STORY CALLIN(G) Sudah Tayang...

By Rismami_Sunflorist9

804K 140K 97.4K

SELASA DAN JUMAT #1 - Horor 20 Juli 2020 #1 - Horor 6 November 2020 #1 - Fantasi 24 Desember 2020 Demi menaik... More

PART 1 : LAWAS
PART 2 : BEKAS
PART 4 : TERHEMPAS
PART 5 : MEMBERANTAS
PART 6 : BEBAS
PART 7 : LEKAS
PART 8 : RAMPAS
PART 9 : SEKILAS
PART 10 : MELIBAS
PART 11 : MEMBALAS
PART 12 : IMBAS
PART 13 : LEPAS
PART 14 : MELINTAS
PART 15 : RETAS
PART 16 : JELAS
PART 17 : LEMAS
PART 18 : MEMELAS
PART 19 : KELAS
PART 20 : TERTINDAS
PART 21 : WAS-WAS
PART 22 : MEMANAS
PART 23 : AWAS
PART 24 : NAAS
PART 25 : DIPERJELAS
PART 26 : PIAS
PART 27 : MEMPERJELAS
PART 28 : MENUMPAS
PART 29 : MEMPERTEGAS
PART 30 : MELEPAS?
PART 31 : GANAS
PART 32 : BEBAS LEPAS
PART 33 : KUPAS TUNTAS
PART 34 : NAAS
PART 35 : TERTINDAS
PART 36 : IDENTITAS
PART 37 : PARAS
CALLING FOR ROLEPLAYER STORY CALLING
PART 38 : IKHLAS
PART 39 : TERBATAS
PART 40 : KERAS
PART 41 : TERKURAS
PART 42 : MELEMAS
PART 43 : RUAS
PART 44 : DIPERJELAS
PART 45 : MEMBEKAS
PART 46 : BERSIKERAS
PART 47 : CULAS
PART 48 : SEBERKAS
PART 49 : SELARAS
PART 50 : TERAMPAS
PART 51 : SEBERKAS
PART 52 : TEGAS
PART 53 : PANTAS
PART 54 : SEUTAS
PART 55 : SEBERKAS (2)
PART 56 : TERBEBAS
PART 57 : MEMBALAS
PART 58 : CEMAS
PART 59 : MERAMPAS
PART 60 : MENGERAS
61 : MELEPAS
EXTRA PART?
Extra Part
PENGUMUMAN PRE ORDER
PRE ORDER BONUS BEJIBUN DAPET DISKON PULAAAA
TEEEEEEEEEEET WAKTUNYA WAR
ADA APA MISKAH?
EPILOG (OKAN POV)
STORY CALLIN(G) MOVIE
WHAT IF

PART 3 : TERAS

22.7K 3.5K 2.8K
By Rismami_Sunflorist9

Hantu macem apa yang gangguin Callin? Ada yang bisa tebak?
1. Pocong
2. Kuntilanak
3. Hantu cogan

Anehnya dia gangguin Callin pake acara ngardus segala. Pegang-pegang tangan Callin, digenggam pula. Peka amat kalo Callin jomblo dan butuh kasih sayang.

Buat yang di awal awal bab ga berani baca karena takut, tenaaaangkan dirimu lebih dulu. Sama kayak hbd, aku kalo nulis horor ga pernah yang pure horor kok. Selalu kuselipin sesuatu yang beda, yang bikin nagih biar bisa dinikmati sama kalian yang rada parnoan kayak Heksableng dan Komang🤣

***

"Lo yakin mau balik sendiri?"

Untuk kesekian kalinya Komang bertanya. Walau sadar jika dirinya lebih penakut ketimbang Callin, tapi membayangkan gadis itu pulang malam-malam sendirian tentu membuatnya sedikit cemas.

"Yaelah, kan biasanya gue emang gini kalo abis siaran." Callin berdecak lalu menunggangi motornya dan bersiap mengenakan helm. Namun lagi-lagi Komang menahan stang motornya.

"Apalagi sih, Mang?" tanggap Callin malas-malasan.

"Tapi kali ini situasinya beda." Komang bahkan sampai menghadang motor Callin dan wajah seriusnya meningkat berkali lipat. "Pesan misterius yang lo ceritain? Yakin mau lo ladenin?" tanya Komang.

Komang mengalihkan tatapannya dari Callin. Wajahnya kini tertunduk dan sorot matanya mengarah ke bawah. Hanya sekedar bersitatap dengan Callin saja, ia tidak berani. Takut, kalau-kalau ada sosok lain yang muncul di belakang gadis itu.

"Ya tergantung sih, gue mager atau nggak." Callin menegakkan bahunya. "Tapi mungkin nggak malem ini, gue capek banget udah keburu pengen rebahan di kasur."

