Oneshoot Twoshoot Binhwan

By bubblelate

1.8K 184 53

Kumpulan cerita pendek Hanbin x Jinhwan Yaoi Bxb #29 - songyunhyeong #96 - songyunhyeong #41 - songyunhyeong ... More

Tangkai Mawar
Waiting For You (1)
Waiting For You (End)
Please Don't Forget Me
남자 친구
Musuhku, Pacarku (1)
Musuhku, Pacarku (End)
Destiny
NEW !!!

Waiting For You (2)

132 21 9
By bubblelate

“Arghh!” Hanbin mengacak-acak rambutnya frustasi.
“Mengapa dia benar-benar tega kepadaku? Pertemuan yang tak disangka-sangka kukira akan berjalan dengan mulus, tapi mengapa sebaliknya?”, ucapnya kesal dan akhirnya mengeluarkan teriakan kekesalannya yang berada dikamarnya saat ini.

Hanbin masih cukup waras untuk tidak mengacak-acak seluruh benda yang ada di kamarnya.

“Ya kau benar nan, sepertinya aku sudah sangat membencimu saat ini”, ucap Hanbin kembali dengan menonjokkan tangannya ke dinding tembok kamarnya.














.
.
.
.
.

















Hanbin menjalankan hari-harinya seperti biasa, namun sebenarnya ia sangat kehilangan rasa semangatnya. Hanbin tetap berinteraksi dengan yang lain, tetap mengikuti mata kuliahnya, tetap selalu menebarkan senyuman hingga candaan yang dilontarkan. Tetapi bayang-bayang Jinhwan benar-benar tidak bisa lenyap dari pikirannya. Itu yang menyebabkan Hanbin merasa frustasi dengan dirinya sendiri.

Saat ini Hanbin sedang berada di balkon kampus, menghirup udara segar di sore hari. Ia ingin mengistirahatkan sejenak otaknya tanpa ingin diganggu oleh siapapun. Setelah seminggu yang lalu bertemu Jinhwan sampai saat ini pun ia belum bertemu dengannya lagi. Tak bisa dipungkiri jika memang Hanbin merindukannya, bahkan kalimat yang ia ucapkan jika ia membencinya itu hanya angan-angan ketika waktu itu sangat merasa marah terhadap Jinhwan.

“Aku bahkan tidak bisa membencimu Jinani, yang ada perasaan ini semakin besar kepadamu. Aku tidak peduli kau sudah mempunyai tunangan, semoga saja kau tidak ditakdirkan dengannya tapi malah denganku. Aku tidak menentang takdir, tapi aku hanya berharap jika takdir akan memihak kepadaku”, ucap batin Hanbin dengan menatap sekitaran dengan pandangan iba.

Sepertinya lamunan Hanbin menjadi buyar ketika seseorang memanggilnya, yaitu Hayi yang saat ini berada di belakang Hanbin.
“Kau kenapa akhir-akhir ini? Apa ada yang mengacaukan pikiranmu?” Hayi mendekatkan langkahnya untuk mensejajarkan dengan Hanbin.
“Jika kau butuh teman untuk curhatanmu, ceritalah kepadaku. Tapi tenang saja aku tak memaksakan kau untuk cerita kepadaku, dan aku tak bermaksud mencampuri urusanmu. Aku hanya ingin membuatmu merasa bebas dari beban yang saat ini kau rasakan”, ucap Hayi kembali penuh dengan kelembutan, namun Hanbin tetap menatap kedepan tanpa menatapnya.

Entah sesuatu apa yang merasuki pikirannya, ia membalas ucapan Hayi tanpa nada tinggi yang selalu ia ucapkan biasanya dan kali ini bisa dibilang ucapannya sangat bersahabat.

“Terkadang aku merasa lelah dengan semuanya, aku merasa hidupku bisa hancur karena sebuah cinta. Aku terlalu memfokuskan diriku padanya saja, bahkan bisa dibilang hidupku tidak lengkap tanpanya”, Hanbin pun menundukkan kepalanya ketika setelah berucap.
“Tak kusangka ternyata kau mempunyai sifat melow juga tentang cinta, kukira di balik wajahmu yang ceria menandakan bahwa hidupmu sangat baik-baik saja. Menurutku kau kejar saja wanita yang kau maksud, perlahan tapi pasti. Jangan gampang menyerah, lakukan apa yang bisa kau lakukan demi mendapatkan cintamu itu. Jangan seperti diriku yang mudah menyerah untuk mendapatkan cintamu Bin”, balas Arini menyarankan dan mengelus pundak Hanbin.
“Gamsahaeyo Hayi-ah, tapi aku minta maaf jika aku selalu bersikap dingin padamu. Bahkan aku tidak bisa membuka hatiku untukmu ataupun untuk yang lainnya. Karena aku ingin selalu menjaga hatiku untuk wanita yang kucintai”, jawab Hanbin.
“Baguslah, sebaiknya memang begitu. Kau harus tetap semangat, kalau begitu aku duluan Bin. Senang bisa berbicara panjang denganmu”, sahut Hayi yang juga melangkahkan kakinya namun seketika berhenti ketika Hanbin memanggilnya dan Hayi pun menoleh.

