ALAÏA

By radexn

22M 2.2M 4.9M

[available on offline/online bookstores; gramedia, shopee, etc.] ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ ❝ Dia pergi, membawa da... More

Prolog
2. Kabur
3. Kembali ke Rumah
4. Dekat
5. Lebih Nyaman
6. Laut
7. Hanya Alaia
8. Berdua
9. Mungkin Salah
10. Feels
11. Dua Rasa
12. Dilema
13. Pernah Ada
14. Kamu
15. Gelora Asa
16. Gone
17. Nuansa Bening
18. Lensa
19. Dua Garis
20. Langit
21. Young Married
22. Anger
23. Bittersweet Feeling
24. Lost
25. Badai Rasa
26. Goddess
27. Jalan Kita
28. Hampir
29. The Blue
30. Dark Sky
31. Confused
32. Satu Bintang
33. Siren
34. Mrs. Raja
35. Euphoria
36. Laut dan Alaïa
37. Wheezy
38. Celah Adiwarna
39. Aqua
40. Baby Daddy
42. Insecure
43. One Wish
44. Jika Aku Pergi
45. Rumit
46. Langit Ketika Hujan
47. Mermaid
48. Something From The Past
49. Reincarnation
50. Hey, Baby
51. Pudar
52. Cahaya Halilintar
53. Black and Pink
54. Harta, Tahta, Alaia
55. Happy Mamiw
56. Permainan Langit
57. Badai
58. Amatheia Effect
59. Rest in Love
60. Bintang
61. Di Bawah Purnama
62. Death Note
63. Glitch
64. Langit Shaka Raja
65. Bye
66. Sekali Lagi
67. Half-Blood
68. Deep Sea
Vote Cover ALAÏA
69. Terang [END]
PRE-ORDER ALAÏA DIBUKA!
Extra Chapter
ALAÏA 2
SECRET CHAPTER ⚠️🔞
AMBERLEY
ALAÏA 3
ALAÏA UNIVERSE: "SCENIC"

1. Hey, Nona

614K 56.9K 34.1K
By radexn

FOLLOW IG AKU: alaiaesthetic & radenchedid (cadangan). Biar engga ketinggalan info tentang ceritaku! 🤍

1. Hey, Nona

"Tuman lu. Kesel banget gue!"

Sepanjang jalan, cowok itu menggerutu sambil membantu lelaki yang sedikit lebih tua darinya untuk jalan dengan benar. Aroma lelaki itu bagai alkohol berjalan.

Lelaki tadi tertawa melihat penderitaan sang adik. "Burung apa yang nggak bisa terbang? Hayo, apaaaa?"

"Burung lu!" Lelaki itu menjawab pertanyaannya sendiri, disusul tawa kencang yang membuat beberapa pengunjung rumah sakit menoleh.

Wajah Langit merah, antara malu dan kesal menjadi satu kombinasi yang tidak bagus. Dia menoleh ke Ragas, kakaknya, lalu mengancam akan membunuh Ragas bila tak berhenti bicara.

"Ga denger." Ragas menyahut.

Dalam minggu ini, sudah dua kali Ragas mabuk berat dan akhirnya kecelakaan motor. Namun kali ini kecelakaannya membuat Ragas diharuskan datang ke rumah sakit terdekat, sebab luka di kakinya cukup terbuka dan parah.

"Suster, tolong nih." Langit berujar pada dua orang wanita yang datang untuk membantu. Ia menyerahkan Ragas pada perawat itu.

Akhirnya Langit bisa tenang tanpa mendengar racauan Ragas yang tidak jelas. Tugasnya sekarang adalah menunggu Ragas diperiksa sambil mengabarkan orang tuanya yang berada di rumah.

Langit tidak sabar menunggu tontonan asik di rumah, yaitu melihat Ragas diceramahi Bunda.

Kaki Langit bergerak mendekati kursi panjang yang kosong. Lorong rumah sakit nampak sepi, mungkin karena ini sudah malam. Itu tak jadi masalah besar bagi Langit.

Ia duduk di sana, mengeluarkan ponsel dan mengetik sebuah kalimat di grup keluarga.

