AMALA Istri Kontrak Sang CEO

Por eista_

230K 9.6K 365

AMALA hanyalah wanita biasa hingga takdir merubah hidupnya . Amala rela menjadi wanita malam untuk menyelamat... Mais

1. Pertemuan Tak Terduga
2. Terbakar Gairah
3. Tawaran Pernikahan
4. Tak Ada Pilihan Lain
5. Rapat Pemegang Saham
6. Perasaan Apa Ini
7. Kemarahan Marvis
8. Aku Menginginkanmu
9. Satu Kamar Dengannya
10. Merasakan Sedikit Ketulusan
AMALA 12
13. Maafkan Aku
14. Sulit Mengatakannya
15. Mantan Suamiku
16. Aku Mencintaimu
AMALA 17
AMALA 18
AMALA 19
AMALA 20
PENGUMUMAN
AMALA 21
Amala 22
AMALA 23
24. Hukuman Untukmu
PROMOSI
25. Jurang Kematian
26. I Promise Sweetie
27. Only You Amala
28. Hidup & Mati
29. Belum Berakhir
30. Pilihan Terberat
31. Akhir Yang Bahagia

AMALA 11

8.5K 400 10
Por eista_

Jangan lupa buat vote ,tekan bintang di pojok kiri layar .

Dan komen setelah membaca .

Jika ada kesalahan kata dan kalimat bahasa saat penulisan mohon maaf untuk yang sebesar besarnya .

Dimana Misya ,dimana putrinya kenapa tidak ada ?  Jerit wanita itu frustasi .

Amala berlari dengan tergesa-geda menyusuri lorong rumah sakit, dia menuju meja resepsionis untuk bertanya pada perawat yang berjaga disana.

"Permisi, saya mau tanya dimana pasien yang berada di ruang icu, dia putriku namanya Misya Arindra." Tanyannya pada perawat jaga disana.

"Sebentar ya bu, biar saya carikan datanya dulu."

Selagi perawat itu mencari data putrinya, Amala menunggu dengan cemas.

Lalu perawat itu memberitahunya. "Puteri anda sudah dipindahkan keruang anggrek nomer 5 bu."

Amala bingung kenapa putrinya dipindahkan, lantas wanita itu bertanya. "Dipindahkan ? Dipindahkan kenapa ya sus."

"Saya juga tidak tau, anda bisa menanyakan pada dokter yang menjaga disana." Jawab perawat itu.

"Baik sus, terimakasih informasinya."

Perawat itu mengangguk. "Baik bu, sama-sama."

Dengan tergesa-gesa Amala mencari ruangan putrinya. Setelah dia menemukan ruangan Anggrek no. 5, dia membuka pintu putih yang ada di depannya dengan perlahan. Matanya memastikan keberadaan orang yang dia cari. Nampak seorang anak perempuan dan juga dokter pria yang sedang menemani putrinya. Misya tersenyum, melambaikan tangan kearah ibunya.

"Bundaaa. ."

"Misya . .putriku." Amala memeluk Misya, meluapkan rasa rindu dan kegelisahannya selama ini.

"Bunda menangis, kenapa." Tangis Amala semakin pecah saat mendengar suara putrinya setelah sekian lama.

Amala melepas pelukannya, tangannya mendekap kedua pipi Misya dan menatap manik mata putrinya dengan rasa tidak percaya. Putrinya sadar setelah sekian lama.

"Apa ini sungguh kamu ?" Tanya Amala.

"Iya bunda, ini Misya."

"Syukurlah bunda khawatir tidak bisa melihatmu lagi, bunda takut kehilanganmu sayang."

"Kenapa bunda berkata seperti itu, seolah-olah Misya akan pergi jauh."

Anaknya memang tak mengerti bagaimana kondisinya sekarang.