“Hayi-ah aku butuh bantuanmu, apa kau mau menjadi kekasih bohonganku ketika aku bertemu dengannya? Aku hanya ingin tahu apakah dia akan merasa cemburu atau tidak”, ucap Hanbin yang kini sedang menunggu jawaban yang dikeluarkan dari mulut Hayi.
“Baiklah”, jawab Hayi dengan senyumannya dan melangkah kan kaki nya kembali untuk meninggalkan Hanbin sendiri.
“Walau hanya sekadar kekasih bohongan”, gumam Hayi.






.
.
.
.
.






Jinhwan dianjurkan oleh dokter harus check up seminggu sekali untuk memeriksa keadaanya. Sebetulnya ia bosan ketika harus melakukan check up setiap minggunya, tapi ia juga tidak boleh gegabah karena telat check up akan sedikit merubah keadaanya. Karena tidak hanya check up saja, Jinhwan pun juga harus melakukan kemoterapi untuk dirinya.

“Oh tuhan, semoga aku tetap dalam lindunganmu. Dan kuatkanlah aku dalam menjalani hidup ini”, ucap batin Jinhwan ketika akan melakukan kemotrapi untuk penyembuhan kanker otaknya yang saat ini sudah tahap stadium akhir.

Setiap hari rambut indahnya yang perlahan-lahan mulai rontok namun ia tutupi dengan menggunakan rambut palsunya, darah yang kadang-kadang selalu mengalir melewati hidung, dan sakit kepala yang teramat sakit membuat Jinhwan harus merasakan penderitaan itu semua. Namun ia harus tetap kuat dan tegar, karena setiap penyakit harus terus dilawan jangan malah dibiarkan.

Setelah Jinhwan sudah selesai melakukan kemotrapinya, ia segera bergegas untuk pulang dan segera istirahat. Tapi ketika Jinhwan berjalan menuju pintu keluar, tak sengaja Bobby bertemu dengan Jinhwan walau hanya berpapasan dan Jinhwan pun tidak akan mengetahui siapa itu Bobby. Yang hanya ia pikirkan hanya satu orang saja yaitu Hanbin. Bobby yang melihatnya langsung menebak-nebak dimana ia bertemu dengan Jinhwan sebelumnya. Akhrinya pun Bobby mengingat ketika bertemu Jinhwan berada di cafe yang saat itu dihampiri oleh Hanbin.



.
.
.



Hanbin dan Junhoe saat ini berada di kantin, mereka sedang menunggu satu orang lagi. Tak lama kemudian yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga yaitu Bobby, ia pun melangkahkan kakinya menuju Hanbin dan juga Junhoe.

“Maaf Bin, Jun tadi ada sedikit matkul tambahan dari dosen”, ucap Bobby yang langsung duduk.
“Tak apa Bob, kau mau pesan apa? Aku yang akan membayarkanmu”, ucap Hanbin kemudian.
“Sama kan saja pesanannya denganmu”, sahut Bobby.
Hanbun pun memanggil pedagang tersebut dengan memesan pesanan mereka.





“Bin kau tau, kemarin aku bertemu dengan namja yang kau hampiri saat di cafe”, ucap Bobby antusias.
“Jinjjayo? Dimana kau melihatnya?”, jawab Hanbin merasa penasaran.
“Aku bertemu di rumah sakit, tak sengaja aku berpapasan dengannya. Saat itu aku ingin menyapanya, tapi langkahnya begitu cepat. Dan aku pun langsung segera menjenguk sepupuku yang lagi sakit”, balasnya dengan menceritakan kronologinya.
“Apa dia sakit? Lalu dengan siapa namja itu?”, ucap Hanbin.
“Mana kutau dia sakit atau tidak, tapi aku hanya melihatnya sendiri saja”, balas Bobby.


Junhoe hanya menjadi pendengar setia, dan Junhoe hanya memilih diam ketika Hanbin dan Bobby sedang berbicara.


“Ah sebentar, aku lupa tentang ini”, ucap Bobby dengan mengambil buku yang berada di dalam tasnya, untuk memberikan buku tebal seperti binder yang bersampul pink dan dipadukan oleh biru.
“Ini sepertinya buku milik namja itu, waktu itu dia sangat terburu-buru sehingga menjatuhkan buku ini tanpa dia sadari. Aku tidak berpikiran untuk membaca isi buku ini, yang jelas sepertinya sangat pribadi”, ucap Bobby dengan memberikan bukunya kepada Hanbin, membuat Hanbin merasa bingung. Hanbin pernah melihat buku itu sebelumnya yaitu buku yang Jinhwan baca ketika berada di cafe.