"Lagian, ya, terlalu berisiko kalo lo ke sananya sendirian." Komang mulai lelah berdebat dan hanya membujuk Callin semampunya.

"Trus kalo nggak ke sana sendiri, lo mau nemenin gue?" pancing gadis itu sembari tersenyum.

Refleks, Komang menggeleng kuat-kuat. "Ah, mungkin abis ini gue bakal minta tukar jadwal ke Bang Saddil. Gue akuin, nyali gue nggak segede lo."

Sepasang mata Callin menyorot ragu. Ia mendesah pelan. Seolah tahu jika ujung-ujungnya Komang akan membahas soal kejadian di ruang siaran tadi.

Seandainya waktu bisa diputar, ia merasa tidak perlu memperlihatkan pesan misterius itu ke Komang dan memilih menyimpan rasa penasarannya sendiri. Daripada Komang jadi parno berlebihan seperti sekarang, imbasnya Callin juga yang repot.

"Lo sama sekali nggak kepikiran, Lin?" Suara Komang menyadarkan lamunan Callin.

Refleks, Callin menggeleng yakin. Namun sedetik kemudian, kepalanya mengangguk ragu.

"Bukan, maksud gue bukannya takut. Tapi lebih ke penasaran dan buat gue kepikiran..." Callin menggantung ucapannya, membuat Komang menahan napas. "Gue kepikiran buat secepatnya ke alamat yang ada di kertas itu."

"Aaaah, terserah lo aja, dah!" tukas Komang kesal lantas menstarter motornya dengan gerakan kasar. Ia melesat pergi meninggalkan Callin yang masih terpaku di depan gedung Suara Remaja.

Callin memandang kepergian kawannya itu melalui kaca spion motornya. Gawat! Komang marah. Dari yang ia tangkap, Komang terlihat muak sekaligus kesal menghadapi sikap Callin yang dinilai terlalu berani mengambil risiko.

Setelah mendumel cukup lama di atas motor, Callin mulai mengemudi menuju tempat kosnya. Sepanjang jalan ia mencoba memusatkan fokusnya untuk mengemudi. Mungkin karena sudah cukup larut dan kebetulan jadwal perdana Story Calling jatuh di Malam Jumat Kliwon, hanya sesekali Callin berjumpa dengan kendaraan lain.

Semua tampak baik-baik saja sampai ketika ia memasuki sebuah kawasan perkampungan yang sepi, sesuatu yang janggal terjadi. Motor Callin yang hanya ditumpangi sendiri, melaju lambat dan lebih berat.

Secara refleks Callin melirik spion tanpa berpikiran macam-macam.

Astaga.

Napas Callin tertahan. Jantungnya berdegup tak karuan. Baru saja matanya menangkap sekelebat sosok putih melesat ke luar dari balik punggungnya.

"Tenang Lin..Tenang.. ini pasti karena gue kecapekan doang." Callin meraup wajahnya dengan tangan kirinya, mengerjap berulang kali untuk mengusir bayangan menyeramkan itu dari penglihatannya.

Tak ingin berlama-lama dikurung ketakutannya sendiri, Callin melanjutkan perjalanan dengan terus memasukkan sugesti positif ke kepalanya.

Namun harapan Callin agar dapat sampai rumah seketika sirna, begitu ia mendapati beberapa laki-laki berkerumun di depan kendaraan berukuran besar. Callin tak bisa menerobos. Ada banyak palang berwarna oranye yang diletakkan para pekerja di beberapa titik jalan, membuat Callin tak bisa menerobos sesuka hati.

"Ada perbaikan, Mba. Lewat jalan lain aja, ya." Salah satu pekerja memberi tahu dengan sopan.

"Kenapa tengah malem gini sih, Pak?" Callin menggerutu. Perjalanannya ke rumah jadi terhambat karena harus mencari jalan alternatif lain.

"Mbak!"

Tepukan di pundaknya membuat Callin terjingkat. Ia menoleh hati-hati, mendapati sosok pekerja lain sudah berdiri tegap memandangnya.

Sejak kapan dia di belakang gue?

"Lewat jalan situ aja, Mbak. Nanti tembusnya ke Gang Juwana," tukas pria berkumis yang masih menatap Callin tanpa ekspresi. Telunjuknya terangkat ke sebuah persimpangan yang tampak sepi dan gelap.

"Beneran lewat situ, Pak?" Callin menatapnya ragu. Tangannya menggenggam erat stang motor. Ia ingin memastikan kebenaran ucapan pria itu dengan melihat petunjuk maps di ponselnya. Namun wajahnya kembali tegang ketika mendapati layar ponselnya mati.

Bukannya tadi sempat gue charge di ruang operor ya? Kok nggak keisi sama sekali?

