Room 303 | Choi Yeonjun✓

By deyannim

550K 87.1K 21.2K

[SUDAH DITERBITKAN] **Beberapa chapter telah dihapus untuk kepentingan penerbitan** Semuanya berawal dari ins... More

1 : Hello, Seoul!
2 : Shameless
3 : Reckless
4 : Choi Yeonjun
5 : Mine
6 : Morning Coffee
7 : Double Trouble
9 : Bloom
10 : Closer
11 : Hangover
12 : Hope
13 : One Fine Day
14 : Fire
15 : Dark
16 : Intention
17 : Weakness
18 : Faithful
19 : Begin
20 : Brand New Day
21 : First Date
22 : His
23 : Sweeter
24 : Unexpected
25 : Promise
26 : Safe Place
27 : Runaway
28 : Last Hello
29 : What's Next?
30 : New Rules
31 : Spaces
32 : Lose
33 : Paris
34 : Something Kinda Crazy
35 : A Never Ending Story
36 : Shadow
37 : Eternal Dream
38 : Coming Home
39 : Genie
40 : Ego
41 : Fears
42 : Running Low
43 : Stay
44 : Gloomy
45 : Ruin
46 : Lost in Love
47 : Friend
48 : Flipped
49 : Tacenda
50 : Puzzle
51 : Selenophile
52 : The Chamber of Pain
53 : Recall
54 : Perplexed
55 : Truth
56 : Can We?
57 : Way Home
58 : Next Level / END
Info Dari Asisten Choi
59 : Bonchap
✨Vote Cover✨
✨PRE-ORDER ROOM 303✨
✨Ready Stock Novel Room 303✨
✨AU Yeonjun✨

8 : Decision

14.7K 2.4K 773
By deyannim

Every night is like a fairy tale
Tonight is also a gift
Oh, I will, oh I will
Match my steps with yours

—Star Blossom, Sejeong & Doyoung

--

Chapter sebelumnya udah 100 votes tapi belum 100 comments, tapi gatel pengen up:(

Ayo sekarang bom komen!!!

***

Kim Aera menekan tombol lift dan mundur beberapa langkah untuk menunggu pintu lift di apartemennya itu terbuka.

Hari ini ia pergi lebih awal dari biasanya. Jadi walaupun lift masih di lantai atas dan akan memakan waktu cukup lama untuk sampai di lantai Aera, gadis itu setia menunggu tanpa harus berlarian melalui tangga darurat.

Sembari menunggu lift terbuka, Aera mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Somi. Rencananya, setelah selesai kelas nanti mereka akan mengunjungi satu butik untuk berbelanja kain. Tugas mereka cukup padat walaupun status mereka masih mahasiswi baru.

"Ekhem,"

Aera menoleh saat satu suara keras itu mengganggu indera pendengarannya.

Setelah melihat oknum yang berdiri di sampingnya, Aera lantas memusatkan perhatiannya lagi pada ponsel. Ia sama sekali tidak berminat berbicara dengan Choi Yeonjun pagi ini.

"Do I know you?" Tanya Yeonjun membuat Aera mengernyit kemudian menggeleng malas.

"Tidak."

"Hmm, wait," sahut Yeonjun tiba-tiba membalikkan tubuh Aera untuk menghadap ke arahnya. Mata gadis itu otomatis membulat, bahkan tangannya ikut mengeras karena takut ponsel yang dipegangnya terjatuh.

"Kau ini sedang apa sih?" tanya Aera merasa sebal melihat Yeonjun yang kini menatapnya dengan lamat.

"Seriously, do I know you? 'Cause you look a lot like my next girlfriend."

Kim Aera menutup matanya rapat-rapat setelah mendengar kalimat gombalan yang sudah dilemparkan Yeonjun sepagi ini. Ia bahkan menarik panjang napasnya demi menahan cacian yang ingin ia lontarkan sekarang juga.

"Yeonjun-ssi, apa kau sakit? Apa kau tidak bisa diam saja saat bertemu denganku? Bisa kita bersikap seperti tetangga pada umumnya?"

Choi Yeonjun menggeleng cepat, "Tidak. Kalau seperti itu aku tidak akan bisa mendapatkanmu. Iya, kan?"

"Memangnya kau pikir aku mau? Big no!"

"Ya kubuat mau."

"Gila!"