Hanbin pun menerima buku yang diberikan oleh Bobby dan tidak lupa untuk mengucapkan tanda terimakasihnya, Hanbin merasa masih sangat sakit hati oleh perlakuan yang Jinhwan berikan padanya, namun tidak menutup kemungkinan bahwa ia juga penasaran oleh isi yang ada pada buku milik Jinhwan.
“Tidak sekarang, nanti saja ketika aku sudah niat untuk membacanya”, gumam Hanbin.









.
.
.
.
.
.
.
.
.
.











"Aku merasa hampa tanpa dirimu, hari-hariku semakin memburuk saja. Apa kau sudah sangat membenciku hingga kau tak mencariku. Aku masih mengingat ketika mata tajammu menatapku penuh amarah, itu sangat membuatku takut. Aku benar-benar merindukanmu Hanbin-ah, sangat”, batin Jinhwan dengan air mata yang sudah jatuh bebas mengenai pipinya.

Saat ini Jinhwan menghabiskan waktunya di sebuah taman yang indah dan dipenuhi oleh bunga-bunga yang cantik. Jinhwan hanya ingin menggunakan waktu berharganya, setelah ia divonis oleh dokter bahwa waktu yang ia miliki tidak cukup banyak, bahkan hanya dalam waktu dua minggu saja. Membuat Jinhwan sudah menyiapkan diri sebelumnya, mungkin dengan Jinhwan pergi dari kehidupan ini akan membuat Hanbin merasa senang.

“Jinani? sedang apa dia disana?”, pekik Hanbin yang menghentikan laju mobilnya ketika melihat Jinhwan di taman.
“Pasti saat ini dia sedang bersama tunangannya, tapi dimana tunangannya? Aku tidak melihatnya”, gumam Hanbin yang masih melihat kearah Jinhwan.
“Aku harus menghubungi Hayi untuk membantuku”, terlintas ide di pikiran Hanbin untuk melaksanakan rencananya pada saat itu.



Hanbin pun mencari kontak Hayi pada ponsel pintar miliknya, dan segera menghubunginya saat ini juga.
“Annyeong Hayi-ah, dimana kau sekarang?”
“…”
“Aku membutuhkan bantuanmu saat ini, apa kau bisa ketaman sekarang?”
“…”
“Ne Hayi-ah, aku menunggumu”
Sambungan pun akhirnya terputus beberapa saat, Hanbin tetap tidak memalingkan pandangannya dari Jinhwan yang dari tadi hanya berdiam diri.



Setelah beberapa saat menunggu akhirnya Hayi pun tiba, mereka pun kemudian berjalan untuk mendekat kearah Jinhwan. Spontan Jinhwan merasa kaget dan menoleh kesumber suara karena terdengar suara bariton milik Hanbin yang memanggilnya saat ini.


“A... Annyeong Hanbin-ah, kebetulan sekali kita bertemu disini. Aku senang melihatmu”, sapa Jinhwan dan menyunggingkan senyumannya, namun pandangan Jinhwan jatuh pada sosok wanita yang berada di samping Hanbin.
“Aku juga tidak menyangka akan bertemu kau kembali, saat ini aku sedang berjalan-jalan bersama kekasihku saat ini”, ucap Hanbin seraya menunjuk kearah Hayi.
“Annyeong. Namaku Hayi”, ucapnya dengan santai.
“A.. Annyeong, aku Jinhwan”, sahut Jinhwan terbata-bata  dengan senyuman palsunya.
“Dimana tunanganmu? Kenapa kau sendirian disini?”, ucap Hanbin mengenyritkan dahinya.
“Aku tidak memiliki tunangan Hanbin, aku hanya membohongimu saja. Bahkan sekarang kau sangat bahagia dengan kekasih barumu, aku merasa iri dengannya”, batin Jinhwan yang menangis namun ia tetap menunjukkan senyumannya agar tetap kelihatan baik-baik saja, walaupun bibirnya yang kini sedikit pucat.
“Tu..tunanganku? Aahh dia... dia sedang sibuk”, balas Jinhwan terbata-bata
“Kalau begitu aku pergi duluan, bersenang-senanglah dengan kekasihmu”, ucap Jinhwan kembali dengan rasa sakit yang ia rasakan ketika mengatakannya kepada Hanbin

“Apa Jinhwan merasa cemburu?”, ucap Hanbin yang melihat Jinhwan sudah melenggang pergi dari hadapannya
“Sepertinya dia cemburu”, balas Hayi dengan rasa percayanya.
“Akupun berharap begitu”, jawab Hanbin sekenanya.



















.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

TBC






















Hallo gaiseu😊 monmaap lama gak update. Real life ku lg sibuk2nya iniii😭😭 monmaap udah nungguuuuuuuuu
Happy reading gaiseu😙😙

VOMENT JUSEYOO~~~

Continue Reading

You'll Also Like

64.5K 10.4K 15
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...
39.6K 4.9K 23
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
30.6K 3.3K 14
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
76.4K 3.5K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++