DESA SETAN

By EnricoHendayana28

790K 61.4K 3.7K

Desa Pagar Mentimun digemparkan oleh seorang perempuan yang hidup kembali saat hendak dikuburkan. Retno, seor... More

Padang 12
Tempat Tujuan
Santi?
Teror!
Kesepakatan
Sebab
Terjebak!
Mansor
Penghuni Kebun Sawit
Awal Bencana!
Nek Sirih
Kota Gaib : Padang 12
Telaga Larangan
Terlambat!
Persiapan
Firasat
Putra Kelana
Putra Kelana 2
Bertemu Kembali
Bidasan!
Kebangkitan!
Mati Jasad
Orang Limun
Bantuan Tiba
Harapan
Takluk!
SAHABAT
Pulang
Awal yang Baru
Mati Suri Terbit di Epilog
DESA SETAN Sebagai Judul Baru
RENCANA COVER DESA SETAN
BULANNYA DESA SETAN
LIVE IG NGOBROLIN DESA SETAN!
Timeline novel DESA SETAN
OPEN PO DESA SETAN DIMULAI

Gerbang Lainnya

21.9K 1.9K 136
By EnricoHendayana28

Retno mengikuti langkah si kakek, berjalan membelah kota yang gemerlap dan riuh dengan keramaiannya. Retno pernah mendengar tentang desas-desus kota ini yang katanya mewah, tetapi dia tak pernah membayangkan akan semewah ini, kelewat mewah malah.

"Apa semua daerah yang dihuni bangsa jin seperti ini?" tanya Retno kepada si kakek di sela perjalanan.

Si kakek tertawa. "Sejauh yang kutahu, setiap tempat berbeda, menyesuaikan dengan karakteristik dan selera penghuninya juga."

"Sudah seperti manusia saja!" seru Retno.

"Jin dan manusia diciptakan untuk menyembah dan menjalankan perintah-Nya bukan?"

"Saya tahu, tetapi ...."

"Hanya bahan penciptaan kita saja yang berbeda, tetapi tujuannya sama, begitu pun soal kehidupan, ada jin yang kafir dan ada jin yang taat kepada Allah, maka tak salah bukan, jika kami juga punya selera?" Si kakek bertanya.

"Saya mengerti sekarang, Kek." Retno mengangguk.

Cukup jauh rasanya mereka berjalan, membuat Retno berkali-kali melihat ke arah benang di tangan kanannya, kemudian melihat ke arah benang yang berada di jalan.

Si kakek yang menyadarinya, lantas berkata, "Tenanglah, benang itu dapat menyesuaikan panjang dengan sendirinya, tak usah khawatir." Retno bernapas lega mendengarnya.

Mereka kini tiba di ujung kota, ada sebuah gerbang lainnya di hadapan mereka, tak semewah gerbang selamat datang sebelumnya, gerbang ini sangat lusuh dan tertutup rapat oleh pintu yang terbuat dari teralis-teralis besi berwarna hitam, di balik gerbang tersebut terlihat hamparan hutan yang lebat dan sangat gelap.

"Kita sampai," ucap si kakek.

"Lagi?" gumam Retno yang masih belum lupa rasanya saat dia berusaha keluar dari kebun sawit Mansor.

Si kakek menatap Retno. "Di dalam sana ada hal yang kau cari untuk menyelamatkan warga desa."

"Apa wujudnya, Kek?"

"Air, dari sebuah telaga terlarang yang berada jauh di kedalaman hutan!" jawab si kakek ringan. Retno menelan ludah mendengarnya. "Dan, ada satu hal yang perlu kau ketahui, berbeda dengan penghuni kota yang hanya berisi bangsa jin, di dalam hutan tersebut berisi bangsa setan dan bangsa jin kafir pendukung setan," tambahnya.

Retno berdecak, dia sudah dapat menebak bahwa apa yang akan dilakukannya tak akan mudah.

"Kau ingin mundur?" selidik si kakek.

Sudah sejauh ini dia berjalan, dan kata 'mundur' sudah terlalu terlambat baginya, seandainya dia mundur saat diperingati si kakek waktu itu, dia tidak akan berada di sini, dalam posisi seperti sekarang ini.

"Desa Pagar Mentimun akan berubah menjadi desa para setan jika saya berhenti sekarang," ucap Retno.

Si kakek tahu Retno tak akan mundur, sejak bertemu di pinggir jalan saat itu, dia telah menyadari siapa pemuda itu.

"Kau memang sangat mirip dengan bapakmu."

Retno menoleh mendengar ucapan si kakek. "Kakek juga kenal dengan Bapak saya?" tanyanya heran.

"Tak ada penghuni kota ini yang tak mengenalnya, Putra Kelana!" jawab si kakek.

"B-bagaimana bisa?" Retno menatap si kakek dengan penuh tanda tanya.

"Masuklah, kau akan menemukan jawabannya di sana, dan bawalah ini!" seru si kakek, lantas memberikan sebuah lentera yang muncul begitu saja di tangan kanan si kakek, membuat mata Retno membulat. "Titipkan benangmu kepadaku, karena jika kau membawanya ke dalam sana, benang tersebut putus dengan sendirinya."

Retno mengambil lenteranya, melepas benang yang terikat di jari, dan memberikannya kepada si kakek.

"Tapi bagaimana caranya saya kembali nanti?"

"Kau akan menemukan jalanmu, jika kau sungguh-sungguh anaknya!" seru si kakek dengan senyuman di wajahnya.

Retno meninggalkan si kakek, berjalan ke arah gerbang dan mendorong pintunya hingga terbuka dengan perlahan. Aura suram menyeruak begitu saja, menghantam Retno yang berdiri menantang. Bau busuk berembus dari hadapan, terbawa angin dari sela-sela pepohonan yang tinggi dan kelam.