Setidaknya usahanya tidak sia-sia. Setelah menerima uang dari Marvis, Amala langsung melunasi biaya perawatan putrinya dan menyimpan sisa uang didalam kartu kreditnya sendiri. Untuk berjaga-jaga jika suatu saat Marvis menarik kartu kredit yang diberikannya pada dirinya.

"Ehemm .  ." Sebuah suara menggangu mereka ."Maaf menganggu, saya dokter Farhan yang menangani putri anda."

Amala lalu berjabat tangan dengan dokter muda tersebut.

"Maaf dok saya terlalu senang, sampai tak sadar melupakan keberadaan anda. Saya Amala, panggil saja Mala."

"Baik bu Mala, jadi bisa kita bicara sebentar." Dokter Farhan mengajak Amala untuk menuju ruangannya, mereka duduk saling berhadapan.

"Jadi kondisi putri anda saat ini sudah mulai membaik tapi itu hanya sementara, putri anda harus mendapatkan donor jantung secepatnya, supaya kita bisa melakukan operasi."

"Donor jantung ."

"Ya betul bu, anda harus mencari seseorang yang mau mendonorkan jantungnya untuk putri anda."

"Kalau jantung saya gimana dok." Tanya Amala.

"Boleh saja, tapi kita harus memeriksa kecocokan jantung anda dahulu."

"Saya mau dok, saya akan melakukan apa saja untuk Misya."

Dokter Farhan mengambil nafas lalu kembali menjelaskan. "Resikonya anda akan kehilangan nyawa anda."

Amala kaget, diam seribu bahasa.

"Anda hanya memiliki satu jantungkan, jadi jika jantung anda didonorkan otomatis anda tak memiliki jantung lagi."

"Lalu apa yang harus saya lakukan."

"Lebih baik anda mencari pendonor yang mempunyai riwayat penyakit mematikan."

"Saya akan berusaha dok, walaupun itu sulit."

"Putri anda Misya adalah anak yang kuat di usianya ,tidak semua anak di usia itu mampu bertahan hidup melawan penyakitnya." Dokter memberikan semangat pada wanita itu.

"Itu sebabnya saya juga harus kuat untuk putri saya." Jawab Amala.

"Anda benar, saya akan mengupayakan yang terbaik untuk putri anda. Saya juga akan membantu mencarikan donor jantung untuk putri anda."

"Terimakasih dok, saya sungguh berterimakasih."

Amala kembali ke kamar Misya mendapati putrinya sedang merancau dalam tidurnya. Dengan panik Amala mencoba menenangkan putrinya, mengelus punggung tangan Misya dengan lembut.

"Ayah . .Misya kangen ayah , ayah dimana ?"

Airmata Amala seakan ingin tumpah begitu Misya putrinya masih mengingat ayahnya. Bajingan itu dengan tega pergi dengan wanita lain membawa seluruh uang Amala untuk bersenang-senang.

"Sayang."

Dengan perlahan Amala membangunkan anaknya, Misyapun terbangun dan tersenyum hangat padanya. Amala mencari obat yang ada di laci nakas.

"Sudah waktunya minum obat, setelah itu kamu bisa tidur lagi."

"Baik bunda."

Putrinya sungguh anak yang penurut. Setelah meminum obatnya Amala menyambar selimut yang ada di dekat Misya menyelimuti  tubuh Misya.

"Tidurlah sayang , bunda harus pulang untuk bekerja."

Amala mendengar langkah kaki , seorang suster jaga sedang berkeliling untuk mengecek keadaan pasien. Mengingat dia harus pulang, wanita itu menitipkan putrinya pada suster jaga yang ada disana. Amala juga memberikan pengertian pada putrinya jika dia harus bekerja, jadi dia tidak bisa menemani putrinya setiap waktu.

Misya mendengarkan penjelasan ibunya, dia mengerti, dia juga berkata jika bunda tidak perlu datang setiap saat, karena Misya disini banyak yang menemani.

