If You Know When [TELAH DITER...

By ItsmeIndriya_

1M 120K 15.4K

Trilogi IYKW Series Sekian lama menghilang, akhirnya Vanilla kembali dengan harapan baru untuk akhir kisah pe... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
PENGUMUMAN
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan Belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua Puluh Tiga
Dua Puluh Empat
Dua Puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Tiga Puluh Enam
Tiga Puluh Tujuh
Tiga Puluh Delapan
Tiga Puluh Sembilan
Empat Puluh
Empat Puluh Satu
Empat Puluh Dua
Empat Puluh Tiga
Empat Puluh Empat
Empat Puluh Lima
Empat Puluh Enam
Empat Puluh Tujuh
Empat Puluh Delapan
Empat Puluh Sembilan
Lima Puluh
Lima Puluh Satu
Lima Puluh Dua
Lima Puluh Tiga
Lima Puluh Empat
Lima Puluh Lima
Lima Puluh Enam
Lima Puluh Tujuh
VOTE COVER!!!
Lima Puluh Delapan
Lima Puluh Sembilan
Enam Puluh
Enam Puluh Satu
Enam Puluh Dua
Enam Puluh Tiga
Enam Puluh Empat
Enam Puluh Lima
TERIMA KASIH
PRE-ORDER IYKWHEN
LDR SERIES 1 || OBSESI ELANG
DIARY VANILLA

Empat Belas

19K 1.9K 177
By ItsmeIndriya_

"Kenapa tegang gitu? Santai aja kali, Dav." Wanita itu berjalan santai menuju sofa dan mendaratkan bokongnya sembari menyilangkan kakinya di atas paha dan menatap Dava.

Dava kembali memijit pelipisnya. Kehadiran wanita itu menambah rasa sakit di kepalanya. Wanita itu adalah Soraya, wanita yang di kenalkan orangtuanya ketika Dava masih bekerja di luar kota. Sempat kenal dan dekat selama beberapa bulan, akhirnya Dava tahu bagaimana sifat asli Soraya yang akan melakukan segala cara demi apapun yang wanita itu inginkan.

Hari ini Dava jadi merasa deja vu. Reaksinya sama persis ketika beberapa tahun lalu, Britney, mantan kekasihnya kembali hadir setelah ia resmi jadian dengan Vanilla, lalu cerita yang luar biasa tidak pernah terbayangkan sebelumnya mulai terjadi. Akibat dari cerita tersebut, sampailah Dava di titik yang seperti ini, sendiri, menyibukkan diri dengan pekerjaan, dan masih berusaha untuk melupakan Vanilla.

Bagi Dava, sudah cukup ia memiliki dua mantan kekasih, dan selebihnya Dava hanya akan menjalani hubungan yang serius, tapi tidak dengan gadis bernama Soraya ini. Selain karena bukan kriteria wanita idaman Dava, Soraya juga tipikal cewek fashionable yang Dava yakini tidak bisa lepas dari gaya hidup yang begitu glamor. Sudah jelas Soraya masuk ke dalam blacklist calon pendamping hidup Dava.

"Aku kesini karena Papa kamu," Soraya kembali bersuara. "Papa kamu bilang, sekertaris lama kamu resign dan sekarang kamu lagi cari sekertaris baru. Aku pikir gak ada salahnya kan kalau aku kerja di kantor dan jadi sekertaris pribadi kamu?"

Aku - kamu, terdengar sangat menjijikan di telinga Dava. "Kan gue udah pernah bilang, jangan muncul di hadapan gue lagi!" ujar Dava dengan nada sedikit membentak.

Bukannya takut, Soraya malah tersenyum lebar. "Dava, sejak kamu pulang dan kerja di kantor, kamu gak pernah hubungin aku lagi. Kamu pikir dengan menghindar, Papa kamu bakal berubah pikiran? Orangtua kamu dan orangtua ku udah sepakat untuk menikah--"

"Gue gak akan nikah sama lo, jadi lo jangan berharap terlalu tinggi!" potong Dava mulai terpancing emosi.

"Kenapa? Masih nunggu mantan pacar kamu yang sekarang gak tahu dimana itu? Atau kamu setuju tunangan sama kembarannya? Aku gak tahu mana yang lebih buruk dari menikah sama aku, atau menikah sama kembaran dari orang yang paling kamu sayangi."

Dalam hati Dava mengumpat. Hanya satu kelemahan Dava, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan mantan kekasihnya, Vanilla. Entah bagaimana bisa, Soraya mengetahui seluk beluk kehidupan Dava. Bahkan Soraya tahu mengenai kabar pertungan Dava dan Vanessa beberapa tahun yang lalu yang mengakibatkan Vanilla mengalami kecelakaan dan amnesia hingga sekarang. Padahal Dava sudah mengatakan kepada orangtuanya bahwa Dava ingin memilih pendamping hidupnya sendiri. Dava hanya tidak mau, masa lalu itu terulang untuk kedua kalinya.