Dua pria itu mengangguk serempak lalu kembali bekerja, mengabaikan Callin yang masih bimbang di atas motornya.

"Yaudah kalo gitu makasih ya, Pak." Tak punya pilihan lain, Callin akhirnya mengikuti petunjuk yang diberikan kedua pekerja itu.

Masih ada satu dua kendaraan yang berpapasan dengannya ketika Callin memasuki Gang Lavender. Namun saat motornya bergerak semakin menjauh, suasana mendadak senyap.

Glek.

Callin menarik napas panjang, berusaha tak mempedulikan suara-suara aneh yang mulai terdengar.

Sesekali gadis itu melempar tatapannya ke arah lain. Namun tetap saja tak ada makhluk hidup yang bisa diajak bertegur sapa.

Nyatanya pemandangan di sekitar Callin hanya dipenuhi tanah kosong serta rumah-rumah kecil yang pintunya sudah tertutup rapat.

Callin mengemudi dengan kecepatan penuh. Matanya menatap lurus ke depan. Mengabaikan suara deru mesin motor yang mendekat, padahal jelas-jelas di belakangnya tak ada kendaraan lain. Baru saja Callin hendak berbelok sesuai petunjuk yang diberikan para pekerja tadi, sebelum tiba-tiba laju motornya melambat, lalu berhenti di depan Gang...

Callin memicing. Celingak-celinguk mencari papan petunjuk jalan.

Cempaka?

Nggak.. nggak mungkin gue bisa sampe di Gang Cempaka. Kosan gue di Gang Lavender, jauh banget sama Gang Cempaka. Kenapa gue malah nyasar di sini?

Callin mengerjap-ngerjap, mengeja ulang tulisan yang tertera di sebuah papan kecil di pinggir jalan. Motornya ditepikan, diparkir di tempat paling aman.

Jejak kaki gadis itu hampir tidak terdengar. Ia melangkah dengan hati-hati, sadar jika kini terjebak di sebuah tempat asing.

"Ini rumah siapa?" Callin penasaran.

Kakinya seolah bergerak sendiri mendekati rumah bertingkat yang ada di dekatnya. Kening gadis itu berkerut sesaat. Bingung sekaligus merasa aneh dengan apa yang terjadi padanya. Di antara rumah-rumah lain yang tak kalah besar, kenapa rumah kuno itu yang sangat menarik perhatiannya?

Callin menggeser posisinya. Kini ia berdiri tepat di depan pagar tinggi dari rumah tua berlantai dua itu.  Besar, tapi tampak tidak terawat.
Penerangan di sekitar perumahan juga minim. Hanya ada satu lampu remang-remang di pinggir jalan. Itu pun sesekali menyala, dan lebih sering mati. Kadang juga hanya berkedip-kedip saja seperti ada yang sedang memainkan saklarnya.

"Pah, mau ke mana malem-malem gini?"

Mendengar suara yang muncul dari dalam rumah, Callin cepat-cepat bersembunyi di balik tembok. Mulutnya komat-kamit merapal doa agar tidak tertangkap basah si pemilik rumah.

"Ela.."

Sorot mata Callin berubah waspada ketika si pemilik rumah menyebut nama seseorang yang tak asing di telinganya. Ela? Jadi rumah ini...

"Papa harus balik ke kantor lagi. Ada masalah di pabrik, Nak. Kamu di rumah dulu, ya. Jangan lupa kunci pintu depan sama belakang," jawab suara yang lebih berat dan sedikit bergetar itu.

"Pa, ini Malem Jumat. Aku takut di rumah sendirian." Gadis itu merengek.

Ia memang bukan anak kecil lagi. Tapi rengekan gadis itu sempat membuat Sang Papa terganggu hingga memaksanya menepis pelan tangan anaknya yang masih bergelayut di lengan.

"Pa! Jangan lama-lama, ya!"

Gadis itu melangkah maju sampai ke tengah halaman. Namun sayang, teriakannya tenggelam di antara deru mesin mobil yang baru dinyalakan.

Callin memalingkan wajahnya ketika mobil si pemilik rumah melintas. Tubuhnya pun juga dirapatkan ke tembok.

"Papa selalu mentingin kerjaannya. Aku ditinggal sendiri lagi deh."

Gadis itu mengeluh dengan suara pilu. Ia berbalik, tampak sedikit ragu untuk masuk ke rumahnya sendiri. Tapi karena tak ada pilihan lain, ia pun melangkah gontai masuk ke dalam rumah lalu mengunci pintunya sebanyak dua kali.

Setelah memastikan situasi aman, Callin ke luar dari tempat persembunyian. Tatapannya menajam. Menimbang-nimbang sesaat, apa ia harus ikut masuk ke rumah Ela atau pulang ke kosan saja.

