Forbidden Love [END]

De newstaar03

64.4K 4.5K 1.1K

"Jika kau menginginkan sesuatu yang besar, maka kau harus mengorbankan sesuatu yang besar juga. Hidup ini tid... Mais

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 24
Part 25
Epilog

Part 23

969 87 44
De newstaar03

Orang bilang cinta itu tak harus memiliki. Tapi bagiku, tidak. Untuk apa aku mencintaimu jika pada akhirnya aku tidak bisa memilikimu.


Happy Reading

AUTHOR POV

Suara langkah kaki yang berlari dengan tergesa-gesa berpadu dengan hentakan sepatu yang menyentuh dinginnya lantai di salah satu sebuah rumah sakit di kawasan Seoul tersebut.

"Minggir! Tolong beri jalan!"

Suara para suster dan dokter saling bersahutan agar diberikan ruang jalan ditengah padatnya rumah sakit tersebut.

"Maaf tuan Park, anda tidak boleh masuk."

Dan pintu ruang UGD pun tertutup begitu saja. Menyisakan Chanyeol yang berdiri mematung di depan sana dengan noda darah di bagian dada pada pakaiannya. Otak cerdasnya tengah berpikir, apa yang akan terjadi selanjutnya kepada gadis yang ia cintai tersebut.

Harusnya ia melindungi gadisnya.

Harusnya ia tidak gegabah. Kenapa ia bisa membiarkan gadisnya terluka seperti itu?

Bodoh.

Satu kata yang terus ia rapalkan pada dirinya sendiri.

"Tenang, Chan. Sera akan baik-baik saja." Ucapan yang Jongin dengar dari telinganya tak lantas membuat hatinya tenang. Ia hanya diam sembari menatap lantai rumah sakit dengan tatapan redup yang jarang ia perlihatnya di depan banyak orang.

"Aku sudah menyuruh Sena untuk menghubungi orangtuanya. Tapi dia hanya membaca pesanku."

Mata Chanyeol menatap tajam wajah tampan Sehun. Mendengar nama yang membuat gadisnya hingga seperti ini membuat jiwa iblisnya muncul. Namun sekuat tenang ia mengendalikan hal tersebut. Sekarang bukanlah saatnya untuk marah.

Prioritasnya saat ini adalah Sera.

Ya. Hanya Sera. Bukan orang lain.

Waktu berlalu dengan lambat. Rasanya Chanyeol tidak bisa bernafas dengan benar. Setiap detik yang berlalu terasa sangat menyakitkan saat ia mencoba untuk menghirup dan mengeluarkan udaranya.

Hingga akhirnya lampu yang berada di atas pintu tersebut berubah warna menjadi hijau dan menampakkan seorang pria yang berbalut pakaian serba hijau dengan didampingi beberapa suster di belakangnya.

"Bagaimana kondisinya dokter?"

Melihat bagaimana raut wajah panik Chanyeol, sang dokter hanya tersenyum maklum. Operasi yang sekiranya berlangsung satu jam itu pasti membuatnya sangat khawatir. Dan bahkan ia tak sempat mengganti pakaiannya yang terkena darah itu saking khwatirnya.

Apalagi melihat dua pria lainnya yang sama-sama menunjukkan wajah penuh harap, membuat dokter tersebut mengeluarkan senyum tipisnya.

"Semuanya berjalan dengan lancar, Tuan Park. Anda tidak perlu khawatir. Pasien sudah melewati masa kritisnya dan sudah bisa di jenguk saat kami sudah memindahkannya ke ruang rawat inap." jelas dokter yang sering di sebut sebagai dokter Choi tersebut.

"Lakukan dengan benar. Berikan semua yang paling terbaik di rumah sakit ini untuk kesembuhannya." jelas Chanyeol dengan nada sedikit memaksa.

Dokter Choi mengangguk dan beranjak meninggalkan tempat tersebut. Tak lama kemudian para suster terlihat membawa Sera yang tak sadarkan diri itu ke ruang perawatan berlabel VVIP tersebut.

Setelah di pindahkan, Chanyeol menggenggam tangan halus gadisnya. Mendekatkannya di pipinya dan sesekali mengecup sayang telapak tangan Sera.

