Our Crazy Wedding

By MatchaNam

238K 13.1K 1.1K

[Sebelum membaca, alangkah lebih baiknya follow dulu. Thanks] Cover by Fella Adelia #1 kategori duty (10jan20... More

Prolog
⚫01⚫
⚫02 ⚫
⚫03⚫
⚫04⚫
⚫05⚫
⚫06⚫
⚫07⚫
⚫08⚫
⚫09⚫
⚫10⚫
⚫11⚫
⚫12⚫
⚫13⚫
⚫14⚫
⚫15⚫
⚫16⚫
⚫17⚫
⚫18⚫
⚫19⚫
⚫20⚫
⚫21⚫
⚫22⚫
Cast
Info!!
⚫23⚫
⚫24⚫
⚫25⚫
⚫26⚫
⚫28⚫
⚫29⚫
⚫30⚫
⚫31⚫
⚫32⚫
⚫33⚫
Info
⚫34⚫
⚫35⚫
⚫36⚫
⚫37⚫
⚫38⚫
⚫39⚫
⚫40⚫
⚫41⚫
⚫42⚫
⚫43⚫
⚫44⚫
⚫45⚫
⚫46⚫
⚫47⚫
⚫48⚫
⚫49⚫
⚫50⚫
⚫51⚫
⚫52⚫
⚫53⚫
⚫54⚫
⚫55⚫
Seru2an Bareng Yuks!!
Q n A (Answer)
Extra Part
Surat dari Sheina.
Extra Part 2
Hii!!
Info
Saquel cerita ini
Sudah Terbit

⚫27⚫

3.5K 199 4
By MatchaNam

Vote & Comment

Arga berjalan ke arah kantin yang diikuti oleh Rizky dan Adam.

Mereka berjalan dengan langkah santai dan menjadikannya pusat perhatian oleh kalangan siswi di sekolah tersebut.

Retista berjalan di hadapan Arga, lalu menghentikan langkah mereka.

"Minggir" ucap Arga.

Wajah Retista yang tertunduk kini menghadap ke arah wajah arga.

"Ada hal penting yang harus lo tau" ujar Retista.

Arga tersenyum miring "Gue ga butuh" ucapnya.

Arga kemudian melanjutkan perjalanannya.

"Ini tentang Bela dan Sheina" ujar Retista.

Ucapan Retista sukses menghentikan langkah Arga, dan Retista pun tersenyum miring.

Kegiatan mereka mendapatkan pusat perhatian dari sekitaran kantin, termasuk Sheina.

Arga kemudian berbalik dan mendekati Retista.

"Emang lo siapa?"

"Gue emang bukan siapa - siapa lo, tapi ini menyangkut kejadian di toilet kemarin" ujar Retista.

Arga terdiam sejenak, kemudian ia kembali bersuara "Oke, ayo ke belakang sekolah"

Arga pun berjalan mendahului Retista dan diikuti oleh Retista.

"Kita ngikut?" tanya Adam.

"Ga usah, bukan urusan kita. Ayolah makan, gue laper" sahut Rizky.

Mereka pun kemudian berjalan ke arah kantin.

"Shei, lo liat kan?"

Sheina mengangguk pelan, lalu kembali menyendokkan makanan kemulutnya.

"Kira - kira Retista mau ngapai ya?" tanya Dinda.

Sheina mengangkat bahunya lalu menggeleng.

"Lo tau Shei, Arga itu orangnya ga akan peduli dengan orang lain. Kecuali, itu bersangkutan sama dia atau orang yang penting untuk dia" jelas Dinda.

Sheina tahu itu, sejak hidup bersama Arga, Sheina banyak mengetahui sifat asli Arga.

Dan kini, fikirannya berkecamuk mengenai Arga dan Retista. Ia takut, kejadian saat Arga salah paham padanya kembali lagi.

"Shei... lo kok jadi diem sih?" tanya Dinda.

Sheina menggeleng, tampak jelas di wajahnya ia sangat khawatir.

"Kalau lo penasaran, mending kita ikutin mereka" ujar Dinda lalu bangkit.

Sheina menahan Dinda, sehingga Dinda duduk kembali.