"Oh iya, aku dengar beberapa waktu lalu kamu ketemu mantan kamu di bandara. Siapa namanya? Vanilla? Ah, anak angkat keluarga Gustavo yang di nyatakan meninggal enam tahun lalu karena kecelakaan."

Dava memicingkan matanya kearah Soraya, "apa mau lo?" tanya nya tajam menusuk.

"Gak mau apa-apa," jawab Soraya terkesan begitu santai. "Aku cuma mau bilang, kalau aku tahu dimana mantan kamu sekarang."

Dari balik meja, tangan Dava mengepal kuat. Andai saja lawan bicaranya bukan seorang wanita, Dava pasti sudah melayangan tinjuannya.

"Lulus dari Esmod, wow... Calon designer yang pasti bakal terkenal karena skandal alter egonya. Apa bisa orang awam menerima seseorang yang punya kelainan mental yang mungkin bisa membahayakan orang-orang di sekitarnya?"

Esmod, salah satu sekolah busana terbaik di dunia. Itu berarti selama ini Vanilla berada di Paris, dan Dava sama sekali tidak mengetahui hal tersebut. Dan yang paling mengejutkan adalah bisa mengetahui detail lengkap mengenai mantan kekasih Dava.

"Dav, di dunia ini masih banyak orang normal yang ngantri untuk jadi istri kamu. Kenapa kamu malah pilih mantan kamu yang gila itu dan terus-terusan berharap? Orang yang punya kelainan mental, gak akan bisa berpikir jernih seperti orang normal."

"Gue rasa lo juga punya kelainan mental," akhirnya Dava bersuara setelah terus-terusan di tindas oleh Soraya. "Apa mungkin lo terobsesi sama gue, sampai-sampai lo rela buang waktu berharga lo demi menyelidiki masa lalu gue? Ck, sayang banget padahal hampir semua cowok memuja lo seperti seorang malaikat. Tapi sayangnya, malaikat yang mereka puja gak lebih dari seorang wanita yang punya obsesi besar terhadap gue dan masa lalu gue. Kenapa? Lo takut tersaingi sama Vanilla? Karena Vanilla lebih dari segalanya di banding lo?"

Mendengar perkataan Dava langsung mengubah raut wajah Soraya menjadi pias dengan dada yang mulai terasa sesak. Sedetik kemudian, Soraya langaung melepaskan tawanya, seolah perkataan Dava barusan adalah kalimat terlucu yang pernah Soraya dengar.

Soraya berdiri, berjalan mendekat kearah meja kerja Dava dan menumpukan kedua tangannya di atas sana, "Dava sayang..." panggilnya membuat bulu kuduk Dava meremang. "Sekuat apapun kamu mencoba untuk menghindar dari aku, semakin kuat juga usaha ku untuk membuat kamu bertekuk lutut. Bukannya kamu tahu, aku bisa melakukan apa saja demi keinginanku."

Soraya langsung menjauh dan memutuskan keluar dari ruangan Dava. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan menelpon sebuah nomer yang tadi pagi menelponnya. Setelah nada sambung terdengar dan di angkat, Soraya langsung berkata, "Hallo, Om... Soraya sudah bertemu Dava dan Dava gak setuju Soraya jadi sekertarisnya. Dava... Masih mengharapkan mantan kekasihnya kembali."

Soraya diam sembari mendengarkan omongan orang yang menelpon dengannya, lalu setelah itu Soraya merespon, "Saya gak bisa melakukan apa-apa kan selain ikut dalam permainan om dan orangtua saya?" ucapnya sedikit menyindir dan langsung mematikan telponnya begitu saja.

Mood Soraya mulai memburuk, dari pada semakin hancur, Soraya memutuskan pergi dari kantor Dava.

*****

Hingar bingar dentuman musik begitu tajam menusuk telinga Vanilla yang duduk dengan tidak nyaman di tengah-tengah kerumunan orang yang begitu senang dengan pesta kecil yang mereka adakan. Sebenarnya Vanilla tidak berniat ikut, namun karena Sandra memutuskan pergi sendiri, maka mau tidak mau Vanilla mengalah dan menemani temannya itu. Pernah beberapa waktu lalu Sandra pergi ke klub malam sendirian, lalu pulang dalam keadaan mabuk berat dan hampir celaka.

"Drink?" tanya salah satu teman Sandra yang langsung di tolak mentah-mentah oleh Vanilla.

Vanilla tidak suka minum minumam beralkohol, lebih tepatnya tidak bisa. Pertama karena Vanilla hanya hidup dengan satu ginjal, kedua karena Vanilla pengidap insomnia yang terkadang membutuhkan obat untuk membantunya tidur dan yang ketiga karena ia bertanggung jawab mengantar Sandra pulang. Jika Vanilla ikut-ikutan mabuk, bisa-bisa mereka berdua bukan kembali ke apartemen, tapi ke hadapan Tuhan.

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari dan Sandra masih tertawa bersama teman-temannya yang lain. Vanilla mendengus, bagaimana bisa Sandra tahan dengan suasana seperti ini, padahal ini sangat tidak nyaman.