"Cepat bangun sayang." elusan ringan yang ia berikan pada Sera di rambutnya tak kunjung membuat Sera tersadar. Mungkin memang ini akan memakan waktu yang tak sedikit untuk menunggu gadisnya bangun.

Pintu ruang rawat terbuka, menampilkan sepasang suami istri yang melangkah dengan terburu-buru ke arah ranjang Sera.

Berarti Sena mendengarkan apa yang Sehun tujukan padanya. Setidaknya jika ia tidak datang ke rumah sakit, ia mau untuk mengabari kedua orangtuanya.

"Astaga, ya tuhan."

Nyonya Byun menatap kasihan pada putrinya terbaring lemah di ranjang pesakitan tersebut. Sedangkan Tuan Byun, menatap Chanyeol dengan pandangan yang sulit di mengerti.

Sehun dan Jongin yang merasa bahwa seharusnya mereka tidak ikut campur dengan masalah ini pun segera beranjak luar dari ruangan tersebut. Saat hendak membuka kenop pintu, pintu tersebut telah di buka terlebih dahulu dari luar.

Keduanya sedikit kaget dan resah di saat yang bersamaan. Di depannya, berdirilah pasangan paruh baya dengan seorang gadis yang menyangdang status sebagai istri dari sahabatnya tersebut.

Menggeser sedikit tubuh mereka, membiarkan Tuan dan Nyonya Park beserta Sena untuk masuk ke dalam. Kedua berpandangan sejenak dan langsung keluar dari ruangan Sera. Memilih untuk menunggu di depan ruangan tersebut daripada pulang dan tidur nyenyak di mansion mereka.

"Chanyeol."

Tak sedikitpun Chanyeol mengalihkan perhatian serta melepaskan genggaman tangannya pada Sera. Ia mengabaikan kehadiran semua orang yang berada di ruangan tersebut. Matanya memang tidak mengeluarkan air mata, namun sejatinya hatinya menangis sekeras-kerasnya.

Tuan Park yang melihat kelakuan anaknya dengan segera menarik kerah pakaian Chanyeol dan menampar pipi kanan Chanyeol dengan keras. Bahkan pekikan tertahan keluar dari ketiga wanita yang berada di sana. Mereka semua terkejut dengan apa yang mereka lihat, tak terkecuali Tuan Byun.

"Dasar lelaki bodoh. Ayah malu melihat kelakuan bodohnmu!" teriakan Tuan Park terdengar sampai luar. Bahkan tanpa melihatpun Jongin dan Sehun tahu apa yang terjadi.

"Ayah tidak perlu mengajarkanmu untuk menjadi lelaki berengsek. Kamu benar-benar membuat malu nama keluarga Park!"
PLAK!

Sekali lagi. Tamparan keras dilayangkan pada Chanyeol. Namun Chanyeol hanya bergeming, tak berniat untuk membela ataupun menahan tangan sang Ayah yang mungkin saja tak segan-segan untuk memukulnya.

"Sayang sudah. Dia anak kita. Dia juga manusia yang bisa melakukan kesalahan." tangan Nyonya Park menahan lengan suaminya yang hendak memukul anaknya lagi.

"Aku tidak pernah punya anak seperti dia. Anakku adalah anak yang baik dan penuh dengan rasa tanggung jawab."

Semua yang berada di sana tidak dapat melakukan apapun. Hingga suara Tuan Byun membuat semua atensi terarah padanya.

"Aku kecewa padamu, nak. Kau menyakiti hati putriku untuk mencintai putriku yang lainnya. Tapi kami semua juga salah di sini. Kami tidak mendengarkan pendapatmu terlebih dahulu apakah kau setuju atau tidak dengan pernikahan yang tak berlandaskan cinta ini." Tuan Byun menghampiri Chanyeol dan menepuk pundaknya pelan.

Chanyeol mengarahkan matanya ke arah mertuanya. Dalam bayanganya ia berpikir akan mendapatkan satu lagi bogeman yang akan dilayangkan di wajahnya. Namun hal yang terjadi justru membuatnya terkejut. Tuan Byun tersenyum tipis di depannya dan memeluknya sesaat.