Sheina menggeleng "Gue akan berusaha untuk positif thinking Din" ujar Sheina mendengus pasrah.

"Tapi kalau Retista beneran mau fitnah lo lagi gimana?" Dinda sedikit mengeraskan suaranya.

Sheina menatap Dinda "Gue yakin, Arga bakalan pinter nanggepinya" ujar Sheina sedikit ragu.

Dinda tersenyum miring "Gue ga yakin"

Kini Sheina memejamkan matanya lalu membukanya kembali.

"Gue sebagai istrinya, yakin sama suami gue" ujar Sheina pelan.

Dinda menyunggingkan bibirnya "Gii sibigii istrinyi, yikin simi siimi gii" ledek Dinda.

Sheina hanya menggeleng mendengar ucapan Dinda.

***

Retista dan Arga sedang berdiri di belakang sekolah.

"Lo mau bilang apa?" tanya Arga.

Retista mengeluarkan ponsel dari sakunya dan kemudian memberikn ponsel tersebut pada Arga.

"Apa?" tanya Arga bingung.

"Di dalam hp ini, ada bukti video siapa yang bersalah sebenarnya" jawab Retista.

Arga menatap ponsel tersebut, sedikit ragu namun Arga mengambil ponsel itu.

Setelah ponsel tersebut berada di tangannya, Arga kemudian memplay video yang sudah tersedia.

Tampak Arga terlalu fokus menonton Video tersebut, Retista pun melihat Arga dengan rinci lalu menyunggingkan bibirnya.

'Sebentar lagi, Bela enyah dari hati Arga'

Arga kemudian memberikan ponsel itu kepada Retista.

"Jadi, lo disuruh Bela untuk ngunciin dia dan letakin kunci toilet itu di tas Sheina?" tanya Arga.

"Iya, gue kemarin pengen nolak, tapi gue takut karena dia kakak kelas"

Mata Arga tampak sangat tajam, seperti ada semburat api di pupilnya.

"Arga..." panggil Retista sembari memegang tangan Arga.

Arga menatap tangannya yang di pegang Retista. Ntah mengapa ini berbeda, jujur saja Arga bukanlah cowo yang menjaga dirinya seperti ala ala cowo sholeh. Arga sudah biasa kalau tangannya di pegang cewe. Tapi semenjak ia mengenal Sheina, rasanya memegang atau di pegang cewe selain Sheina itu aneh.

Dengan cepat Arga menghempaskan tangan Retista.

"Lo tau, gue ga suka di sentuh"

"Mmaaf Ga" ujar Retista gugup.

"Lo mau ngomong apa lagi?"

"Gue mau minta maaf, karena udah nuduh Sheina. Tapi Ga, gue beneran ga ada niat buat nyakitin Sheina sedikit pun" jelas Retista.

Arga menatap Retista "Alasan lo semuanya masuk akal, tapi lo tetep bersalah. Gue ga akan hukum lo kalau Sheina tetep aman" tegas Arga.

"Iya gue janji, Sheina bakalan aman"

"Tapi Ga, lo ga bakal putusin kak Bela kan? Gue takut ntar kak Bela bakalan nyerang gue karena rahasianya terbongkar" ujar Retista memelas.

"Gue udah putusin Bela, sebelum lo ngasih tunjuk video itu" ujar Arga.

Retista menaikkan satu alisnya "Kenapa?"

Kini Arga menatap Retista "Bukan urusan lo" Lalu Arga pergi meninggalkan Retista.

"Arga....Argaa" teriak Retista.

Namun percuma, Arga tidak menggubris ucapan Retista.

Retista melipat tangannya di depan dada "Okay gapapa Arga ga kasih tau alasannya, yang penting dia udah putus dari Bela. Satu kutu udah berhasil enyah, tingga satu lagi. Arga, lo akan jadi milik gue seutuhnya dan ga akan ada yang bisa ngambil lo lagi dari gue setelah ini" ujar Retista tersenyum dan menaikkan satu alisnya.

***

Bel pulang sekolah pun berbunyi ria, semua murid berbondong - bondong keluar dari kelas.

Sheina berjalan dengan cepat dan diikuti oleh Dinda.