Amala hampir saja meneteskan airmatanya. Seandainya dia tidak terkekang dengan Marvis dia juga ingin menjaga putrinya setiap saat tapi ini juga untuk kebaikan putrinya.

Wanita itu berjalan meninggalkan lobi rumah sakit, saat ini diluar sedang turun hujan yang sangat deras, dia bahkan tidak membawa payung saat ini.

Amala melihat arlojinya yang sudah menunjukkan pukul empat sore. Pasti suaminya kini tengah mencarinya. Amala sudah siap menerima hukuman yang akan Marvis berikan padanya nanti.

Tin . .

Mobil hitam berhenti tepat didepannya , jendela mobil itu turun perlahan , menampakkan wajah dokter muda yang baru saja dia temui tadi.

"Bu Mala , butuh tumpangan mungkin."

"Terimakasih dok tapi tidak perlu, itu merepotkan. Saya bisa naik taksi dok.'

"Tapi hujannya turun begitu deras, tidak ada taksi yang lewat sini. Bagaimana jika anda menumpang sampai jalan besar, lebih mudah menemukan taksi di sana." Tawar dokter itu kembali.

Setelah berfikir sejenak, ada betulnya juga perkataan dokter tersebut. Dia juga sedang terburu-buru untuk pulang sebelum Marvis benar benar marah dengannya

"Apa itu tidak merepotkan ?" Tanya wanita itu.

"Tentu tidak, Mari masuk."

"Terimakasih dok."

Didalam mobil mereka saling diam, cukup canggung bagi mereka untuk memulai pembicaraan.

"Emm itu, nanti saya turun dijalan besar sana."

"Baiklah, anda meninggalkan putri anda sendirian ?"

"Betul dok, saya harus pulang untuk bekerja." Bohong wanita itu. "Jadi saya meninggalkan dia disana. Mungkin itu terlihat kejam tapi saya tidak punya pilihan lain. Dia satu satunya keluarga yang saya punya sekarang, harapan saya dan kebahagiaan saya ada padanya. Saya benar-benar ingin dia sembuh." Amala meneteskan airmatanya.

"Maaf saya tidak bermaksud bu. ." Ucap dokter Farhan merasa bersalah.

"Tidak apa apa dok saya paham, jangan panggil saya bu panggil saya Mala saja."

"Baik, anda juga bisa memanggil nama saya juga. Untuk masalah donor jantung , saya serius untuk membantu mencarikan pendonor yang mau mendonorkan jantungnya untuk putri anda."

"Baik dok, saya percaya pada anda sepenuhnya. Tolong lakukan yang terbaik untuk putri saya. Ini nomer telepon saya dokter . . Eh maksut saya  Farhan, anda bisa menghubungi saya jika sudah menemukan  pendonor yang tepat."

Dokter farhan menerima kartu nama yang Amala berikan padanya.

"Disini saja." Ucap Amala menghentikan laju mobil itu. "Terimakasih, sekali lagi terimakasih, saya berhutang banyak pada anda."

"Sama sama, saya harap kita bisa berteman."

Amala sedikit terkejut dengan perkataan dokter tersebut.

"Oh tentu." Jawab wanita itu membungkukkan badannya.








Bersambung . . .

Sepertinya tercium bau bau orang ketiga nih . .
Hehe

Berikan vote dan komentar sebelum part selanjutnya diup , karena bakal double up hari ini .

Continuar a ler

Também vai Gostar

58.1K 10.2K 40
Edisi BeckFreen...
647K 23.8K 32
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
126K 12K 33
[#6 Wiratama's] Diandra merasa beruntung bisa menjadi sekretaris seorang Reza Wiratama. Bukan karena bos-nya itu tampan, melainkan gaji yang sangat m...
308K 8.7K 47
Bagaimana menikah dengan orang yang lebih tua dari kita? Iya lebih dewasa sih.. Tapi manja, nyebelin, banyak ngatur. -Pearly Askana Terpikat sebuah...