"San, we should go back." Ujar Vanilla berdiri menghampiri Sandra yang sudah dalam keadaan mabuk.

"Yaelah, cupu amat sih lo, Vanilla."

Vanilla memutar bola matanya dan melingkarnya lengan Sandra di lehernya, "besok-besok gue gak mau jadi baby sitter lo lagi!" ketus Vanilla membawa Sandra keluar dari dalam klub menuju parkiran.

"Oh, come on, Vanilla..."

"Sandra, hari ini bukan weekend dan pagi nanti lo harus kerja! Gimana sih, katanya mau ngumpulin biaya nikah, malah hura-hura gak jelas."

Sandra langsung tertawa, membuat Vanilla mengernyit, "Vino brengsek! Gue benci sama lo dasar playboy!" racau Sandra sembari memukul dashbor mobilnya.

"I'm not your boyfriend Sandra! so shut the fuck up!"

Vanilla melajukan mobilnya dengan kesal, sementara Sandra masih saja mengoceh dan mengumpati cowok bernama Vino yang tak lain tak bukan adalah pacar Sandra. Vanilla benci berurusan dengan orang mabuk seperti ini. Belum lagi jika Sandra merasa mual dan tiba-tiba muntah. Jika bukan karena Sandra membantunya mendapat pekerjaan di Milan, Vanilla tidak mau repot-repot mengurus Sandra.

Sesampainya di parkiran, Vanilla mengeluarkan Sandra dan kembali membopongnya. "Berat banget sih lo, San! Keberatan dosa!" cibir Vanilla yang kesusahan membawa Sandra.

Sandra sudah tidak sadarkan diri sementara mereka masih berada di dalam lift. Bahu Vanilla rasanya mau patah karena menahan beban tubuh Sandra yang lebih berat dari tubuhnya sendiri. Bahkan Vanilla sudah tidak peduli dengan Sandra yang setengah di seret oleh Vanilla.

Vanilla pun membuka pintu kamarnya dan langsung melemparkan Sandra ke atas kasur. Vanilla mendengus melihat kondisi Sandra yang benar-benar tak sadarkan diri. Menyusahkan dan Vanilla tidak menyukai hal tersebut.

Tiba-tiba telinga Vanilla mendengar suara dering ponsel yang berasal dari dalam tas Sandra. Tangannya pun meraih tas Sandra dan mengambil ponselnya. Setelah melihat siapa yang menelpon Sandra, Vanilla langsung tahu dari emoticon nama penelpon. Pasti Vino, pacar Sandra.

Vanilla pun memutuskan untuk mengangkatnya, "hallo?" ucap Vanilla.

"Ini siapa?" sahut suara dari sebrang telpon sana.

"Oh, sorry, gue temannya Sandra."

"Dimana dia?"

"Emm.. ada sama gue, dan lagi tidur. Ada mau di omongin?"

"Nope. Bilang aja kalau gue nelpon semalam."

"Oke."

"Woy, Dav! Bisa tenang dikit gak sih!?"

Tut.

Sambungan telpon tersebut langsung terputus.

Vanilla memandang layar ponsel Sandra. Entah mengapa kalimat terakhir sebelum telpon di matikan membuat jantung Vanilla berdetak aneh. Dav, Vanilla jadi mengingat Dava. Apa mungkin Vino pacar Sandra adalah Vino yang Vanilla kenal? Tidak mungkin. Mungkin hanya sebuah kebetulan atau karena Vanilla berhalusinasi tentang Dava.

Vanilla mendengus. Sepertinya malam ini akan ia lalui tanpa tidur hingga selesai bekerja nanti.

*****

Maaf karena updatenya gak rutin. Kemarin lagi sibuk-sibuknya ngurus pre order buku ketiga aku.
Btw, kalian udah pada ikutan belum? Kalau belum yuk buru ikutan PO Bulan & Bintang. Kalian bisa langsung kontak via wa ke +6281952603592 atau bisa pesan lewat toko buku online. Untuk info lengkapnya bisa kalian lihat di instagram aku ya :)
See u in the next chapter!

Jum'at 24 Januari 2020

Continue Reading

You'll Also Like

280 65 5
Altheo Matthew, lelaki berparas tampan yang dipaksa untuk mengikuti semua ucapan dari sang ayah, untuk sempurna menjadi seorang penerusnya. Tak ada c...
208K 27.3K 41
Stefan adalah seorang playboy ulung, dia memacari karyawan part timenya lalu mendekati wanita lain. Suatu hari Adik Perempuannya dibunuh oleh sang pa...
12.3K 1.3K 28
15+ Aku sering kali menatapnya dikala senggang dari kaca jendela kamarku. Dia adalah seorang gadis dengan senyum manis yang tinggal tepat di sebelah...
400 193 4
Ada kisah yang perlu diceritakan dengan kelembutan. Ketika rasa itu begitu saja menelusup ke dalam relung hati. Berpendar dengan cahaya berkilauan me...