Langit:
Langit abis nyiduk ragas. Hadiahnya martabak ya

Hanya berselang detik, Bunda membalas.

Bunda:
Ok gntng👍🏻

Saat sedang asyik memainkan ponsel, Langit merasa dirinya seperti diperhatikan oleh sesuatu. Ia ingin menoleh namun kepalanya berat untuk bergerak. Jadi, ia bersikap cuek saja.

Tapi ternyata, rasa cuek Langit dikalahkan oleh gerakan refleks yang membuat kepalanya tertoleh dan matanya menangkap sesuatu di ujung lorong.

Ada sesosok perempuan berdiri di sana, berpakaian khas pasien rumah sakit ini. Rambutnya panjang dan nampak kebingungan dengan keadaan sekitar.

Ia berjalan pelan-pelan, matanya bergerak melirik ke kiri, kanan, depan, bahkan belakang. Langit diam-diam memerhatikan gelagat gadis itu dan keningnya pun mengerut tanda bingung.

Semakin lama, Alaia semakin mendekat ke arah Langit. Ketika Alaia menyadari keberadaan Langit, langkahnya langsung terhenti. Matanya membulat dan bibirnya terbuka sedikit. Alaia seperti baru saja bertemu makhluk dari luar bumi.

Tatapan Alaia membuat Langit kebingungan setengah mati. Dia sampai bertanya-tanya dalam hati, apakah ada sesuatu yang aneh di wajahnya. Atau apa yang sebenarnya cewek itu lihat?

"A-a...." Alaia terbata, ia gugup untuk bicara.

"Kenapa?" Langit bertanya.

"Apa kamu liat Paman?" tanya Alaia, lagi-lagi bikin Langit heran.

Untuk menjawabnya Langit hanya menggeleng. Jelas saja dia tidak tau, bahkan Langit pun tidak mengenal cewek ini.

"Paman nggak ada di sini kan?" Terlihat adanya kilau penuh harapan bercampur kelegaan di mata Alaia.

"Itu artinya aku nggak akan dikurung lagi?" Alaia berucap seakan meminta kepastian pada Langit.

Kening Langit makin mengerut dalam. Sebelum Alaia menyodorkan pertanyaan-pertanyaan yang Langit tak tau jawabannya, cowok itupun berkata, "Gue nggak tau apa-apa."

Ucapan Langit meredupkan kilau harapan pada tatapan Alaia. Gadis itu melemaskan bahu dan menunduk sebentar. Reaksinya membuat Langit merasa sedikit tak enak hati, tapi juga ia sungguh tidak tau apapun tentang gadis ini.

Lantas, apa yang harus Langit perbuat?

Raut Alaia menjadi sangat sedih. Ia membuang napas berat dan berucap terima kasih pada Langit. Setelahnya, Alaia pergi dengan harapan yang sirna.

Kepergiannya membuat perhatian Langit sepenuhnya tertuju pada Alaia. Langit beranjak dari kursi, menghampiri gadis tadi dan menanyakan satu hal yang terasa janggal bagi Langit.

"Tadi lo bilang lo nggak bakal dikurung lagi?" Langit mengingat ucapan Alaia beberapa detik lalu.

Alaia meragu. "Aku nggak tau. Mungkin nanti Paman dateng buat bawa aku lagi."

Langit mencerna dengan baik setiap kata yang Alaia ucapkan. Kalimat cewek itu memiliki arti yang mendalam, bikin Langit penasaran apa yang sebenarnya terjadi padanya.

"Lo dikurung?" tanya Langit, intonasinya rendah.

Belum sempat Alaia menjawab, seseorang telah memanggilnya dan meminta Alaia ikut bersamanya. Orang itu adalah Dokter yang menangani Alaia sejak gadis itu ditemukan mengambang di laut —tepatnya seminggu yang lalu.

Setiap hari, tiap Alaia bertemu orang baru, pasti ia menanyakan "Paman" pada orang itu. Langit adalah orang ke sekian yang Alaia temukan.

"Nona Alaia, kita kembali ke kamar, ya?" Dokter itu berbicara sangat manis pada Alaia, sungguh penuh kasih.