"Sena sudah menceritakannya pada kami. Meski awalnya aku marah sekali padamu, tapi aku mengerti dirimu dengan sangat. Aku tidak bisa menyalahkanmu karena kita memang tidak bisa menyalahkan cinta, kan? Kita tidak bisa menentukan kepada siapa hati kita akan berlabuh."

Tuan Byun menatap Sera dengan pandangan khas seorang ayah. Lalu menatap Tuan Park dengan senyuman lelahnya.

"Anakmu tidak sepenuhnya salah. Kita jaga ikut ambil dalam masalah ini. Seharusnya memang surat wasiat itu tidak kita jalankan isinya jika pada akhirnya akan seperti ini."

"Kalian bisa bercerai dengan itu yang kalian inginkan."

Semua pasang mata mengarah ke arah Nyonya Byun yang menatap semuanya dengan datar. Ia lalu menatap Chanyeol yang juga tengah menatapnya.

"Mereka berdua anakku. Aku tidak ingin anakku saling menyakiti. Dan aku juga tidak ingin anakku menjalani pernikahan dengan orang yang tidak mencintainya."
Ujarnya dengan nada parau.

"Tidak, ibu! Aku tidak mau bercerai. Aku mencintai Chanyeol!" Sena menggelengkan kepalanya dengan keras. Ia tidak mau bercerai.

"Itu benar. Semua keputusan ada di tangan kalian. Aku juga tidak mau putra merasa tersiksa dengan apa yang tidak ia sukai. Kalian bisa mengejar apa yang kalian sukai mulai sekarang."

Nyonya Park menatap Sena dengan tatapan menenangkan. Ia juga berpikir bahwa ia harusnya melakukan ini dari dulu. Harusnya ia mengutamakan kebahagiaan putra tunggalnya, sekarang dengan adanya masalah seperti ini, ia merasa gagal menjadi orang tua bagi putranya.

"Tid--" ucapan Sena terpotong dengan perkataan Chanyeol yang membuatnya terkejut.

"Baiklah. Aku mau bercerai."

"TIDAK! CHAN, APA YANG KAU PIKIRKAN!? AKU TIDAK MAU BERCERAI."

Teriakan senang tak tanggung-tanggung. Ia merasa tak ada yang membelanya di sini, membuat hatinya sakit bukan main.

Terlepas dari semua itu, pandangan Chanyeol teralihkan saat melihat jari-jemari tangan Sera yang mulai tergerak.

"Sayang?" panggilnya dengan halus, membuat semua orang nampak kaget  tak menyangka Chanyeol akan mengatakan hal tersebut di saat situasi sedang memanas.

"O-oppa.." lirihan itu di ikuti dengan terbukanya kedua kelopak mata Sera dengan perlahan. Senyum Chanyeol mengembang, dengan segera ia menyuruh Jongin dan Sehun untuk memanggil dokter setelah ia melangkah keluar.

Nyonya Park tertegun. Ia tak pernah melihat senyuman yang menghiasi wajah anaknya selama ini. Hal tersebut semakin membuatnya yakin jika Sera adalah kebahagiaan Chanyeol yang sebenarnya.

Ia ingin egois sekarang.

Apapun akan ia lakukan demi kebahagiaan anaknya.

_____

"Kondisinya sudah stabil. Tolong jangan biarkan pasien merasa tertekan. Itu akan memengaruhi proses kesembuhannya."

"Terimakasih, dokter."

Setelah menyampaikan beberapa hal, Dokter Choi pergi meninggalkan ruangan Sera. Menyisakan Tuan-Nyonya Park dan Byun, Chanyeol, Jongin, Sehun, Sena, dan Sera tentunya.

Atensi Sera beralih menatap mereka satu persatu. Hingga maniknya bersitatap dengan manik sang kakak yang tengah menatapnya dengan tajam.

"Kakak.." panggilnya dengan suara parau.

"Aku tidak sudi kau memanggilku dengan sebutkan itu. Aku bukan kakakmu!"

"SENA!"

Nyonyan Byun memarahi Sena. Ia tak menyangka putrinya dapat berbicara seperti itu kepada adiknya sendiri.

"Bela terus dia. Kalian semua yang ada di sini pasti akan membelanya, kan? Tidak ada yang membelaku di sini. Aku muak dengan semuanya." ujar Sena dengan berapi-api.