Arga menaiikan satu alisnya, lalu dengan langkah cepat ia menyusul Sheina.

"Shei" panggil Arga saat langkahnya sudah mendekati Sheina.

Sheina yang mendengar suara itu, langsung mempercepat langkahnya.

"Shei, lo kenapa?" tanya Dinda.

Sheina menggeleng dan masih mempercepat langkahnya.

"Lo bilang, lo percaya sama suami lo" ledek Dinda.

Ucapan Dinda membuat Sheina memperlambat jalannya.

Melihat hal itu, Arga berlari menghampiri Sheina.

"Shei, kenapa cepet - cepet gitu sih jalannya?" tanya Arga ketika langkahnya sudah menyamai langkah Sheina.

"Ggue kebelet" dusta Sheina.

Dinda menyunggingkan bibirnya dan bergeleng pelan.

"Kan bisa di toilet sekolah" ujar Arga sembari menunjuk ke arah belakangnya dengan jempol tangannya.

"Lo kebelet Shei?" tanya Dinda.

Sheina mengangguk dengan pasti.

"Kebelet mau punya anak?"

Sheina membelalakkan matanya mendengar ucapan Dinda. Sementara Arga membuat ekspresi wajah kikuk.

"Ups, kalau gitu gue luannya ya hehhe" ujar Dinda menutup mulutnya lalu pergi.

"Ddin..." panggil Sheina.

Dinda tidak menggubris dan tetap melanjutkan langkahnya.

Sekarang suasana menjadi canggung di antara Sheina dan Arga.

Arga menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Lo beneran kebelet...."

"Jangan dengerin ucapan Dinda" potong Sheina.

Arga tersenyum miring sembari menaikkan satu alisnya "Maksud gue lo beneran kebelet pipis?"

Sheina merutuki dirinya sekarang, ia malu karena salah mengira ucapan Arga.

"Ggue luan" ujar Sheina gugup.

Namun Arga langsung menahan lengan Sheina.

"Bareng"

Sheina semakin gugup dan melepas pelan lengan Arga.

"Yyaudah a..ayo" ujar Sheina.

Arga tersenyum "Jadi lo beneran kebelet mau punya anak?"

Sheina membelalakkan matanya dan kemudian menatap Arga tajam.

"Gue pulang naik taxi"

Arga tersenyum kembali "Oooo berarti bener dong lo kebelet..."

Sheina menutup mulutnya "Ini sekolahan Arga"

Arga menarik telapak tangan Sheina pelan, lalu menggenggamnya.

"Gue ga peduli"

"Lepas, gue mau pulang naik taxi"

"Yaudah, tapi gue bakalan teriak kalau lo adalah istri gue"

Sheina menatap Arga tajam.

"Mck, yaudah ayo pulang"

Arga kemudian menggenggam tangan Sheina lalu menariknya perlahan dengan senyum terukir di wajahnya.

***

Kini Sheina sudah merebahkan diri di atas kasur dengan laptop yang menyala, menayangkan sebuah drama dari negeri ginseng kesukaannya.


"Ngapain sih, serius amat?" tanya Arga sembari menyamakan posisinya dengan Sheina di sebelah tubuh Sheina.

"Ssst"

Arga menatap wajah istrinya yang serius lalu menaikkan satu alisnya.

"Gue juga mau liat" ujar Arga.

"Tinggal liat aja sih" sahut Sheina pelan.

Arga mengangguk lalu menatap layar laptop milik istrinya.

"Ini drama korea?" tanya Arga.

Sheina mengangguk, matanya masih fokus pada laptop tersebut.

Sedetik kemudian ia mengeluarkan air mata dan menangis.

Arga terkejut "Lo kenapa Shei?"

"Dia mati Ga, kasian banget. Aaa kasian mas cimol gue...hiks...hiks...hiks"

Arga menyunggingkan bibirnya "B aja sih kayanya, terus namanya cimol?"

"Namanya dio, ah udalah ga usah banyak tanya tonton aja" ujar Sheina dengan suara serak khas orang nangis.

"Tapi kok di panggil...."

Sheina mempause laptopnya lalu menatap Arga tajam "Gue bilang diem, tonton aja. Nanyanya ntaran bisa ga!!"