Alaia menurut. Sang Dokter menoleh ke Langit dan mengangguk ramah, kemudian menuntun Alaia untuk ikut bersamanya.

Alaia menoleh ke belakang ketika sudah melangkah sebanyak tujuh kali menjauh dari Langit. Ia menatap Langit sejenak, seperti ada yang ingin ia katakan namun tertahan. Lantas Alaia berbalik ke depan lagi dan melanjutkan langkahnya.

Dari kejauhan, Dokter itu seperti sedang membicarakan sesuatu pada Alaia dan Alaia mengangguk pelan. Lalu Dokter cantik itu mengusap bahu Alaia seperti sedang memberi semangat.

Alis Langit terangkat sebelah. Kebingungannya makin bertambah dan ini menjadi beban tersendiri dalam dirinya.

Tak mau memikirkan orang yang tak dikenalnya itu, Langit memilih untuk kembali duduk di kursi tadi dan memainkan ponselnya lagi. Mungkin beberapa menit ke depan Ragas sudah selesai diobati dan mereka bisa segera kembali ke rumah.

⚪️ ⚪️ ⚪️

Langit mendorong kursi roda menuju mobilnya yang terparkir di depan lobi rumah sakit. Masih gondok terhadap Ragas, Langit dengan kasar menarik sang kakak untuk berdiri dan ia paksa masuk ke dalam mobil.

"Buruan, Monyet. Emosi gua liat lu." Langit menggerutu lagi.

Ragas terkekeh, dia masih di bawah pengaruh alkohol. Setelah Ragas duduk anteng di kursi depan, Langit pergi untuk mengembalikan kursi roda pada sekuriti. Lalu, ia masuk ke mobil dan bergegas pulang.

Sambil menyalakan mesin, Langit berucap pada Ragas, "Kalo tadi di jalanan ada polisi, lu pasti ditangkep, Goblok. Gegayaan bawa motor pas lagi mabok."

"Khilaf," kata Ragas.

"Otak lo tuh cuma setengah, apa emang ga ada?" celetuk Langit lagi.

"Ga ada." Ragas menyahut, setengah sadar.

Mobil melaju meninggalkan halaman luas rumah sakit. Langit fokus menyetir, sementara Ragas memejamkan mata tapi mulutnya tidak bisa diam. Ia bicara terus meski kata-kata yang ia ucapkan tidak nyambung semua.

Di dalam perjalanan, pikiran Langit terganggu oleh tiga hal.

Satu, Ragas yang berkicau terus seperti burung.

Dua, martabak lezat yang menunggunya di rumah.

Tiga, cewek yang ia temui di rumah sakit.

Ketika mobilnya berhenti karena lampu merah menyala, Langit mengisi kesempatan itu untuk mengingat nama gadis tadi yang disebut oleh Dokter.

Langit menyentuh pelipisnya dan berpikir keras, "Siapa ya tadi?"

Suara Dokter itu terngiang dan seketika mata Langit terbuka lebih lebar karena menemukan jawaban.

"Nona Alaia." Langit bergumam.

"Ya?" celetuk makhluk di samping Langit.

"Diem lo, Tai."

Ragas tertawa, menganggap ucapan Langit lucu dan membuatnya bahagia. Ragas memang begitu, makanya ia sering dijadikan bulan-bulanan Langit karena Ragas selalu menyebalkan di mata sang adik.

'Duk!' Bunyi berasal dari kaca belakang mobil.

Langit spontan menatap spion depan dan melihat apa yang terjadi di belakang mobilnya. Terlihat dua orang naik motor, cewek dan cowok. Motor itu bergerak ke depan dan sekarang berhenti tepat di samping kanan mobil Langit.

Sepertinya dua orang itu sedang bertengkar. Si cewek tiba-tiba memukul bahu cowoknya, lalu si cowok balas mencubit paha ceweknya.

Langit mengamati orang itu dan sadar bahwa ia mengenal mereka berdua. Sontak Langit menurunkan kaca mobil dan menyebut salah satu nama, "Lila!"

Cewek tadi menoleh. "Langit," sebutnya.

