DESA SETAN

Od EnricoHendayana28

792K 61.5K 3.7K

Desa Pagar Mentimun digemparkan oleh seorang perempuan yang hidup kembali saat hendak dikuburkan. Retno, seor... Více

Padang 12
Tempat Tujuan
Santi?
Teror!
Kesepakatan
Sebab
Terjebak!
Mansor
Penghuni Kebun Sawit
Awal Bencana!
Nek Sirih
Kota Gaib : Padang 12
Gerbang Lainnya
Telaga Larangan
Terlambat!
Persiapan
Firasat
Putra Kelana
Putra Kelana 2
Bertemu Kembali
Bidasan!
Kebangkitan!
Mati Jasad
Orang Limun
Bantuan Tiba
Harapan
Takluk!
Pulang
Awal yang Baru
Mati Suri Terbit di Epilog
DESA SETAN Sebagai Judul Baru
RENCANA COVER DESA SETAN
BULANNYA DESA SETAN
LIVE IG NGOBROLIN DESA SETAN!
Timeline novel DESA SETAN
OPEN PO DESA SETAN DIMULAI

SAHABAT

18K 1.4K 28
Od EnricoHendayana28

Bel istirahat berbunyi, menciptakan keriuhan lain setelahnya, keriuhan dari para murid SMPN 1 Ketapang yang berlari ke arah kantin yang berada di sudut sekolah. Namun ternyata, tak semuanya seperti itu, ada segelintir murid yang sukanya mengganggu murid yang mereka anggap culun, daripada pergi menikmati makanan di kantin.

"Siapa namamu tadi anak baru?" Salah satu dari lima orang murid kelas tiga yang melakukan perundungan, bertanya.

Murid yang dirundung tak terlihat ingin menjawab pertanyaan itu, dia tahu itu hanya basa-basi kakak kelasnya, karena nama siswa sudah tercantum jelas di seragam sekolah mereka.

"Jawab! Kau bisu?" tanya kakak kelasnya lagi lantas menarik kerah baju murid yang dirundung.

"Hajar aja dia, Angga!" Temannya mengompori.

"Betul, Angga. Kelamaan kalau gini, nanti keburu bel masuk!" sahut teman yang satunya lagi.

Anggara tersenyum, dan tanpa banyak bicara lagi, dia menghajar wajah murid tersebut dengan beberapa kali pukulan hingga bibirnya berdarah.

Tak ada yang menyadari aksi mereka, gudang sekolah yang berada cukup jauh dari keramaian, membuat mereka dengan tenang melancarkan aksinya, bahkan tak perlu memikirkan murid yang mereka rundung mau masuk ke kelas lagi atau tidak setelah lumat dihajar.

"Apa ...." Murid yang dirundung, terbatuk-batuk. "Apa ... salahku?"

Mereka tertawa, puas akhirnya bisa membuat si murid baru, bicara.

"Kau anak baru! Anak kelas satu! Tetapi sudah beraninya mendekati pacarku?"

Akhirnya terungkap alasan mereka merundung si murid.

"Siapa ... aku tak merasa ...."

Sebuah pukulan di perut membuat ucapannya terputus.

"Kirana—pacarku! Puisi yang kau tulis di mading untuknya, kan? Karena dia terlihat bahagia setelah membaca puisimu!"

Si murid yang dirundung tertawa. "Dianya saja yang merasa, puisiku itu wujud syukur kepada Tuhan, bukan dia."

Para perundung dibuat terdiam dengan jawabannya, tetapi entah menutupi rasa malu, atau tak mau percaya dengan alasan itu, mereka melanjutkan perundungan hingga tanpa sadar bel masuk sudah berbunyi dari tadi, menyisakan mereka saja yang belum masuk ke kelas.

Retno, nama yang tertera di seragam siswa yang dirundung hanya pasrah menerima pukulan dan tendangan ke perut dan wajahnya. Darah di bibir dan di hidungnya tak membuat si perundung berhenti, malah makin menggila.

Mereka bak iblis dalam tubuh anak-anak, yang hanya menyamar untuk menebar kejahatan dan kebencian sejak dini.

"Habisi ... habisi ... habisi ...." Teman-temannya mengompori si Anggara untuk memukulkan kayu batangan di tangannya, ke arah kepala Retno.

Retno membelalak, bukan karena takut terkena pukulan, tetapi dia menangkap sosok lain di belakang para perundung, sosok tak kasat mata yang ikut mengompori kakak kelasnya itu.

"HABISI! HABISI! HABISI!" seru sosok berwajah gosong tersebut, sama seperti teman-teman si perundung, tetapi lebih keras dan lantang, juga menakutkan.

Retno memejamkan mata saat melihat sosok tersebut mendekatinya, yang dikira seniornya adalah wujud pasrah menerima pukulan, hingga terdengar suara pintu gudang terbuka, bersamaan dengan sinar matahari masuk menerangi gudang, membuat sosok tak kasat mata cepat-cepat menghilang.

"Ah, Retno! Di sini kau ternyata!" sapa murid yang membuka pintu gudang lantas tertawa.

"Siapa kau?!" tanya Anggara geram.

"Aku? Kau buta huruf? Jelas-jelas namaku tertulis di sini!" Tunjuk si murid ke nama di seragamnya.

"Gunawan?"

"Ya! Panggil saja Wawan!"

Para perundung tertawa, tak merasa takut hanya karena bertambah satu lagi junior mereka.

"Kau mau bergabung dengannya?" Anggara menunjuk ke arah Retno.

Wawan menggeleng. "Tapi mungkin Pak Ricko mau bergabung dengan kalian!"