Arga pasrah dengan istrinya ini "Okay"

Kemudian layar laptop itu kembali berjalan.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka selesai menonton film tersebut.

"Itu film apa?" tanya Arga menunjuk salah satu judul film di laptop Sheina.

"Ini tuh film tentang dokter"

"Play dong, gue mau nonton"

Wajah Sheina tampak ragu "Ggue ga berani"

"Lah kenapa?"

"Itu tuh ada bedah - bedahnya gue takut sama yang begituan"

Arga tersenyum "Mck, lo kan nontonnya sama gue. Selama ada gue, lo ga akan pernah takut" ujar Arga sembari menatap wajah Sheina.

Sheina juga menatap mata Arga 'Tapi apa selamanya lo selalu ada buat gue?'

"Shei" panggil Arga.

Sheina tersadar "Yaudah iya kita tonton"

Lalu mereka pun menonton drama tersebut.

"Aaa" teriak Sheina pelan, kemudian ia pun menutup matanya.

Melihat itu Arga tersenyum miring lalu mempause video tersebut.

"Gapapa jangan takut, ini juga ilmu, sayang loh kalau lo ngelewati pelajaran" bisik Arga.

"Gue ga berani Ga"

"Ayo cobaaa, jangan biasain takut sama semua hal" rayu Arga.

Perlahan Sheina membuka matanya dengan ragu.

Saat mata Sheina benar - benar terbuka, Arga pun melanjutkan video tersebut.

"Argaaa..." panggil Sheina sembari tangannya memegang lengan baju Arga.

"Arga gue ga tegaaaa" rengek Sheina, kini tangannya memegang lengan Arga.

"Hahh gimana ntar kalau lo di bedah" ujar Arga.

Sheina kini menatap Arga "Maksud lo? Lo doain gue kenapa - napa?"

"Bukan elah, pas lo lahiran kan ada tuh bedah - bedahan" jelas Arga.

"Oo itu namanya operasi caesar"

"Nah itu maksud gue, gimana tuh?"

"Gue sih pengennya normal Ga, kalau misalnya caesar tuh yang gue denger beberapa bulan masih terasa sakit di perut"

"Emang kalau normal ga sakit?"

Sheina terdiam lalu menatap Arga "Bunda gue bilang sih sakitnya cuma pas ngelahirin doang. Setelah itu udah ilang aja gitu"

"Emang bisa normal?"

"Ga tau, gue harap bisa soalnya kami berempat normal"

"Lagian ga, setau gue anak juga bahagia kalau denger dia normal, contohnya gue. Jadi gue berharap normal biar gue seneng, lo seneng dan anak - anak kita seneng" jelas Sheina tersenyum sembari memegang perutnya.

Seketika semburat senyum yang tak bisa di artikan muncul di wajah Arga.

Melihat ekspresi Arga, Sheina mengingat apa yang di ucapkannya. Lalu Sheina mengulum mulutnya daat ia tersadar dan merasa canggung sekarang.

"Kayanya apa yang di bilang dinda bener" ujar Arga sembari menaikkan satu alisnya.

"Kalau lo?" tanya Sheina mengalihkan pembicaraan.

"Gue, gue mah siap kapan aja asal lo juga udah siap" jawab Arga tersenyum jahil.

"Mmaksud gue, lo lahirnya normal ga?" tanya Sheina gugup.

"Lo ngalihin pembicaaraan kan?" selidik Arga.

"Nnggak, gue seriusan nanya"

Arga memandang wajah Sheina dengan seksama.

"Yauda sih kalau lo ga mau jawab, mending gue tidur"

"Gue ga tau" ujar Arga dengan wajah sendu.

Sheina duduk kemudian ia mengelus pundak suaminya.

"Arga tenang, semua akan kembali stabil. Lo tinggal doa aja sama Allah" ujar Sheina tersenyum.

Arga kemudian ikut duduk dan berhadapan dengan Sheina.

"Iya gue akan selalu doa sama Allah"

"Tapi lo ga pernah bangun subuh, gue juga ga pernah liat lo ngejalani shalat lainnya"

"Emang doa harus shalat?"

"What is mean of pray?"

