If You Know When [TELAH DITER...

By ItsmeIndriya_

1M 120K 15.4K

Trilogi IYKW Series Sekian lama menghilang, akhirnya Vanilla kembali dengan harapan baru untuk akhir kisah pe... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
PENGUMUMAN
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Lima
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
VOTE COVER!!!
Lima Puluh Delapan
Lima Puluh Sembilan
Enam Puluh
Enam Puluh Satu
Enam Puluh Dua
Enam Puluh Tiga
Enam Puluh Empat
Enam Puluh Lima
TERIMA KASIH
PRE-ORDER IYKWHEN
LDR SERIES 1 || OBSESI ELANG
DIARY VANILLA

Dua Puluh Enam

25K 2.5K 459
By ItsmeIndriya_

Jason menarik selimut hingga batas leher Vanilla, ketika adiknya itu sudah mulai tertidur lelap. Rasanya Jason ingin menangis, tapi sebisa mungkin ditahannya karena tidak ingin membuat adiknya itu merasa bersalah. Setelah pertemuannya tadi, Vanilla sempat mengamuk sebelum akhirnya di suntikkan obat penenang oleh Sandra. Jason juga sudah mengabari keluarganya bahwa ia bertemu dengan Vanilla di Paris, dan akan membawa Vanilla pulang.

Jason menatap lekat wajah Vanilla yang terlihat tirus, tubuhnya semakin kurus dan matanya nampak cekung serta terlihat pucat. Jason ingin melihat iris abu-abu Vanilla yang begitu indah, senyum lebar yang menawan, dan sikap ceria Vanilla yang sangat Jason rindukan. Jika Jason bisa memutar waktu, ia akan kembali ke masa dimana ia selalu menjaga adik kesayangannya itu.

Puas menatap Vanilla, Jason mendaratkan kecupan di puncak kepala Vanilla dan meninggalkan adiknya itu untuk beristirahat. Ia menghampiri Vino dan Sandra yang sedang bersitegang di ruang makan. Sandra meminta penjelasan, namun Vino dan Jason sama sekali belum bersuara.

"Gue gak mau tahu, salah satu dari kalian harus jelasin ke gue, sekarang!" perintah Sandra dengan kedua tangannya yang di lipat di depan dada seraya menatap Vino tajam.

Vino mendengus, ia tidak ingin meladeni Sandra yang sedang emosi. Benar kata Vanilla, bagaimana bisa ia jatuh hati pada wanita seperti Sandra. Wanita yang sangat sangat jauh dari kriteria Vino.

Jason menarik kursi di samping Vino dan duduk sembari menghela napas. "It's complicated, Sandra," ucap Jason bingung hendak menjelaskan mulai dari mana.

"Jujur, gue gak mau tahu tentang urusan kalian. Gue cuma mau tahu keadaan Vanilla. Gue bingung karena selama ini, bertahun-tahun, Vanilla minum obat penenang mulu. Lo berdua gak kasihan?"

Jason kembali menarik napas dan menghembuskan. "Vanilla itu nyaris sempurna," ujarnya mulai bercerita. "Vanilla itu berbeda dari kebanyakan orang. Sejak umur satu tahun Vanilla sudah lancar berbicara, di umur dua tahun sudah bisa menggambar dan bermain piano, di umur tiga tahun Vanilla bisa berbicara banyak bahasa, dan di umur lima tahun, pola pikir Vanilla sudah seperti orang dewasa."

"Bokap gue dan bokap Vanilla sahabatan, sejak mereka SMP sampai mendirikan perusahaan bersama. Tapi perusahaan keluarga Vanilla nyaris bangkrut, lalu ada seseorang yang berminat untuk memberikan investasi dengan syarat, Vanilla harus di adopsi. Sayangnya orang itu terlibat dalam sindikat penjualan anak dan sudah menjadi buronan selama beberapa tahun. Setelah bokap gue dengar berita itu, bokap gue marah besar. Bokap gue marah karena keluarga Vanilla lebih mementingkan perusahaan di banding anak kandung mereka sendiri. Akhirnya Bokap gue memutuskan untuk mencari Vanilla, dan sejak saat itu Vanilla resmi masuk di keluarga besar gue sebagai anak angkat yang sah."

"Vanilla sosok yang periang, ceria, ceroboh, dan dia tahu bagaimana cara untuk membuat orang nyaman di sekitarnya. Vanilla pintar, berbakat, semua orang memuji Vanilla. Di umur Vanilla yang baru delapan tahun, Vanilla tampil di acara resital musik dan berhasil mendapatkan tawaran beasiswa di beberapa sekolah seni internasional. Tapi Vanilla memilih untuk tetap di sekolah lamanya, bersama Vanessa, kakak kembarnya. Bahkan Vanilla berjanji untuk terus menjaga Vanessa, karena Vanessa berbeda dengan Vanilla."