Namun rasa penasaran Callin lebih kuat dibanding ketakutannya sendiri. Meski awalnya urung, secara perlahan kakinya bergerak otomatis mengikuti kata hatinya.

Mumpung gerbangnya masih dibuka, gue masuk aja deh.

Srek.

Callin melangkah pelan-pelan mencoba mencari tahu. Sebab jika hanya diam bersembunyi, ia tak akan mendapat petunjuk dari si pengirim pesan misterius yang tertulis di memonya. Ia sungguh penasaran apa maksud di balik pesan yang ditinggalkan si penulis.

Apa benar-benar hantu yang menulisnya, seperti yang dikatakan Komang?

Atau saat listrik di gedung kantornya padam, ada temannya yang iseng masuk diam-diam dan menulis pesan itu dengan maksud mengerjai Callin?

"Haish, gue lewat mana kalau pintu depannya dikunci gini?"

Tangan Callin masih menggenggam engsel pintu. Mau ngotot, takut pintunya jebol. Tenaga yang keluar dari dalam tubuhnya bisa naik berkali-kali lipat ketika dalam keadaan terdesak. Dan ia tidak mau membuat suasana yang sunyi senyap mendadak gaduh karena ulahnya sendiri.

Tatapan gadis itu seketika teralihkan ke garasi yang masih terbuka. Mungkin bisa menyusup lewat sana?

Dengan berjalan mengendap-ngendap, ia bergerak dari teras rumah menuju garasi. Sepanjang Callin beraksi, ia bahkan sampai harus menahan desah napasnya yang menderu hebat. Bulir-bulir keringat tak berhenti menetes dari dahinya.

Untuk kali pertama, ia merasa takut pada sesuatu.
Bukan, bukan perkara hantu.

Melainkan takut membayangkan bagaimana nasibnya nanti, jika sampai tertangkap basah oleh si pemilik rumah. Dituntut? Disuruh ganti rugi? Atau malah di penjara?

Saat tatapan Callin terlempar ke arah lain, sebuah pertolongan datang. Matanya berbinar penuh harap ketika mendapati ruang kecil dengan pintu yang sedikit terbuka. Kalau Callin tidak salah menduga, ruangan itu mungkin digunakan penghubung antara garasi dengan ruang-ruang di dalam rumah.

Prang!

Callin gelagapan. Tanpa bisa dicegah, siku tangannya menyambar salah satu perkakas yang ada di garasi. Ia terlalu fokus mengawasi situasi di depannya sampai tak menyadari anggota tubuhnya yang lain bergerak bebas.

"Siapa itu?"

Deg!

Seharusnya Callin cepat-cepat bersembunyi. Tapi di luar kendali, pijakannya tertahan di tempat. Ia tidak bisa bergerak bebas seperti biasanya.

Suara jejak kaki dari dalam rumah terdengar semakin mendekat. Callin menatap sekelilingnya, mencari lokasi teraman yang bisa dijadikan tempat bersembunyi. Namun lagi-lagi, seluruh syarafnya seolah mati rasa.

Hingga tak tahu darimana datangnya, Callin merasa lengannya tiba-tiba ditarik seseorang sampai membuat tubuhnya terseret beberapa meter.

***

JENG JENG?

SETAN APA YANG MENGANGGU CALLIN?

Malem Jumat ketemu lagi sama Callin. Menurut kalian, karakter Callin gimana? Nekad? Pemberani?
Ada sedikit bagian dariku yang ada di diri Callin.

Aku juga tipe orang yang ketika ngerasa ada sesuatu yang janggal di sekitarku, aku bakal milih buat cari tahu daripada lari tapi masih bertanya-tanya dan nggak tenang di dalam hati.

Kalau kalian tipe yang mana?
Milih kabur atau cari tahu sampe dapet jawaban yang masuk akal?

Salam sayang,
Rismami_sunflorist

Continue Reading

You'll Also Like

883K 6.9K 9
(FIKSI) Lulu,gadis manis bertubuh indah menikah dengan jin,bukan untuk "pesugihan" tapi untuk "perlindungan"
8.6K 2.1K 22
SEGERA TERBIT DI TEORI KATA PUBLISHING ⛔ DILARANG KERAS PLAGIAT ‼️ ••• Badut itu lucu, jika tidak bermain dengan nyawa. Terdapat fakta mengejutkan m...
120K 8.6K 54
Salsa Razella Winata atau yang akrab di sapa Salsa, seorang gadis dengan kemampuan yang jarang dimiliki oleh orang lain yaitu dapat melihat sesuatu y...
14.5K 3.4K 180
Title: I Became a God in a Horror Game Status: 589 Chapters (Complete) Author: Pot Fish Chili Genre: Action, Adventure, Horror, Mature, Psychological...