"Bismillah," ucap Retno kemudian melangkah melewati gerbang, dan saat Retno sudah berada di dalam, pintu gerbang menututup kembali dengan sendiri.

Masih terlihat sosok si kakek saat Retno menoleh ke arah belakang, wajahnya terlihat serius menatap Retno, tetapi juga menunjukkan ketenangan.

Retno menghela napas, meski di tangannya terpegang sebuah lentera dengan api menyala-nyala, kegelapan hutan ini membuatnya hanya seperti cahaya dari sebatang korek api, kecil dan tak berarti.

Belum jauh Retno melangkah mengikuti jalan setapak, sudah ada gangguan dari salah satu penghuni hutan.

"Mau ke mana?" tanya sosok berwujud wanita dari atas pohon.

Retno tak perlu menoleh untuk memastikan siapa yang bertanya, dan dia mengabaikannya begitu saja.

"Kau ingin menuju telaga?" Retno masih mengabaikannya. "Aku bisa membawamu ke sana!" serunya kini sudah berada tepat di hadapan Retno.

Langkah Retno terhenti. Matanya mau tak mau menatap sosok mengerikan yang dari tadi mengganggunya itu.

"Tak perlu!" seru Retno yang enggan menatap matanya yang seperti telur busuk, terlihat beberapa ulat kecil berwarna hitam berjalan-jalan di atasnya.

"Kau yakin? Kau bisa tersesat, dan menjadi santapan lezat penghuni di sini!" serunya lagi. Bau busuk ikut menguar dari mulutnya saat bicara, membuat Retno refleks menutup hidungnya.

"Pergilah!" sentak Retno. Bukannya Retno tak takut, tetapi dia sadar kalau dia terlihat lemah, maka dia akan kalah.

"Yang seharusnya pergi bukan aku, tapi kau!" Kain putih yang kumal dan lusuh di tubuhnya berkibar bersamaan dengan dia yang melayang ke udara. "Atau kau mau bersamaku di sini selamanya?" bisiknya ke telinga Retno, lantas tertawa.

Retno melapalkan ayat kursi dengan lantang, membuat si makhluk meringis kepanasan dan melayang mundur dari hadapan Retno. "Hentikan ... tolong hentikan! Aku akan membiarkanmu lewat ... tapi ...."

Mendengar itu, Retno memelankan bacaan doanya, menatap wajah makhluk nista itu penuh selidik.

"Tapi ... AKU BERBOHONG!" teriaknya, lantas tertawa dengan mulut terbuka lebar, dan mata nyaris keluar dari tempatnya.

Tanpa bisa mengelak, tangan si makhluk yang dingin dan lembab sudah mencekik leher Retno dengan kuat. Retno berusaha melepas, tetapi tenaganya kalah kuat dari makhluk itu.

Rasa sakit karena cengkraman kuku yang tajam amat menyiksanya, ditambah rasa sesak yang sudah hampir memuncak, membuat dadanya terasa seperti terbakar.

Dengan susah payah Retno kembali membaca ayat kursi, berharap cekikannya sedikit melonggar, tetapi yang ada sebaliknya, makin kuat dan membuat luka di leher Retno.

Makhluk tersebut melayang ke atas, meninggalkan tanah dengan membawa Retno bersamanya. "KAU MENYURUHKU PERGI? SIAPA KAU?"

Air mata kini keluar dari kedua kelopak mata Retno yang tertutup rapat. Wajahnya memutih seperti kapas. Telapak kakinya terasa dingin, walau tertutupi sepatu sneaker hitamnya, dan lentera yang dia pegang, kini terasa berat di tangannya.

"Retno ... Retno ... bangunlah," panggil suara dari seorang pria.

Retno membuka matanya perlahan, terasa sangat berat, tetapi rasa penasaran membuatnya berusaha begitu keras.

"S-s-siapa?" tanyanya saat mata terbuka lebar, hanya terlihat siluet seorang pria yang berdiri menatapnya yang tengah terbaring.

Sosok tersebut berjongkok di samping Retno, cahaya sepenuhnya kini menampakkan wajah yang tersamar tadi. "Ini bapak," ucapnya dengan sebuah senyuman di wajah.

Retno membelalak mendengarnya. "B-Bapak?"

Bersambung.

Halo ... selamat malam! I'm back! :D

Tak terasa sudah bab 13 dari bab yang saya rencanakan sebanyak 30-an, semoga napas saya masih panjang, tak seperti napas Retno yang sudah tersendat-sendat. :D

Penghuni hutan sudah mulai menyerang Retno, baru satu di antaranya saja. Bagaimana nasibnya ke depan?

Selamat menunggu dan menduga-duga. ;)

#BangEn

Continue Reading

You'll Also Like

26.2K 604 23
Published ©2019 Hari ini saya akan memberikan tips tentang cara mengatasi beberapa masalah yang kerap terjadi di kehidupan sehari-hari, baik segi kec...
93K 9K 16
"SIAPAPUN YANG MASUK KE RUMAH INI, MAKA NASIBNYA AKAN SAMA DENGANKU!" Sepucuk surat yang ditulis oleh Rahmi - seorang kembang desa, sebelum mengakhir...
708K 49.6K 56
SUMIRAH perempuan cantik pribumi yang lahir di era penjajahan Belanda mengalami pelecehan seksual oleh pria-pria di desa tempat dia tinggal. Ironisny...
349K 19.2K 24
Rencana terkadang tak sesuai dengan kenyataannya. Berniat ingin mendaki gunung namun terjebak oleh hujan dan membuat mereka menginap disebuah villa y...