"Doa, juga bisa di gunakan untuk shalat"

"Nah bahasa Inggris aja tau, masa lo ga tau" ledek Sheina.

"Tapi ggue masih banyak dosa, gue malu sama tuhan gue sendiri" ujar Arga gugup untuk yang pertama kalinya.

"Arga, Allah tu maha pengampun dan pemaaf Allah ga akan ngehina lo walaupun dosa lo sebanyak buih di lautan. Allah tu baik, dia selalu memperhatiin kita, tapi kita aja yang kadang suka ga sadar" jelas Sheina.

"Tapi...."

"Arga, jangan ada tapi untuk beribadah" ujar Sheina sembari mengelus lengan suaminya.

"Gue akan coba Shei, ccaan you help me?" untuk yang kedua kalinya Arga gugup di depan orang lain.

Sheina tersenyum "Of course"

Arga pun ikut tersenyum namun dengan wajah kikuknya.

Ponsel yang berada di samping tubuh Sheina kini berdering ria.

Songak empat bola mata indah itu melihat ke sumber suara.

Sheina kemudian mengambil ponselnya yang masih berdering.

Dimas call

Wajah Sheina kini memucat, ia panik namun dengan cepat ia mengubah ekspresinya.

Arga menatap wajah istrinya yang sedikit berubah.

"Kok mala bengong, angkat Shei"

Sheina tersadar "Iiiya gue mau angkat sebentar ya" gugup Sheina.

Kemudian Sheina beranjak dari tempat tidurnya, lalu berjalan ke arah balkon kamar mereka.

"Disini aja bisa kali, emang siapa? Gebetan lo?" selidik Arga.

Sheina memberhentikan langkahnya, lalu ia berbalik menatap Arga "Ini Ddinda, udah ah jangan kepo" ujar Sheina sedikit gugup.

Sheina pun kemudian melanjutkan langkahnya.

"Sensi amat bini gue" ujar Arga sembari mengusap mukanya kasar.

Ketika Sheina sudah sampai di balkon, ia pun menjawab panggilan tersebut.

"Ass....."

"Eh cintakuu bukan - bukan istri sahabat gue yang gue cintaa"

Wajah Sheina tampak bingung, ia melihat kembali ponselnya lalu di letakkan ponsel tersebut ketelinganya lagi.

"Dim lo..."

"Hey kenapa lo ngomong ha!!? Gue tuh udah berusaha ngelupain lo. Lo udah buat hati gue sakitt Sheinaaku" suara Dimas tampak bergelombang.

'Apa Dimas mabuk?'

"Lo dimana?"

"Gue? Di hati lo hahahahah, hati lo rame banget ada musiknya lagi hahahh. Gue jadi betah di hati lo"

Sheina rasanya ingin mematikan ponsel yang ia pegang, tapi ia masih tetap mendengarkan ocehan Dimas.

"Sekarang lo dimana??"

"Lo mau kesini sayang?? boleh gue di club hehehe. Tanya sama Arga alamatnya wkwkwk karena gue sering main sama Arga disini. Sekalian bawa diaaa gue mau marah!! Sama dia karena lo lebih pilih dia"

Sheina pun menjauhkan ponsel dari telinganya lalu mematikannya.

"Ini Dimas ternyata sama, sama Arga mainnya club" dengus Sheina.

Sheina kembali memencet dial ponselnya.

"Halo Din"

"Baru aja gue mau nelpon lo, lo pasti mau bahas itukan?"

"Itu maksud lo?"

"Maksud gue, tadi sorekan kita harusnya kerumah Grasia cuma lupa"

"Aaa iya gue lupa, tapi Din bukan itu yang mau gue bilang"

"Ha? Terus?"

"Gue mau bilang ke lo, tolong ke club dong Din"

"Cclub? Lo main di CLUB!!?"

"Bukan, Dimas minum Din dia sekarang lagi di club ini bahaya kalau misalnya dia sendiri disana"

"Apa? Mck kebiasaannya belum hilang juga. Terus kenapa harus gue yang kesana?"

