AMALA Istri Kontrak Sang CEO

By eista_

230K 9.6K 365

AMALA hanyalah wanita biasa hingga takdir merubah hidupnya . Amala rela menjadi wanita malam untuk menyelamat... More

1. Pertemuan Tak Terduga
2. Terbakar Gairah
3. Tawaran Pernikahan
4. Tak Ada Pilihan Lain
5. Rapat Pemegang Saham
6. Perasaan Apa Ini
8. Aku Menginginkanmu
9. Satu Kamar Dengannya
10. Merasakan Sedikit Ketulusan
AMALA 11
AMALA 12
13. Maafkan Aku
14. Sulit Mengatakannya
15. Mantan Suamiku
16. Aku Mencintaimu
AMALA 17
AMALA 18
AMALA 19
AMALA 20
PENGUMUMAN
AMALA 21
Amala 22
AMALA 23
24. Hukuman Untukmu
PROMOSI
25. Jurang Kematian
26. I Promise Sweetie
27. Only You Amala
28. Hidup & Mati
29. Belum Berakhir
30. Pilihan Terberat
31. Akhir Yang Bahagia

7. Kemarahan Marvis

10.8K 415 6
By eista_

Jangan lupa untuk memberikan vote dan commet 😘


Terbangun keesokan harinya, wanita itu menatap langit langit kamarnya. Benar ini bukan rumah kontrakannya, pantas saja dia menatap asing sekelilingnya. Kamar yang sangat besar berbeda dari kamar kontraknya.

Wanita itu turun dari tempat tidurnya, kakinya menyentuh lantai kamar yang sangat dingin, karena pendingin ruangan itu menyala semalaman. Hal yang tak biasa baginya, di kontrakan Amala hanya memakai kipas angin listrik bekas yang dia beli dari pasar loak.

Beranjak untuk berendam di bathtub, wanita itu seakan tak ingin menyia-nyakan semua fasilitas di kamarnya. Kapan lagi dia punya kamar seperti hotel bintang lima ?.

Setelah puas dengan berendam wanita itu memakai jubah mandi dan berjalan ke arah walk in closet. Dia membuka lemari besar itu dan taraaa semua baju dengan merek terkenal, tas dan sepatu.

Ini semua ?.

Wanita itu tercengang tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Dia masuk dan melihat semua barang-barang itu. Bahkan label price dibaju tersebut semuanya masih menempel.

Satu juta, dua juta ,lima juta hingga yang paling mahal sepuluh juta.

Sepuluh juta hanya untuk satu baju, yang benar saja. Pekiknya.

Amala mengambil satu buah floral dress yang harganya paling murah sekisar satu setengah juta dan juga flatsoes seharga setengah juta.

Ini saja cukup. Batinnya.

"Kenapa Marvis, mamah ingin menemuinya." Ucap wanita paruh baya tersebut.

Dari dalam kamar Amala mendengar suara Marvis berdebat dengan seseorang.

"Tidak sekarang, tunggu dia bangun. Mamah nggak bisa masuk ke kamarnya saat dia masih tidur."

"Liat bentar aja, kayak apa menantu mamah."

Amala keluar untuk melihat dengan siapa suaminya berbicara.

"Itu dia." Ucap nyonya Andrio saat melihat Amala menuruni tangga. "Kamu cantik sekali."

"Terimakasih nyonya ." Amala bisa menebak jika wanita di depannya adalah orangtua Marvis.

"Jangan memanggilku nyonya, kamukan menantuku, panggil aku Mamah." Ucap nyonya Andrio. "Memang kedengaran cukup canggung namun kamu juga akan terbiasa."

"Baiklah mah."

"Bagus, siapa namamu sayang."

Tanya ibunda Marvis.

"Amala." Marvis menjawab dengan begitu cepat .

"Kamu tinggal dimana sebelumnya."

"Dia tinggal diperkampungan yang kecil." Jawab Marvis lagi .

Nyonya Andrio memberikan tatapan sinis pada putranya," Marvis diam ! Aku sedang bertanya pada Amala, bukan kamu, dasar."

Marvis mendengus sebal. "Sarapan, aku butuh sarapan." Marvis mencoba mengalihkan pembicaraan. Tak ingin ibunya tau latar belakang wanita itu.

"Oh iya, mamah sampai lupa. Mamah akan kedapur membuatkan sarapan untuk kalian."

"Saya bantu mah."

"Boleh."

Marvis menyesap kopi buatan istrinya yang masih panas. Duduk dimeja makan sembari melihat istri dan ibunya memasak. Amala yang tidak terlalu fokus terlihat jelas dari matanya.

Yah mungkin wanita itu sedang gugup atau canggung karena ini pertama kalinya dia bertemu dengan ibuku. Batin pria itu.

Wanita itu memotong sayuran kedalam bentuk yang lebih kecil sedangkan nyonya Andrio menyiapkan bumbu untuk menumis.