"Jaga bicaramu. Ayah tidak pernah mengajarimu untuk tumbuh menjadi gadis yang kasar." Tuan Byun memperingati putrinya.

"Terserah ayah. Intinya aku membencinya! Aku muak dengannya! Kau, Sena! Aku benar-benar membenci dirimu. Kenapa kau harus hadir di dunia ini!? Gara-gara dirimu aku akan diceraikan oleh orang yang kuncintai! Kenapa kau harus sadar!? Kenapa kau tidak sekalian mati saja tadi!?"

Plak!

Tamparan itu dirasakan Sena. Kepalanya oleh ke samping karena tamparan tersebut. Tuan Byun menatap putrinya marah, ia benar-benar tak habis pikir dengan putrinya. Ia paham putrinya kecewa tapi ia tak menyangka bahwa putrinya akan berani menyumpahi adiknya untuk mati.

"Kau benar-benar keterlaluan, Sena! Keputusan ayah sudah bulat. Besok, ayah akan mengurus surat cerai antara kau dan Chanyeol." pungkas Tuan Byun dengan marah.

"T-tidak! Aku tidak mau! Ini semua karenamu Sera!" dengan langkah cepat ia mencabut selang infus di tangan Sera dan hampir mencekik leher sang adik jika saja Chanyeol tidak menghalanginya.

"SADARLAH!!" teriak Chanyeol frustrasi.

Sehun dan Jongin dengan segera menarik Sena menjauh. Sementara Sera hanya bisa menangis sembari menahan perih tangannya yang infusnya di cabut paksa hingga tetasan darah mengalir keluar.

"Hiks... kakak.. aku minta maaf... hiks.. aku tak bermaksud.. hikss.. seperti ini.. hikss.." dengan tersendat-sendat ia menatap kakaknya.

"Persetan dengan dirimu! Mulai sekarang kau bukan adikku lagi. Aku tidak sudi memiliki adik yang bahkan merebut suami kakaknya sendiri!"

Sera makin menangis mendengar perkataan Sena. Membuat Chanyeol langsung menyuruh Sehun dan Jongin untuk membawa keluar.

"Hikss.. hikss.... hikksss.." tangisannya teredam dengan pelukan yang Chanyeol berikan.

"Kami akan memberikan kalian waktu." perkataan Tuan Park membuat yang lainnya segera melangkah keluar, meninggalkan Chanyeol yang tengah memeluk Sera agar tidak menangis lagi.

"Tenang. Semuanya akan kembali seperti dulu, sayang." ujar Chanyeol sambil menepuk punggung Sera dan mencium puncak kepalanya pelan.

"Oppa.. aku--"

"Sudah. Aku tahu apa maksudmu. Ini bukan salahmu. Aku mencintaimu dan aku akan menanggung semua risikonya, sayang." Chanyeol mengecup tangan kiri Sera pelan.

Sera mengangguk dan menatap Chanyeol.
"Aku juga mencintaimu, oppa."

Sejenak Chanyeol mematung. Ia tak pernah mengira kalimat tersebut akan keluar lagi dari bibir manis gadisnya. Dengan senyum yang mengembang, Chanyeol mengangguk bahagia.

"Kita akan hidup bahagia setelah ini. Semua akan kembali seperti rencana kita enam tahun yang lalu."

Bayangan Chanyeol mengarah pada masa-masa dimana ia dan Sera berjanji akan saling mencintai sehidup semati.

"Akhh.." Sera tersenyum manis namun setelahnya ia meringis pelan saat kepalanya berdenyut pelan. Membuat Chanyeol menatapnya khawatir.

"Sayang, kau tak apa-apa?" melihat Sera yang tak merespon membuat Chanyeol makin khawatir.

"Aku panggilkan dokter, ya?" dan langsung menekan tombol yang berada di samping ranjang pasien.

_____

Setelah selesai diperiksa dan memasang kembali jarum infus ditangannya. Dokter menyarankannya untuk beristirahat.

Kedua orangtuanya dan orangtua Chanyeol memilih menginap di lantai paling atas di rumah sakit ini.