Jason memberi jeda pada ceritanya. Dadanya terasa sesak karena berusaha menggali kenangan masa kecilnya bersama Vanilla.

"Di umur sepuluh tahun, orang tua gue sadar ada yang aneh dari Vanilla. Terkadang Vanilla suka meremehkan orang lain, egois, menyebut dirinya sendiri lemah, dan ucapannya tidak seperti anak umur sepuluh tahun pada umumnya. Tapi hal itu terlihat setiap kali Vanilla merasa kesepian."

"Di umur tiga belas tahun, Vanilla kecelakaan, karena kecelakaan itu Vanessa jatuh koma, dan Kevin, sahabat Vanilla meninggal. Kakak tertua Vanilla menyalahkan Vanilla atas insiden tersebut, dan akhirnya Vanilla memutuskan untuk menjadi pendonor ilegal untuk kembarannya. Sejak saat itu, Vanilla sedikit berubah karena depresi, trauma, dan karena kepribadian lain di dalam diri Vanilla. Akhirnya Vanilla di masukan ke dalam rumah sakit jiwa oleh keluarganya sendiri."

Sandra membekap mulutnya tidak percaya. Jujur saja, Sandra seolah sedang menahan napas saat mendengarkan cerita dari Jason.

"Setelah itu keluarga gue memutuskan untuk kembali ke Jerman dan merawat Vanilla di rumah. Setiap hari selama hampir dua puluh empat jam, gue selalu ada untuk Vanilla. Bahkan gue rela gak punya teman demi Vanilla. Bukan karena gue terobsesi, tapi karena gue mau melindungi Vanilla, gue mau menjalankan peran gue sebagai Kakak untuk Vanilla."

"Vanilla memang terlihat kuat, periang, tapi aslinya Vanilla itu rapuh. Persis seperti apa yang Vanilla bilang sendiri, Vanilla lemah, terlalu baik hati, dan lebih mementingkan perasaan orang lain di banding perasaannya sendiri."

"Jadi, maksud lo---" Sandra menggantungkan ucapannya, "Vanilla beneran bipolar?"

Jason menggelengkan kepala, "Alterego,"  jawab Jason. "Di umur Vanilla yang ke sepuluh, Vanilla menciptakan kepribadian lain yang bernama Revan. Vanilla lemah, sebaliknya Revan berani dan kuat, Vanilla baik hati, sebaliknya Revan egois, Vanilla lebih mementingkan orang lain, sebaliknya Revan tidak peduli dengan orang lain. Vanilla menciptakan Revan untuk menutupi kekurangan dan kelemahan Vanilla. Dengan adanya Revan, sosok Vanilla makin terlihat sempurna."

"Jadi Vanilla punya kepribadian ganda?" tanya Sandra lagi.

"Lebih tepatnya perubahan identitas karena Vanilla sepenuhnya sadar setiap kali Revan mengambil alih pikiran Vanilla. Tapi orang sering menyalah artikan sebagai penyakit mental. Alter ego kepribadian yang di bentuk secara sadar, sedangkan Dissociative Identity Disorder adalah kepribadian ganda yang sesungguhnya. Orang yang memiliki DID tidak akan ingat apa yang di lakukan ketika kepribadian lain mengambil alih tubuhnya, dan perubahannya lebih dratis. Dia memiliki nama, jenis kelamin yang berbeda, usia, bahkan hingga cara berjalan pun berbeda, dan biasanya lebih suka menggunakan kata 'kami' yang menunjukan lebih dari satu kepribadian."

"Tunggu deh, bukannya dulu psikeater Vanilla sendiri yang bilang kalau Vanilla punya kepribadian ganda karena kecelakaan itu?" sahut Vino karena merasa ada yang janggal.

Jason kembali menggelengkan kepala, "kami sengaja membiarkan orang tahu bahwa Vanilla mengidap kepribadian ganda. Meski sebenarnya itu kepribadian yang Vanilla ciptakan sendiri ketika ia masih kecil. Kecelakaan itu menyebabkan Vanilla depressi, trauma, dan terkadang Revan muncul untuk mengembalikan pikiran Vanilla, menguatkan Vanilla agar tidak terus-terusan berpikir bahwa Vanilla lah yang menjadi penyebab kecelakaan itu. Bisa di bilang sosok Revan lah yang menjadi penyemangat Vanilla."

Vino menggaruk kepalanya, sementara Sandra hanya mengangguk-anggukan kepala tidak mengerti. Lebih baik Sandra di berondongi pertanyaan seputar obat-obatan di banding masalah mental seperti ini.

"Berarti yang menjadi masalah bukan Revan, melainkan rasa trauma dan depresi Vanilla?"