Ibunya memasak bukan karena tak ada pelayan disana, tapi ibunya hapal betul Marvis sangat menyukai masakannya.

"Tolong ambilkan itu." Suruh mertuanya.

"Ini. ." Tunjuk Amala pada botol saus yang ada dirak tersebut.

"Ya." Nyonya Andrio menerima itu. "Sepertinya dia sangat menyukaimu."

Amala menoleh kebelakang melihat Marvis yang terus menatapnya.

"Jika yang kau lakukan hanya menatap istrimu lebih baik kau pergi saja."

Marvis mengelak. "Apa ? Aku menatapmu bukan dia."

"Jangan berbohong. Semua orang disini juga tau kau terus menatap istrimu."

Marvis melihat sekelilingnya, para pelayan kini menatapnya. Karena malu Marvispun pergi.

Apa yang kulakukan?. kenapa aku terus menatapnya ?. Pandanganku tak bisa lepas darinya.

"Tolong jaga Marvis, dia memang orang yang dingin, tapi mamah yakin kamu bisa merubahnya." Bisik nyonya Andrio pada wanita itu.

*****

Malam harinya Amala duduk terdiam didalam kamar ,wanita itu merasa jenuh sejak suaminya Marvis pergi kekantor dan mertuanya juga pergi. Dia melihat jam yang menunjukan pukul tujuh malam. Bukankah hari ini dia harus bekerja ?.

Amala mengganti pakaiannya dengan gaun malam warna merah terang ,yang memperlihatkan lekukan pahanya .

Perempuan itu lalu turun kebawah. "Maaf nyonya saya disuruh tuan Marvis mengantar anda, kemanapun anda pergi ."

"Antarkan aku ke bar." Bahkan saat ini dia memiliki supir pribadi, hidupnya kini berubah sangat drastis.

"Baik nyonya silakan."

Sesampainya di bar Amala berjalan menuju meja bartender, menghampiri sahabatnya Martin.

"Dari mana saja kau ." Tanya Martin yang tak melihat wanita itu akhir-akhir ini, itu cukup membuatnya khawatir.

"Apa madam sahara mencariku.?

"Akulah orang yang tengah mencarimu." Tak berani mengungkapkan langsung, pria itu hanya membatin.

Sudah sejak lama Martin menyimpan perasaannya pada Amala, namun karena tak berani mengungkapkan pria itu memilih penyimpan perasaanya rapat-rapat.

"Tidak . ." Jawab Martin

Wanita itu melihat sekelilingnya, keadaan di bar malam ini cukup sepi. Namun ada satu pria yang sedari tadi memandangnya. Amala tampak risih dengan pandangan itu.

"Dia terus saja menatapku." Ucapnya pada Martin.

"Kau mengenalnya?."

"Tidak."

"Sungguh ?,atau mungkin dia salah satu dari pelanggan mu."

Amala kembali mengingat. "Tidak, aku tak pernah memiliki pelanggan seperti dia." Wanita itu hapal betul wajah setiap pelanggannya.

Tiba tiba pria yang dibicarakan mereka mendekat ke arah Amala. Wanita memasang gestur tubuh waspada.

"Nona manis, temanilah aku malam ini."

Seorang pria tua bangka, sedang menggoda Amala,pria itu membawa dua pengawal dibelakangnya.

"Aku tidak berminat tuan jadi pergilah."

Entah sejak kapan Amala memang tidak berniat melayani seseorang lagi dibar tersebut, kedatangannya ke bar hanya untuk minum saja.

"Beraninya kau mengusirku." Orang tua mesum itu mencengkeram tangan kanannya dengan sangat erat, membuatnya kesakitan.

"Lepaskan br*ngsek."

"Tuan apa kau tidak dengar, dia bilang lepaskan ya lepaskan. " Martin berdiri didepan pria itu,

"Cuma seorang bartender cih, mau ikut campur urusanku , heh !. senyum pria itu. "Pengawal hajar dia ."

Kedua pengawal itu lalu menyeret Martin, salah satu orang itu memegang tangan Martin, dan satu orang lainnya mengeksekusi Martin. Martin tersungkur di hadapan Amala dengan wajah penuh memar dan darah.

"Cukup hentikan.! " Amala berteriak melihat Martin babak belur didepannya rasanya sungguh tak tega. Andai saja dia tidak menolak ajakan pria itu untuk melayaninya mungkin Martin tak akan mengalami hal semacam itu.

"Kumohon hentikan ! Martin ." Amala menangis tersedu-sedu berusaha membantu Martin untuk bangun.

Pria itu lalu menyuruh pengawal nya untuk berhenti memukuli Martin.

"Jadi bagaimana, masih mau menolak sayang." Semua orang melihat kearah mereka, tidak ada orang yang berani mendekat menolong Amala dan Martin .

"Tidak."