Mata para perundung membelalak mendengar nama guru BK di sekolah itu disebut. "Kau bersama Pak Ricko? Di mana dia?"

"Sedang dalam perjalanan," ucap Wawan santai.

"Sialan! Ayo kita pergi!" ajak Anggara kepada temannya, tak ingin berurusan lagi dengan guru BK tersebut. "Tapi ingat! Kau tak akan kulepaskan!""

Mereka berlalu meninggalkan Retno dan Wawan di dalam gudang.

"Pak Ricko benaran mau ke sini?"

Wawan tertawa. "Tentu saja ... tidak! Aku hanya menakut-nakuti mereka."

"Terima kasih," ucap Retno saat Wawan membantunya berdiri. "Dari mana kau tahu aku di sini?"

"Kau itu orang paling rajin di kelas, aneh saja jika belum kembali ke kelas ketika bel masuk berbunyi, jadi kuputuskan untuk mencarimu, sampai kudengar suara riuh saat melintas gudang."

Retno mengangguk. "Lantas kenapa kau menyelamatkanku?"

Wawan tertawa, dia tahu Retno tertutup dan agak aneh, tetapi tak tahu seaneh ini. "Kita teman satu kelas, kan?"

"I-i-iya, benar, tapi itu saja?"

"Ya, itu saja!"

"Kau tak takut dianggap temanku karena telah membantu?"

Lagi, keanehan Retno membuat Wawan tertawa. "Memangnya ada yang salah jika aku berteman denganmu?"

"Aku culun dan aneh," ucap Retno memberitahukan julukannya di sekolah ini.

"Dan aku tak peduli! Mari berteman!" Wawan mengulurkan tangannya ke arah Retno sambil tersenyum.

Dengan wajah yang bonyok dan penuh darah, Retno ikut tersenyum, lantas menyambut jabat tangan Wawan. Sejak saat itulah persahabatan mereka terbentuk, persahabatan yang kuat hingga mereka beranjak dewasa, bahkan tak terputus meski nyawa salah satu dari mereka putus.

Di mana ada Retno, di situ ada Wawan, pun sebaliknya, tak jarang mereka diolok-olok, tetapi mereka masa bodoh, karena mereka tahu yang mengolok-olok tak lebih dari orang bodoh yang iri dengan persahabatan mereka yang sudah seperti saudara kandung.

"Akhirnya kau datang, Retno," ucap Wawan, saat menyadari kehadiran sahabatnua itu.

Dia sedang duduk menatap laut di pagi hari, di warung tempat mereka bertanya tuk pertama kali, tempat mereka bertemu arwah neneknya Santi.

"Maaf tak bisa membantu di saat-saat terakhir, karena kehadiranmu di sini, pertanda masalah telah berakhir, kan?" lanjutnya lagi.

Retno mengangguk.

"Kembalilah ... kembalilah untuk hidup di dalam tubuhku," ucap Retno langsung ke inti permasalahan.

Wawan menoleh, sama seperti Santi dan arwah lainnya, wujud mereka masih sama, tetapi kulitnya pucat pasi.

"Aku sudah mati!" seru Wawan dengan suara bergetar. "Apa bedanya ... aku hidup di tubuhmu atau memilih begini? Aku tetap saja sudah mati!"

Selama bersahabat dengan Wawan, baru kali ini dia menangkap kesedihan yang mendalam dari tatapan dan ucapan sahabatnya itu, membuat Retno kesulitan merangkai kata, tetapi dia tak mau menyerah.

"Aku paham yang kau rasa. Aku paham yang kau pikir. Aku pun akan merasakan hal yang sama jika di posisimu, tetapi ... tak inginkah kau menemani dan menjaga kedua orangtuamu hingga mereka tua nanti?"

Wawan tertawa. "AKU INGIN! AKU MAU! TETAPI BAGAIMANA AKU MENJALANI HARI SEBAGAI DIRIMU? BAGAIMANA AKU BISA MELIHAT KESEDIHAN ... MEREKA SETIAP WAKTU? KESEDIHAN ORANGTUAKU!"

Retno tersentak, sudah lama Wawan tak meneriakinya saat bicara empat mata.

"Aku ingin ... aku mau ... tetapi bagaimana caranya ...?" ucap Wawan melunak kini.

Lama Retno termenung, dia tak bisa dengan egoisnya memaksa Wawan untuk mengikuti rencananya begitu saja, tetapi tetap saja itu satu-satunya solusi terbaik yang ada saat ini.

"Jika aku menemukan solusi terbaik untukmu, maukah kau hidup sebagai diriku?" tanya Retno setelah lama menimbang-nimbang.

Bersambung.

Tersisa dua bab lagi, dan Mati Suri kembali tamat. 😁

#BangEn

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

30.6K 1.8K 20
Setelah kepergian orang tuanya (Amelia) memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya setelah kurang lebih 6 tahun berada di luar kota. Amel bernia...
MARVEL (END) Od awa

Paranormální

1.4M 57K 71
Marvel itu cowok yang terbilang nakal. Kerjaannya membolos, ngerokok dan kenakalan lainnya. Bahkan ia mempunyai geng motor yang di ketuai olehnya. Te...
32K 1.8K 42
Maya akan menjadi sepenggal cerita dalam misteri meninggalnya beberapa pemuda di kampung pesisir. Tapi kematiannya yang seakan tenang membuat semua t...
76.5K 3.5K 26
Sebuah kisah yang menceritakan pengalaman seseorang ketika mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata. Ada tiga peristiwa yang dialami oleh tokoh cerita u...