ini sangat sulit.

"Lo harus nerima apapun keputusan mereka. Mungkin itu udah takdir mereka nggak bisa bersatu, Bim."

"Tapi ini nggak adil buat gue, Cha. Mereka aja belum ngasih gue apa yang gue mau. Gue maunya mereka ngasih kebahagiaan dengan mereka yang selalu disamping gue ngasih perhatian."

Reysa juga akan meminta seperti itu jika ia menjadi Bimo. Rasanya menyedihkan jika melakukan apapun tanpa adanya orang tua. Bukan hanya sedih, tetapi juga kesepian. Hampir saja itu terjadi setiap hari. Bagaimana Bimo tidak mengeluh?

"Lo yang sabar, Bim."

Reysa hanya bisa mengatakan ini. Ia tidak bisa membantu apapun pada Bimo. Hanya kalimat itu yang bisa ia ucapkan untuk menyemangati laki-laki itu.

****

Renald pernah membayangkan, bahwa ia akan sangat menyedihkan jika ia jadi bertunangan dengan Zeva. Dan melupakan Reysa yang teramat ia cinta. Dari awal bertemu, ia sudah jatuh hati pada gadis itu. Walaupun terkesan judes dan tidak menyukainya berada di dekat gadis itu, tapi ia tetap terpesona dengan tingkah lakunya.

Selama ini hubungannya memang seperti itu-itu saja. Tidak ada angin tidak ada hujan, Reysa tiba-tiba marah padanya. Atau merasa kesal karena ia selalu mengganggu Reysa. Ia sudah hafal dengan itu semua. Bahkan hal yang dibenci gadis itu.

Renald sendiri sangat bersyukur bisa bertemu dengan Reysa yang notabenya adalah gadis yang ceria dan pandai mencairkan suasana. Walau kadang juga begitu sadis saat ada orang lain yang membicarakan kejelekan tentang Reysa. Seperti saat gadis itu dituduh sebagai perebut hubungannya dengan Zeva. Padahal sejak awal, ia sama sekali tidak mencintai gadis itu. Bahkan sudah menolak dengan berbagai cara agar pertunangannya dibatalkan.

Ia juga tidak menyangka Reysa melakukan itu semua untuknya. Sampai gadis itu terluka hanya karena mengambil kembali sebuah bukti. Awalnya ia berpikir bahwa Reysa hanya diam saja tidak melakukan apapun. Karena memang tidak ada kemajuan sampai hari pertunangannya dengan Zeva. Dan betapa terkejutnya ketika dua orang polisi datang ke sana dan mengatakan bahwa ayah Zeva dituduh korupsi dan menyelundupkan narkoba.

Ia juga tidak habis pikir, mengapa Lukman tidak sadar dari awal, bahwa Arta adalah seorang koruptor. Mungkin Arta selalu menunjukkan wajah sok profesional pada semua orang. Jadi mereka tidak menyadari akan hal itu.

Di bawah langit hitam yang cerah, serta sorot beberapa kendaraan yang tampak melewatinya. Renald tampak mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Tadinya ia sudah akan melaju ke rumah Reysa, tapi ia ingat kalau gadis itu sekarang jarang di rumah. Ia berinisiatif untuk menghubungi gadis itu, bahwa ia akan menjemputnya. Tapi Reysa mengatakan bahwa gadis itu sedang tidak ada di rumah sekarang. Dan menyuruhnya untuk menjemput Reysa di minimarket dekat taman kota.

Senyum Renald tampak mengembang sepanjang perjalanan. Bahkan ia sudah merencanakan apa saja yang akan dilakukannya malam ini. Jalan-jalan di taman kota, makan jajanan yang dijual disana, dan bercerita banyak hal. Namun, ketika ia tak sengaja melihat seorang gadis yang begitu ia kenal tengah berpelukan dengan seorang laki-laki, senyum Renald luntur begitu saja. Ia menepikan motornya dan mulai mengamati mereka dari seberang.

Setelah diamati, ia pernah melihat laki-laki itu sebelumnya. Dan Renald kembali teringat kejadian waktu lalu saat laki-laki mendatangi Reysa di belakang sekolah. Kalau Renald tidak salah menebak, itu adalah Bimo mantan Reysa.

Baru saja ia merasa senang. Tapi malah disuguhi pemandangan menyesakkan seperti ini. Bagaimana ia bisa mempercayai gadis itu lagi, kalau Reysa sendiri seperti ini? Renald memang mempercayai Reysa ketika gadis menjelaskan tentang malam itu. Bahwa gadis itu bersama laki-laki yang hanya sebatas teman saja, tidak lebih. Tapi, setelah melihat ini, rasa percayanya pada Reysa kian menipis. Menyisakan asumsi-asumsi negatif yang membayang nakal di pikiran Renald.

Ia merasa seperti dibodohi oleh Reysa. Semua yang Reysa katakan padanya, ia selalu mempercayai. Apapun itu ia pasti akan selalu percaya pada Reysa.

Reysa pernah berkata, "Bimo emang cinta pertama gue, tapi gue bahkan benci banget sama dia. Apapun tentang dia, gue udah nggak peduli lagi. Jadi lo nggak usah mikir kalo gue bakal tinggalin lo buat cinta pertama gue."

Di malam itu, ketika ia dan Reysa duduk bersisihan di atas rooftop apartemen. Di bawah cahaya rembulan yang menyinari malam itu. Dengan lampu temaram yang tampak seminau di atas sana.

Waktu itu, ia hanya iseng menanyakan soal cinta pertama Reysa. Dan menanyakan apa masih mencintai mantannya itu.

"Rey, cinta pertama lo siapa?"

Ada wajah yang penuh kekecewaan tersemat disana. Bahwa gadis itu kecewa Renald menanyakan hal ini padanya. Bahwa Reysa tidak nyaman dengan pertanyaannya. Tapi bukannya marah, Reysa malah menjawab, "Bimo. Yang waktu itu datengin gue ke sekolah."

Dan dengan senyum yang begitu memaksa, disaat-saat mereka masih berlalu lalang dan Reysa yang masih tampak akrab walau sudah cukup lama, Renald berucap, "Lo bohong sama gue, Rey."

Tak ada yang bisa Renald lakukan selain beranjak dari sana. Ia tidak mau melihat mereka yang begitu akrab dan malah membiat hatinya begitu sesak. Seperti ada ribuan belati yang menusuk-nusuk batinnya. Jiwanya seakan hilang seketika, dan sulit mencerna apapun.

****

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

24.5K 3.1K 27
Judul Asli : 美强惨O重生后躺赢了 Author : Shao Tang sinopsis : Dalam kehidupan sebelumnya, An Ji sepertinya memiliki kata "sial" tertulis di dahinya. Dia ter...
611K 17K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...
136K 10.4K 71
#1 in Fiksiremaja (10-9-2021) Udah end part masih lengkap [PROSES REVISI] Judul lama (Zee : My Wife is Dangerous Mafia) Bazigha Auristella Estelle se...
478K 36K 44
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...