Tepat saat itu pintu lift terbuka. Aera kemudian masuk ke dalam lift, tapi tidak dengan Yeonjun. Lelaki itu hanya berdiri di sana sembari menatapi Aera dan memamerkan senyum manisnya. Tangannya juga terangkat untuk melambaikan tangan.

"Just want to greet you. Have a nice day!" Ujar Yeonjun tepat sebelum pintu lift benar-benar tertutup. Sementara itu Aera menghela napas berat di dalam lift.

Demi Tuhan ia bisa gila jika lama-lama Yeonjun bersikap seperti itu padanya.

--

"Soobin, Yeonjun ada di ruangannya?"

Lelaki jangkung yang tadinya sedang duduk manis sembari bermain komputer itu kini berdiri dengan tergesa-gesa. Ia membukuk 90° dan menyapa atasan tertingginya itu.

"Selamat siang, pak." Sapa Soobin pada Choi Daejun. Sementara pemegang status direktur itu kini hanya tersenyum.

"Yeonjun ada?" Tanyanya lagi.

Soobin lantas mengangguk dengan cepat, "Ada, dia sudah datang."

Choi Daejun memanggut, "Baiklah, aku akan masuk ke dalam dulu. Terima kasih, Soobin."

Lelaki yang sudah menjadi asisten pribadi Yeonjun selama bertahun-tahun itu mengangguk dan menatap punggung atasannya sampai ditelan pintu. Sedetik kemudian ia bernapas lega. Nyaris saja Direktur Choi memergokinya sedang bermain game di dalam komputer.

Huh, lagipula tumben sekali Direktur Choi datang ke kantor Yeonjun.

Biasanya ia hanya meminta Soobin mengawasi anaknya dan tidak berminat turun langsung dalam hal pekerjaan. Maklum, Yeonjun memegang salah satu anak perusahaan ayahnya. Hitung-hitung berlatih sebelum ia menggantikan sang ayah menjadi direktur perusahaan utama.

"Ada apa ya? Aku jadi penasaran." Gumam Soobin sebelum akhirnya ia menggeleng dan kembali bermain game.

--

"Ayah?"

Choi Daejun menutup pintu ruangan Yeonjun dan berjalan ke arah sofa di ruang kerja Yeonjun. Kemudian ia menyandarkan tubuhnya pada kepala sofa yang begitu empuk dan hangat itu.

Berbeda dengan sang ayah yang sepertinya tenang, Yeonjun justru sedikit panik sekarang.

Maksudnya, untuk apa ayahnya datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan seperti ini? Bagaimana jika tadi Yeonjun belum datang? Atau bagaimana jika ayahnya masuk di saat Yeonjun tengah melakukan hal-hal aneh?

"Ayah? Ada apa?" Tanya Yeonjun menempatkan dirinya di sofa yang berhadapan dengan tempat sang ayah.

"Kau ingat Paman Jung?"

Yeonjun mengerutkan dahinya sebentar sebelum akhirnya mengangguk. Oh tentu saja, Paman Jung yang sangat berjasa bagi ayah dan perusahaannya. Ia dengan sukarela membantu ayah saat perusahaan propertinya nyaris bangkrut. Tentu Yeonjun tidak akan lupa.

"Anaknya akan tiba di Bandara Incheon jam lima sore. Jemput dia dan antar ke rumah Paman Jung."

"Ya? Kenapa aku? Memangnya Paman Jung tidak punya supir yang bisa menjemput anak atasannya? Atau kenapa bukan Paman Jung sendiri yang—"

"Jung Jiyeon ingin kau yang menjemputnya."

"Hah?"

"Kalian kan berteman sejak kecil, jemputlah dia. Kau tahu ayah hanya kemari saat ada hal penting yang harus ayah sampaikan. Ini penting untukku."

Yeonjun menarik napasnya dalam. Hatinya menolak ogah-ogahan untuk menjemput Jung Jiyeon, tapi apa daya jika sang ayah sudah memintanya sampai repot-repot datang kemari?

Sekarang pilihannya hanya dua, mengalah atau menjadi gelandangan setelah gagal mewarisi bisnis sang ayah.

"Iya, nanti kujemput."

--

"Kau seriusss?!?!?!"

Kim Aera mengangguk malas dan kembali menyeruput ice tea-nya setelah menceritakan pada Somi betapa gilanya seorang Choi Yeonjun yang terus-menerus mendekatinya.