Ya. Ini adalah rumah sakit milik keluarga Park. Sehingga mereka bisa menggunakan fasilitas yang dikhususkan untuk keluarga Park saja.

Jarum jam menunjukkan pukul satu dini hari. Artinya tiga jam sudah ia berusaha untuk tertidur namun tak berhasil. Bayangan akan wajah sang kakak dan raut benci yang di tujukan pada dirinya berhasil membuat matanya tak bisa terpejam dengan sempurna.

Dimana kakaknya sekarang?

Itu adalah pertanyaan yang membuatnya penasaran. Pasalnya, Chanyeol hanya mengatakan kedua orangtua merekalah yang menginap di sini malam ini. Dan ia tak berkata apa-apa lagi terkait Sena.

Ia sangat merasa bersalah. Ia memang sudah mewanti-wanti hal ini akan terjadi suatu saat nanti.

Dan akhirnya, apa yang ia takutkan terbongkar sudah. Sekarang, ia merasa seperti wanita penggoda sungguhan karena sudah membuat rumah tangga kakaknya hancur.

Rasanya ia ingin bunuh diri saja, agar ia bisa menebus dosa ini di akhirat.

Ruangannya yang sekarang gelap tidak lantas membuat dirinya bisa terlelap nyenyak, namun akhirnya bisa memaksakannya setelah melihat Chanyeol yang tertidur di sofa yang berada di pojok ruangan.

Awalnya Chanyeol ingin terus menemaninya dan mengatakan akan tidur dengan posisi duduk seraya menggenggam tangannya, namun ia sangat paham jika pria bermarga Park tersebut pasti sangat lelah dan membutuhkan istirahat yang cukup. Akhirnya itu memaksa Chanyeol untuk tidur di sofa tersebut.

Baru saja ia merasa berhasil untuk terlelap, bunyi pintu yang terbuka mengusik pendengarnya. Samar-samar ia melihat seososok berpakaian serba hitam yang membuatnya terlihat samar-samar karena kondisi ruangan yang gelap.

Sosok itu terus mendekat ke arah ranjangnya. Sera dapat melihat bahwa sosok itu menggunakan maskter dan topi berwarna hitam dan seluruh pakaiannya dari atas hingga bawah benar-benar berwarna senada.

Ia takut.

Ia ingin berteriak saat melihat sosok itu menaruh jari telunjuk miliknya di depan bibirnya. Menyuruhnya untuk tetap diam.

Jantungnya bergerak dengan cepat, ia sudah siap-siap untuk berteriak saat merasa nyawanya terancam jika saya bau khas itu tercium oleh hidungnya.

Ia mengenal parfum ini.

Parfum yang membuatnya merindukan seseorang yang entah akan kembali kapan. Atau mungkin tidak akan kembali sama sekali.

Dan rasanya seperti berhenti berdetak saat melihat sosok tersebut dengan perlahan membuka makser yang menutupi sebagian wajahnya.

Matanya membulat sempurna saat bertatapan dengan manik indah seseorang di depannya. Bibirnya kelu, ia tak tahu harus berbuat apa.

Hingga suara itu memecah keheningan di antara sunyinya malam saat itu.

"Ini aku."

"O-oppa?"
















TO BE CONTINUED

Jangan lupa vote comment guys
바이 👋



#2020 - 05 - 16

Continue lendo

Você também vai gostar

14.3K 1.6K 6
Proses bertemu dengan seseorang yang terbaik untuk kita ternyata tidak mudah. Begitu pula dengan Jisoo. Harusnya malam itu, ia berbahagia dengan pest...
895 122 29
Kuromaru Akeron hanyalah seorang siswa SMA biasa yang selalu berpindah-pindah sekolah, menjauhkan diri dari keramaian, dan hidup seperti seorang zomb...
87.6K 8.8K 14
#12 In Vampire [14-06-2018] "Candice. Can dalam Bahasa Inggris artinya Bisa. Dice dalam bahasa Yunani mempunyai arti Keadilan. Candice, karna aku ber...
11.7K 1.6K 40
Zachary 'Zeke' Reese Seorang pasukan khusus yang sedang mengambil waktu liburnya setelah menjalankan tugas kenegaraan yang cukup lama. Ia pun harus d...