Jason menjentikkan jarinya tanda bahwa ucapan Sandra benar. "Mimpi buruk yang sering Vanilla alami itu karena kejadian di masa lalu dia. Kepanikan Vanilla itu karena rasa takut Vanilla yang sangat besar, dan juga sekarang Vanilla mengidap amnesia, sebagian besar memorinya hilang."

Vino menggembungkan pipinya sementara Sandra kini menggaruk kepalanya. Baru kali ini Sandra bertemu orang dengan jalan hidup yang sangat sangat berliku seperti Vanilla. Jika di ceritakan detailnya, akan di pastikan Sandra ikut kehilangan akal sehatnya.

"Intinya sekarang, gimana pun caranya Vanilla harus kembali dan memperbaiki segala yang pernah terjadi di masa lalu." Vino angkat bicara menandakan bahwa Jason harus menghentikan ceritanya. "Gue sudah buat rencana sejauh ini, dan tugas Lo sebagai kakak adalah meyakinkan Vanilla. Gue gak mau rencana gue ini gagal."

Tiba-tiba Sandra berdiri dan mengangkat tangannya, "itu urusan kalian berdua dan gue gak mau ikut campur," ujarnya melenggang pergi menuju dapur karena hendak menyiapkan makan malam.

Jason menatap Vino lekat, lalu tak lama ia menghela napas. Semoga saja Vanilla masih mau mendengarkan perkataannya.

*****

Jason mengetuk pintu kamar Vanilla, namun tidak ada jawaban. Jason pun memutuskan untuk masuk dan memastikan apakah adiknya itu sudah sadar atau masih terlelap. Ketika Jason membuka pintu, mata mereka saling bertatapan. Vanilla mengembangkan senyum tipis di balik wajahnya yang pucat.

"Maaf," hanya itu kata yang terucap dari mulut Vanilla. Matanya mulai berkaca-kaca, namun sebisa mungkin Vanilla berusaha agar tidak menangis.

Jason mengusap kepala Vanilla dan mengatakan bahwa Vanilla tidak perlu meminta maaf. Vanilla tidak salah, Vanilla melakukan hal seperti ini karena di paksa oleh keadaan. Jason mengerti kehidupan yang Vanilla jalani sangatlah berat.

"Ingat janji gue dulu?" tanya Jason di balas gelengan oleh Vanilla. "Gue dan Kak Rey akan terus jagain Lo, melindungi Lo dan membuat Lo bahagia. Gimana pun kondisi Lo, gue dan Kak Rey akan tetap sayang. Gak peduli apapun yang terjadi, Lo tetap adik kesayangan gue."

Detik itu juga Vanilla langsung menghambur ke pelukan Jason dan menangis sejadi-jadinya. "Vanilla yang Jason kenal itu, Vanilla yang hampir sempurna. Vanilla yang periang, selalu tertawa, berani, ceroboh, humble, dan Vanilla yang sebisa mungkin terlihat bahagia di depan orang-orang yang dia sayang. Bukan Vanilla yang cengeng, pendiam, dan suka mengurung diri kayak gini." Di balik tangisannya, Vanilla tertawa sebentar.

"Jason, Kak Rey, Mami, Papi, Vanessa, Zero, Ferrio, Papa Fahri dan Mama Dila kangen sama Lo. Kami semua mau Lo kembali, berkumpul kayak dulu lagi. Lupain segala sesuatu yang dulu pernah terjadi. Kita mulai hidup baru yang benar-benar bahagia. Tanpa ada kebohongan, ataupun rahasia."

Vanilla menggelengkan kepalanya, "gak bisa," bisiknya.

"Karena Revan?" tanya Jason dan Vanilla terdiam. "Revan gak pernah punya niatan untuk menyakiti siapapun. Revan hanya gak mau Vanilla menjadi lemah."

"Dia pernah hampir mencelakai Sandra."

Jason mengangkat wajah Vanilla, "Revan hanya ingin memastikan Sandra tulus berteman dengan Vanilla dan gak ada maksud untuk menyakiti Vanilla."

"Vanilla..."

"Semua orang punya penyesalan, dan dari penyesalan itu mereka bisa belajar agar tidak mengulang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya."

Vanilla kembali menundukkan kepalanya. Ia menarik napas dan menghembuskannya. Kedengarannya memang sederhana, namun kenyataan sangatlah sulit. Vanilla harus memilih antara merelakan ingatannya dan membuat seolah tidak pernah terjadi apa-apa atau tetap mencoba dan terpuruk dalam kesendiriannya.

"Gue tahu mungkin berat bagi Lo untuk kembali. Tapi setidaknya Lo harus hadir di acara itu. Bagaimana pun juga Vanessa adalah saudara kembar Lo, setengah dari Lo ada di Vanessa. Lo gak bisa begitu aja mengabaikan dia, meskipun Vanessa pernah melakukan hal yang buruk terhadap Lo di masa lalu."