"Bagaimana jika dia serius menyukaimu? Maksudku— girl, this is Choi Yeonjun, every girl wants him and he wants you. That's crazy!"

"Yea, everyone wants him 'cause they don't know how annoying he is."

"No no no, you have to make sure if he is serious or not."

"I don't want to," jawab Aera cepat. Ia merotasikan matanya, hal itu membuat Somi menggeleng singkat.

"Aera Kim,"

"What?"

"Make sure!"

"But what for?!" Tanya Aera sedikit keras membuat beberapa pelanggan yang duduk di dekatnya menoleh. Huh, Somi terlalu memancingnya.

"Jangan selamanya menutup diri. Let it flow, siapa tahu Yeonjun masuk ke dalam hidupmu dengan takdir yang baik?"

Kim Aera terdiam sesaat.

Apa selama ini dia terlalu kasar pada Yeonjun?

"Jangan takut. Kalau dia macam-macam padamu, aku bisa maju. Aku akan mengajak Taehyung dan seluruh keluargamu di Los Angeles untuk memukulinya," ujar Somi membuat Aera tertawa kecil.

--

Choi Yeonjun berkacak pinggang di depan pintu kedatangan. Beberapa orang sudah keluar sedari tadi tapi Yeonjun sama sekali tidak melihat Jiyeon datang.

"Ck. Menyusahkan saja!" gerutu Yeonjun bergerak kesana-kemari, mulai tidak nyaman.

"Permisi?" Ujar seseorang membuat Yeonjun menoleh.

"Ya?"

Wanita yang sudah berumur cukup matang itu memberikan senyum ramahnya, "Kau masih sekolah?"

"Aku? Tidak."

"Wah, aku melihat aura bintang pada dirimu."

"Maaf?" Tanya Yeonjun merasa kebingungan.

"Ah, ini!" Sahut wanita tadi memberikan sebuah kartu nama yang aneh. Yeonjun lantas kembali melihat ke arahnya, membuat wanita tadi melebarkan senyumnya.

"Namaku Baek Chaerin. Aku staff street casting dari BigDream Entertainment."

"BigDream?"

Baek Chaerin memanggut pasti, "Iya, aku ingin mengundangmu untuk audisi minggu depan di gedung kami yang berada di gangnam. Kau berpotensi besar menjadi idol!"

Choi Yeonjun mengernyit bingung. Ia tidak menyangka kalau staff street casting bisa sampai ke bandara untuk mencari peserta audisi.

Tapi diam-diam hal ini membuktikan kalau Yeonjun memiliki wajah yang luar biasa. Ya, kalau yang satu itu Yeonjun setuju.

"Excuse me, maaf mengganggu kalian. Oh dan juga, dia tidak bisa menjadi seorang idol karena dia sudah bertunangan denganku. Terima kasih atas niat baikmu." Ujar seorang gadis yang baru saja datang.

Baek Chaerin mengangguk pasrah dan pergi begitu saja. Sementara Yeonjun melebarkan matanya, tak percaya dengan apa yang Jiyeon katakan tadi. Iya, Jung Jiyeon sudah datang.

"Hey, apa pakaianmu tidak berlebihan untuk sekedar menjemput seseorang di bandara?" Tanya Jiyeon yang kini memperhatikan style Yeonjun dari ujung rambut hingga ujung kakinya.

"Berlebihan apanya? Aku berpakaian seperti ini setiap saat."

Jung Jiyeon menggeleng singkat, "Kau memang tidak pernah berubah."

"Ah, aku punya satu pertanyaan untukmu. Kenapa harus aku yang menjemputmu? Kenapa?"

"Ya, karena kau orang pertama yang ingin kulihat saat aku tiba di Korea. Setelah ini aku akan memutuskan, haruskah aku pulang ke Jerman atau lebih baik aku tinggal di sini?"

Mendengar ocehan Jiyeon yang aneh, sejauh ini Yeonjun hanya bisa menebak kalau mungkin teman kecilnya ini memiliki rencana untuk melanjutkan perusahaan sang ayah dan berhenti sekolah. Tapi, apa hubungannya dengan Yeonjun?

"Terserah. Ayo, aku akan mengantarmu. Aku juga harus pulang."

"Boleh singgah untuk makan dulu?" Tanya Jiyeon dengan senyum manisnya. Sementara Yeonjun hanya mendelik sebelum akhirnya mengangguk setuju.