Lampu merah sebentar lagi berganti jadi hijau. Lila cepat-cepat turun dari motor besar itu dan melepas helm. Pacarnya menahan dia, dan semakin marah karena Lila hendak meninggalkannya.

Namun Lila tak peduli, ia lebih memilih pindah ke mobil Langit daripada harus ribut di motor yang membuatnya malu sendiri.

"Lila!" hentak cowok itu.

Lila masuk ke mobil Langit dan mengunci pintu agar pacarnya itu tidak macam-macam. Lila menangis. Ia kesal dan ketakutan.

Ragas yang belum sepenuhnya sadar pun berujar, "Ada apa? Apani? Apatu?"

Langit ikutan bingung. Ia harus bagaimana untuk menenangkan perempuan yang sedang menangis?

Sambil melajukan mobil, Langit ngomong ke Lila, "Tenangin diri lo dulu, La. Itu di samping pintu ada minuman masih disegel. Minum dulu."

Lila sesenggukan. Ia menuruti apa yang Langit katakan. Ia mengambil minuman itu dan meneguknya banyak-banyak. Rasanya capek sekali, seperti tenaganya terkuras setelah tengkar dengan sang kekasih.

"Gue capek banget, Ngit," kata Lila, hendak menangis lagi.

"Kayaknya gue salah terus di mata Bastian." Lila mencurahkan isi hatinya.

Lila menoleh ke belakang, takut Bastian mengikuti mobil Langit. Dan ternyata dugaannya benar, pacarnya itu membuntuti mobil ini. Bahkan Bastian dengan sengaja memainkan gas yang menimbulkan bising.

"Bastian ngikutin kita," ujar Lila.

Langit menambah kecepatan laju mobil dan berusaha menghindari Bastian. Entah bagaimana caranya, yang penting Langit harus membawa Lila jauh-jauh dari Bastian.

"Sori ya, Ngit, gue ngerepotin." Lila merasa bersalah.

"Santai, La," balas Langit.

"OOOH, INI LILA YANG ITU YE?" Ragas kumat lagi. "Delila Amora, anaknya Bapak Sony."

"Bacot, Gas," sinis Langit.

"Mantan tersayang Langit Shaka Raja." Ragas melanjutkan.

Lila yang mendengar itu lantas terdiam, begitu juga Langit. Dua detik kemudian, Langit berhasil menepak muka Ragas agar berhenti bicara ngawur.

"Ragas kobam ya?" tanya Lila, mendadak rasa sedihnya akibat Bastian hilang.

"Iya, nggak usah didengerin kalo—"

"Biasanya orang mabok itu jujur lho...," selak Lila, membuat keadaan hening seketika.

Ragas tai anjing, batin Langit berapi-api.

"O ow kamu ketauan—" Ragas baru saja bernyanyi dan langsung disuruh diam oleh Langit.

"Ragas kalo lo ngomong lagi, gue lempar lo keluar!" ancam Langit, mengundang tawa dari Ragas dan juga Lila.

Dan sekarang, isi kepala Langit adalah berbagai macam kata-kata kasar.

⚪️⚪️ To Be Continued....⚪️⚪️

jangan lupa share cerita ALAIA yaa!
kalo kamu mau post di instastory, tag aku (@radenchedid) biar aku repost ok ;)

Continue Reading

You'll Also Like

91.2K 7K 114
Michael adalah sesosok pemimpin malaikat yang diutus ke dunia untuk menjaga seorang manusia. Manusia seperti apakah yang membuat pemimpin malaikat sa...
464 125 34
Zega dan timnya diperintahkan untuk menyelidiki sebuah kasus penting yang melibatkan seorang anggota gangster. Tidak hanya Zega, Febrian dan timnya j...
13K 281 6
Nathan si fotografer tak sengaja bertemu dengan Ayana yang menghancurkan kacamatanya hingga pecah, apakah yang di lakukan Ayana ?
4.1M 481K 43
[available on bookstores; gramedia, etc.] Ketika kamu baru saja bahagia lagi, sesuatu mengharuskanmu berpaling dan merelakan segalanya. O S C I L L...