"Bagus!." Pria itu mencengkeram dagu Amala . " Kalau saja kau menjawab seperti ini dari tadi, mungkin temanmu itu tidak akan babak belur ."

"Ayo kita pergi." Amala hanya patuh saat pria dengan tatapan mesum itu menggandeng tangannya paksa.

"Tunggu ! !". Semua mata menatap kearah pintu bar tersebut.

"Lepaskan dia ". Suara bariton itu membuat semua orang merinding .

"Aku bilang lepaskan, atau aku akan membunuhmu." Teriak Marvis.

Varen berdiri tepat dibelakang bosnya dengan dua pengawal.

****

Satu jam yang lalu.

"Supir yang baru saja mengantar nyonya bilang bahwa nyonya pergi kebar malam ini."

"Untuk apa dia di bar."

"Saya tidak tau tuan. Nyonya menyuruh supir itu untuk pulang. Namun dia tidak pergi dan masih menunggu nyonya didepan bar."

"Lalu ?."

"Terjadi keributan dibar itu tentang nyonya.'

Marvis menutup laptopnya dan membereskan berkas berkas itu. "Pergi ke bar sekarang juga." Ucapnya memakai jas.

"Baik tuan.!"

*****

"Siapa kau?. Pahlawan dari mana lagi yang datang kali ini."

Varen melihat pria tua bangka itu." Wah wah cari mati dia berani-beraninya menantang tuan Marvis." Batinnya.

"Tuan Barkhan dari perusahaan tekstil di Labuan. Perusahaan kecil yang terancam bangkrut, tolong anda bicara yang sopan terhadap tuan kami." Ucap Varen.

"Varen apa kita ada kerjasama dengan perusahaan mereka."

"Ada tuan, sebagian kecil kain yang kita dapat dari Labuan." Jelasnya.

"Hanya sebagian kecil saja, tak akan berdampak buruk bagi perusahaan kitakan." Marvis tersenyum sinis. "Putuskan semua kerjasama dengan mereka sekarang juga."

"Baiklah tuan Marvis."

Seketika pria itu terkejut saat mendengar Varen mengucapkan nama Marvis.

"Tuan Marv_is, anda tuan Marvis Sean, Ceo dari Seanlytex." Tergagap pria itu lalu berlutut didepan Marvis. "Tolong jangan batalkan kerjasama kita tuan, aku tidak tau jika wanita ini adalah wanita anda."

Marvis tidak memperdulikan orang itu . Pria itu berjalan menghampiri Amala, melepaskan jas nya dan menyelimuti tubuh sexy Amala dan menggendong Amala, tubuh wanita itu gemetaran, matanya juga sembab.

Madam Sahara baru saja datang saat orangnya melaporkan bahwa dibarnya terjadi keributan.

"Tuan . . " Mamah muda menunduk, kenapa Marvis Sean datang kebarnya hari ini ?. Biasanya dia selalu mengatur janji terlebih dahulu, lalu kenapa Amala bisa berada di gendonga Mavis ?.

"Dengar Madam, dia sekarang istriku. Aku tidak ingin dia bekerja lagi disini, apa kau paham!."

"Tapi tuan hutang-hutangnya."

"Aku akan melunasinya, tapi jika kau masih membiarkannya bekerja disini." Marvis melotot. "Aku tak segan menutup barmu!."

"Jangan tuan, ampun jangan tutup bar ini." Kata wanita itu memohon.

"Dan satu lagi, Varen kau bilang perusahaan labuan terancam bangkrut bukan."

"Betul sekali tuan."

"Kalau begitu, sekalian saja tutup perusahaan mereka. Pastikan orang itu miskin, semiskin miskinnya !."

Tuan Barkhan lalu terduduk lemas. "Tidak jangan lakukan itu tuan, tolong maafkan saya tolong." Pria itu berusaha memohon memegangi kaki Marvis.

Marvis menendangnya dan kemudian melewati pria tua itu begitu saja. "Tidak ada kata maaf untuk orang yang menyakiti istriku." Marvis mengucapkan kalimat itu sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan bar tersebut


Wkwkwk Double kill nggak nih , berani beraninya ya kan nyentuh wanitanya Marvis , udah bangkrut eh sekalian ditutup ,hihihi . Emang deh Marvis paling top

Jangan lupa vote and comment 😘😘😘🙏

Continue Reading

You'll Also Like

188K 5.7K 19
Lena, seorang mahasiswi yang diharuskan menikah dengan seseorang yang bahkan tak ia kenal oleh sang kakak. Diusianya yang hampir menginjak 23 bahkan...
57.8K 10.1K 40
Edisi BeckFreen...
3.1K 253 9
Dua orang saudara yang menyukai dua orang Idol yang bersahabatan. Mohon maaf kalau jelek ini cerita pertama ku
180K 5K 13
"Kamu menolak saya?" Akbar. Laki laki yang berusia 40 Tahun.