--

"Somi-ya, aku kesusahan," ujar Aera yang sedari tadi bulak-balik mengukur tubuh mannequin di ruang tengahnya.

Berhubung ini tugas yang tingkat kesulitannya cukup tinggi, jadi Aera sedari tadi melakukan video call dengan Somi dan mencoba mengerjakannya bersama-sama.

Tugas Aera kali ini adalah menggabungkan pola-pola menjadi suatu pakaian yang nantinya akan ditampilkan di kelas; di hadapan dosen dan teman-temannya.

"Aku juga kesulitan dengan status daddy sebagai pemilik brand clothing besar. Kalau hasilku tidak bagus aku pasti dipermalukan di depan kelas kan?" Tanya Aera disambut suara tawa dari Somi.

"Sudah kubilang mannequin terlalu kaku. Cari manusia sungguhan, lagipula di akhir tugas nanti kau harus memotret model pakaianmu. Kalau kau mengukurnya di mannequin belum tentu baju itu akan pas di badan si model nantinya."

"Kau benar, mennequin ini terlalu ramping. Tubuh Taehyung sangat besar. Huh!"

Aera menghela napas berat dan membuat Somi kembali tertawa.

"Kau mengambil Taehyung sebagai modelmu? Wah, satu kelas akan menggila saat tahu kau adalah adiknya."

"Wae? Memangnya Taehyung setampan itu?"

Somi mengangguk cepat, "Cocok menjadi pria paling tampan urutan pertama. Aku akan memberi suaraku kalau ia masuk nominasi."

"Gila! Sudah ah! Aku akan mencari manusia sungguhan dulu! Mannequin ini membuatku kesal!" Gerutu Aera yang akhirnya memutuskan panggilan sepihak.

Ia mulai sebal karena sejam bergelut dengan mannequin tadi tidak membuahkan hasil apapun.

Langkah berikutnya mungkin membuatmu terkejut, tapi Aera benar-benar mendatangi apartemen Yeonjun untuk meminta bantuan. Bagaimanapun juga Yeonjun satu-satunya tetangga yang ia kenal di sini. Proporsi tubuhnya sedikit sama dengan Taehyung, jadi ya tidak ada salahnya kan Aera meminta bantuan?

Setelah sampai di depan pintu 303 itu, Aera menekan bel berkali-kali. Namun karena tidak ada jawaban, Aera lantas mengetuk pintu Yeonjun dan menunggu lelaki itu keluar.

"Yeonjun-ssi," panggilnya pelan.

Demi Tuhan, mungkin ini adalah kesekian kalinya bagi Aera untuk mengetuk pintu apartemen Yeonjun tapi sang pemilik sama sekali tidak ada niatan untuk membukanya.

Tiba-tiba muncul rasa khawatir lagi, jangan-jangan lelaki gila itu kembali berulah hingga tidak sanggup bangkit dari tempat tidurnya?

"Wah, merepotkan sekali kalau dia membuatku masuk tanpa izin setiap saat." Ujar Aera menggeleng kuat.

Kemudian jari-jarinya terangkat dan memasukkan beberapa digit nomor yang menjadi password pintu apartemen lelaki itu. Setelah pintu berhasil terbuka, Aera masuk dengan perlahan.

Namun kali ini tidak ada bau aneh seperti alkohol atau apapun itu, melainkan bau masakan yang membuat Aera mengernyit dalam. Oh tentu saja, manusia seperti Yeonjun mana mau memasak?

"Yeonjun-ssi?" Panggil Aera lagi.

Sesaat setelah Aera berhasil masuk lebih dalam. Ia justru kembali mengernyit dan bertanya-tanya pada fakta bahwa yang berdiri di dapur apartemen ini adalah seorang perempuan muda dengan proporsi tubuh yang langsing. Ia tengah memasak sesuatu di sana.

"Yeonjun sedang mandi," ujar gadis itu saat ia mematikan kompornya dan berbalik menatap Aera.

"Kau siapa?" Tanyanya lagi membuat Aera sedikit gugup.

Benar, Aera itu siapa sebenarnya?

"Ah, aku bukan siapa-siapa. Maaf mengganggu,"

Tepat saat Aera akan pergi, pintu kamar Yeonjun terbuka dan menampilkan lelaki itu dalam balutan kaus polos lengkap dengan celana jeansnya.