"Tapi Dava..."

"Lo pernah bilang Dava adalah kebahagian lo. Kalau Dava bahagia memilih Vanessa, Lo pasti akan ikut bahagia. Cinta itu gak harus saling memiliki, selama orang yang Lo cinta bahagia, Lo akan ikut bahagia."

Vanilla kembali terdiam sedangkan Jason mengembangkan senyum tipisnya seraya kembali memeluk Vanilla. "Jangan pergi lagi," ucap Jason suara seperti orang yang menahan tangis. "Maaf karena gue gagal menjalankan peran gue sebagai kakak dan gak bisa melindungi Lo."

*****

Masih ada yang bingung antara Alter ego dan Dissociative Indentity Disorder?
Memang sama sama memiliki kepribadian lain, tapi beda ya guys.
Alter ego itu kepribadian yang di ciptakan secara sadar. Contoh nih kalian itu insecure, demam panggung, pemalu, nah di pikiran kalian itu kalian membuat sebuah kepribadian yang bertolak belakang dari kepribadian asli kalian. Dan setiap kali kepribadian itu bertukar, kalian masih sadar sama apa yang di lakuin alterego kalian. Singkatnya sih kayak pemikiran dan sikapnya aja yang berubah, dan kalian masih punya kendali penuh atas diri kalian sendiri.

Beda halnya sama DID. DID ini yang di sebut kepribadian ganda. Umumnya dia punya dua kepribadian, bahkan ada yang sampai punya puluhan kepribadian. Kalau kalian bingung, kalian bisa nonton film Split dan Glass, itu menceritakan tentang orang yang punya 24 kepribadian atau kalian bisa baca novel judulnya "24 wajah Billy"
Nah kepribadian mereka ini macem-macem, ada nama, umur, jenis kelamin, cara berbicara, gaya berpakaian, pola pikir, hobi, dll. Dan mereka bisa menceritakan kepribadian lainnya, misalnya Revan bisa menceritakan bagaimana kehidupan Vanilla, apa yang di lakukan Vanilla, apa keinginan terbesar Vanilla, hobi Vanilla, begitupun sebaliknya.
Setiap kali mereka bertukar kepribadian, kepribadian asli kalian gak akan ingat sama apa yang kepribadian lain lakuin. Jadi semacam lupa ingatan guys. Nah DID ini yang masuk ke dalam penyakit mental.

Sebenarnya Revan ini muncul sebagai alterego Vanilla, bukan kepribadian ganda Vanilla. Revan muncul sebagai karakter yang bertolak belakang dengan Vanilla. Seperti yang di jelasin Jason.
Setiap kali Revan muncul, hanya intonasi suara dan cara berpikir aja yang berubah. Sedangkan dari ciri lain kayak cara berpakaian, hobi, dll masih dalam kendali Vanilla. Karena Revan di ciptakan Vanilla untuk jadi teman khayalan Vanilla, dan Vanilla menciptakan Revan secara sadar.
Artinya Vanilla sadar adalah Revan di dalam dirinya, dan Vanilla masih punya kendali penuh atas dirinya sendiri.

Kalau kalian ngikutin series ini dari awal, kalian pasti sadar, setiap kali Revan muncul, hanya cara berbicara dan sikap Vanilla aja yang berubah. Dan Vanilla ingat semua yang di lakukan Revan, yang di bicarakan Revan. Kalau Revan muncul sebagai kepribadian ganda Vanilla, Vanilla gak akan ingat satupun yang di lakukan Revan, dan Revan akan muncul sebagai orang lain. Misalnya kepribadian Vanilla yang bernama Revan ini cowok dan usianya sekitar dua puluh lima tahun, maka style Vanilla otomatis berubah, hobi Vanilla, musik kesukaan Vanilla, semuanya berubah guys.
Jadi alter ego itu beda ya sama DID/Kepribadian ganda.

Itu menurut pengetahuan aku ya. Kalau kalian ada yang kuliah jurusan psikologi atau punya kenalan psikiater atau mengerti tentang kepribadian ganda, bisa di koreksi ya!
See u di part selanjutnya🖤


Senin, 13 April 2020

Continue Reading

You'll Also Like

383 148 5
kamu amerta dalam aksara ku. start : des 27, 2023
4.1M 161K 9
[FANTASI] Diaz Elano Xeimoraga, bukan sembarang cowok. Ia dikarunia kelebihan bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa. Membac...
280 65 5
Altheo Matthew, lelaki berparas tampan yang dipaksa untuk mengikuti semua ucapan dari sang ayah, untuk sempurna menjadi seorang penerusnya. Tak ada c...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.1M 289K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...