"Aduh lo taukan gue lagi sama Arga, apalagi ini udah malem kalau gue kesana pasti Arga nanyain kan. Pokoknya bakal ribet Din, terus gue juga ga tau clubnya dimana. Cuma lo Din yang bisa bantui gue"

"Ck, yaudah yaudah gue kesana. Gue tau dimana tempatnya, memang nyusahain aja tuh bocah"

"Makasih Din, gue janji besok gue bakal traktirin lo disekolah"

"Gue tagih, yaudah gue matiin ya"

"Iya"

"Assalammualaikum"

"Waalaikumussalam"

Tut...tut...tut...

"Semoga Dinda bisa bawa pulang Dimas"

***

"Dimana si Dimas?" tanya Dinda ketika ia sudah memasuki club.

Suara musik berdentuman di seluruh daerah tempat Dinda menginjakkan kaki. Tampak lautan manusia yang sedang asyik berjoget mengikuti dentuman musik tersebut.

"Astaga ini tempat sumpek bukan main" ujar Dinda yang terus menelusuri tempat tersebut.

Saat di psrtengahan, ia melihat bar dan ada tiga pria duduk sambil menikmati minuman laknat yang mereka rasa membuat tenang.

"Gue kesana aja kali, mana tau si Dimas ada disana"

Kemudian dengan langkah cepat, Dinda pun berjalan menuju bar tersebut.

Bau alkohol menyeruak, hingga Dinda ingin muntah. Jujur saja Dinda membenci bau alkohol, tapi ini bukan kali pertama dia mendatangi club malam.

Pertama kalinya adalah ketika ia menyelamatkan kakaknya yang terjebak di club malam karena mengikuti temannya. Lalu yang kedua, ketika ulang tahun Airin yang merupakan kakak dari Retista. Airin mengundang teman sekelasnya, geng dan teman adiknya.

Dan ini adalah yang ketiga, menyelamatkan teman ralat mantan teman menurutnya. Sejujurnya mereka masih menyimpan rasa pertemanan, namun keadaan mengubah perasaan tersebut menjadi canggung untuk berteman kembali.

Ini alasan mengapa Dinda tidak pernah menampakkan diri di hadapan Dimas ketika ia membantu Sheina dan Dimas saat pulang dan pergi bersama agar tidak ketahuan oleh warga sekolah Lab School.

Dinda mendengus pasrah ketika ia benar - benar melihat Dimas sedang minum.

Prak...

Dinda menggeprak meja gantung di hadapan Dimas sedikit kuat, membuat sang empu yang berada di hadapan meja itu menoleh ke arah pemukul.

Ia tertawa "Eh Dinda, kok lo ada disini?? Kangen ya sama gue?? Hayoo, sini - sini peluk atau mau gue pangku?"

Dinda menggelengkan kepalanya, ketika melihat Dimas yang sudah benar - benar mabuk.

"Ayo pulang" ajak Dinda.

Dimas menggeleng "Ga mauu, gue nunggu Sheina Dindaa. Ah lo payah jadi sahabat seharusnya dukung guee"

"Sheina nunggui di rumah lo" dusta Dinda.

"Hahahah dia memang wanita setia, yauda ayo pulang" ujar Dimas sembari bangkit dari tempat duduknya.

"Ayo" ajak Dinda sembari membantu Dimas untuk berdiri.

"Iii beraat banget sih" keluh Dinda namun tetap berusaha membantu Dimas.

Mereka pun akhirnya berhasil melangkah keluar.

-----

Anyeong yorobun...

Bosen kan d rmh aja? Sama gw jga bsen bat asli.

Nih gw kasih hidngan buat malming guys 😘

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.2M 213K 32
[Cerita ini telah diadaptasi menjadi series dan tayang di Genflix] Seharusnya, hari itu Giska menjadi perempuan yang paling bahagia di dunia. Karena...
179K 27.1K 167
Bab 801-END Ayah: "Qianqian, dia mungkin lumpuh tapi selama kamu setuju untuk menikah dengannya, perusahaan kita akan selamat!" Ibu: "Selain itu, adi...
2.8M 128K 54
⚠️PART COMPLETE ✔️ BELUM Revisi, Maaf! Start : February 2019 End : December 2020 Katanya, laki laki yang baik untuk perempuan yang baik begitu jug...