"Aera? Ada apa?" Tanyanya kontan membuat Aera menggeleng.

"Tidak apa-apa."

"Dia masuk ke sini tanpa kubukakan pintu. Kau mengenalnya? Bukankah berbahaya membiarkan seseorang yang asing mengetahui password apartemenmu?" Jiyeon melempar tatapan tak suka pada Kim Aera. Sementara itu, Aera hanya bisa menahan rasa kesalnya sekarang.

"Kenapa berbahaya? Dia menyelamatkanku kemarin."

Jiyeon mengangkat kedua bahunya, "Bukan berarti kau bisa memberikan all access padanya kan? Bagaimana kalau dia mencuri sesuatu?"

Kim Aera melebarkan matanya, kemudian tertawa pelan. Kalau saja Aera bukan gadis yang tahu sopan santun, mungkin sedari tadi Aera sudah menyeret gadis itu itu keluar dan bertarung sampai babak belur. Dasar mulut sampah.

"Mencuri katamu? Wah. Jelas-jelas aku sudah mengetuk dan menekan bel, tapi kau sama sekali tak membukakannya walaupun kau mendengar? Sekarang giliran aku masuk secara paksa kau menuduhku sebagai pencuri?"

Aera sempat melempar pandangannya ke arah Yeonjun sebelum akhirnya berkata, "Kau tidak memiliki hak untuk merendahkanku. Maaf kalau aku mengganggu, aku akan kembali ke tempatku."

"Aera!" Sahut Yeonjun kencang namun gadis itu sudah terlanjur berlari keluar dari apartemennya.

"Kau— bukan siapa-siapa untuk mengatur siapa yang boleh masuk ke apartemenku atau tidak."

--

"Ish!! Wanita sialan!!" Maki Aera saat ia berhasil keluar dari apartemen Yeonjun. Bisa-bisanya ada manusia yang membuatnya bertambah kesal setelah mannequin membuatnya nyaris gila.

"Kim Aera!"

Oh bagus, sekarang lelaki itu mengejarnya.

"Wae?! Wae?!" Jawabnya sedikit ketus.

"Ada apa? Kau pasti datang ke apartemenku karena ada sesuatu yang penting kan?"

"Tidak ada."

"Bohong."

"Aku tidak berbohong. Sudahlah! Aku mau kembali ke apartemenku," ujar Aera melanjutkan langkahnya. Namun sedetik kemudian, Yeonjun menarik tangannya dengan kencang sampai-sampai gadis itu berbalik dan menubruk dada bidang Yeonjun.

"Aduh," ringisnya pelan.

"Jangan bohong. Katakan padaku apa yang kau butuhkan?"

Kim Aera lagi-lagi menggeleng, "Tidak ada. Sudah sana! Pacarmu menunggu tuh!"

Yeonjun mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum tipis, "Kau cemburu?"

"Hell, no!! Untuk apa aku cemburu padamu?"

"Ya sudah kalau begitu katakan, kau mau apa?"

Kim Aera menutup matanya sebentar. Baiklah, ia menyerah, "Aku butuh model untuk mengerjakan tugasku. Mannequin tidak membantu sama sekali."

"Kau ingin aku jadi modelmu?"

Butuh beberapa detik sampai Aera mengangguk pelan dan itu terlihat sangat menggemaskan bagi Yeonjun. Ah, lelaki itu sepertinya benar-benar menaruh hati pada Aera.

"Kenapa tidak katakan sedari tadi? Aku jelas lebih memilih untuk membantumu dari pada makan malam bersamanya."

"Hah?"

"Ayo kerjakan tugasmu!"

To be continued...

Wauuuw panjang juga nih chapter ini wkwkwkwklwlwlwl

Ada salam nih dari raja nyinyir

"hiyi jingin lipi vit ninti iki gimii ipdit" :((((

Wkwkwkwllw

Vote nya jangan lupa 💜

Continue Reading

You'll Also Like

1M 87K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
201K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
57.6K 9.1K 47
[Revisi] Terus..kalo dia mirip sama bias gue, gue harus terpesona gitu? Dia itu cowok super nyebelin yang pernah gue kenal
214K 25.7K 41
Hyunjin selalu penasaran dengan gadis berkacamata yang selalu memegang buku kemanapun ia pergi. Ia terlihat tak tersentuh dan seperti hidup dalam dun...