Im a Bad Guy [Taekook]

By littleliye

180K 11.1K 250

[TAHAP REVISI] Jungkook telah kembali ke negara asalnya Korea Selatan, dan menjadi siswa disana. Jungkook han... More

Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Bagian 15
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18 END
EXTRA

Chapter 1

25.2K 1.1K 23
By littleliye

Seorang pemuda berdiri diam, ia melihat sekelilingnya dengan wajah penuh kagum. Sambil menikmati semilir angin, rambut cokelat miliknya ikut menari-nari.

Terhitung sudah tujuh tahun ia tak menginjakkan kakinya di Seoul, Korea Selatan.

"Wahh daebak. Korea terlihat sangat indah di malam hari, sepertinya aku tidak salah pilih." Ia memuji keindahan negara asalnya.

"Pilihanku sudah benar." Ucapnya sembari tersenyum. Terlihat ia masih berdiri diam sebelum ponselnya berdering.

Ujung bibirnya semakin naik saat melihat nama yang tertera di layar. Ia mengangkat telepon sang nenek, dan langsung terdengar suara serak yang khas. Membuatnya tiba-tiba rindu dengan sang nenek.

"Hallo? Hallo Jungkook-ahh? are you okay?" terdengar dari seberang telepon, suara nenek Jungkook sedang khawatir. Jungkook baru ingat ia belum mengabari nenek-nya. Setelah tiba di bandara, dia langsung menuju ke hotel, tempatnya menginap.

Jungkook berterima kasih pada sang nenek yang sudah mengizinkan dirinya kembali dan tinggal di Korea, bahkan sampai sekolah disini.

"Apa kau yakin akan tinggal sendiri disana? Kau bisa pindah ke apartemen besok. Jangan buat nenek khawatir, Jungkook-ah."

Jungkook hanya bisa tersenyum dengan perlakuan sang nenek yang selalu membuatnya terlihat seperti anak kecil.

Dulunya Jungkook tinggal dengan kedua orang tuanya, tapi sebuah insiden membuatnya kehilangan dua orang tercintanya. Tepat satu tahun sejak sepeninggalnya orang tua Jungkook, saat ia berusia sepuluh tahun, sang nenek memaksanya untuk tinggal bersama di Chicago. Dan sekarang Jungkook ingin kembali. Hatinya rindu dengan kedua orang tuanya.

Nenek Jungkook sangat sayang akan dirinya, dan melepas Jungkook sendirian di Seoul adalah pilihan terberat. Butuh waktu yang lama bagi Jungkook untuk mendapat izin dari neneknya.

"Jungkook-ah, kau harus menyesuaikan dirimu dengan baik di sekolah. Mintalah bantuan pada Baekhyun kalau kau kesulitan." Jelas neneknya diseberang telpon. Memastikan Jungkook untuk tidak ragu minta tolong pada sepupunya.

"Nee. Aku sangat bersemangat untuk besok. Nenek istirahatlah, aku tidak ingin mendengar kabar kalau nenek sakit lagi." Jungkook tetaplah perhatian. Dirinya benar-benar khawatir karena neneknya terus saja mengurus restoran disana sendirian. Kalau di larang pun, neneknya selalu berkata, 'Ini satu-satunya pekerjaan yang nenekmu bisa lakukan, Jungkook-ah'. Padahal tidak bekerja pun neneknya masih bisa menghasilkan uang.

Nenek Jungkook memiliki usaha di bidang kuliner, dan ia juga suka berinvestasi di perusahaan-perusahaan terkenal disana.

"Ahh, aku bisa mengurus semuanya sendiri, aku tak setua itu. Istirahatlah, nenek akan menelepon mu lagi nanti." Jungkook mematikan telepon setelah memberikan ciuman virtual. Ia meletakkan ponselnya sembarang lalu kembali menikmati pemandangan malam Seoul dari dinding kaca hotel.

.

.

.

Jungkook turun dari bus yang ia tumpangi dari hotel yang lumayan jauh dari letak sekolah barunya. Berbeda dengan saat tinggal di Amerika, di Seoul sebagian besar orang menggunakan bus untuk berpergian ke daerah-daerah yang dekat, sedangkan di Chicago, Jungkook terbiasa di antar jemput supir pribadinya.

Kedatangan Jungkook hari ini untuk mengambil seragam sekolahnya, sekaligus melihat keadaan sekitar sekolah barunya.

Setelah mengambil seragamnya di ruangan kepala sekolah, Jungkook mulai berkeliling mengamati sekitar. Suasana disini sungguh berbanding terbalik. Para siswa-siswi terus menatap Jungkook seolah mereka ingin memakannya hidup-hidup.

Tapi ada juga beberapa gadis yang menghampirinya dan menanyakan maksud kedatangan Jungkook.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya langkahnya terhenti di depan papan dengan gambar peta sekolah. Setelah memotret peta, Jungkook melanjutkan perjalanannya, dan kembali lagi terhenti di depan pintu sebuah ruangan besar dengan meja dan bangku berjejer, serta beberapa booth-booth makanan dan minuman. Jungkook langsung masuk ke dalam tanpa menghiraukan tatapan beberapa orang. Masalahnya sekarang bukan dengan mereka, tapi dengan perutnya yang meminta makanan setelah sebelumnya bau yang harum masuk ke indera penciumannya.

***

"Kalian bisa melihatnya?" Hoseok menunjuk seorang pemuda berpakaian kebarat-baratan yang baru masuk ke kantin sekolah.

Jimin dan Namjoon mengikuti arah jari Hoseok menunjuk.

"Dia Uke." Ujar Namjoon dengan menunjukkan wajah mesumnya.

Jimin tertawa mendengar respon Namjoon. Baru kemarin Namjoon mengaku kalau Seokjin, kekasihnya, adalah satu-satunya yang dia sayang. Tapi sekarang wajah Namjoon terlihat seperti orang yang lapar, padahal makanan sudah ada di hadapannya.

"Aku selesai." Seorang pemuda dengan rambut hitam pekat hendak berdiri, ingin segera meninggalkan meja. Ia bersikap acuh dengan teman-temannya yang membahas orang yang ia sendiri tidak berminat untuk meliriknya.

Hoseok mendelik ke arah Taehyung, "Ayolah Tae, kau harus mendapatkannya. Apa dia bukan tipemu?" Hoseok mengangkat kedua alisnya, menggoda Taehyung.

"Aku tidak butuh orang bodoh." Taehyung memang seperti tak berminat untuk memiliki kekasih. Tapi menurut teman-temannya, ia terlalu berlebihan menanggapi candaan mereka. Ya, Taehyung memang bukan tipe orang yang suka basa-basi.

"Kau menyuruh Taehyung, seperti kau punya kekasih saja hyung." kini Jimin yang angkat suara.

"Diam kau, bantet!" Pekik Hoseok. Jimin mengeluarkan lidahnya, balik menggoda Hoseok. Hingga kedua pemuda itu berakhir dengan aksi kejar-kejaran. Sementara itu, Taehyung memilih melarikan diri dari TKP.

***

Terdengar suara tawa melengking. Jungkook menoleh, mengintip dua orang yang berlari kesana-kemari sambil tertawa terbahak-bahak.

"Mereka itu apa? babi hutan?." Jungkook baru saja masuk ke kantin sekolah dan saat ingin memesan makanan di kantin, ia mendengar tawa yang keras. Merasa tak ada gunanya untuk terus melihat kesana, Jungkook berjalan mengambil nampan untuk mengambil makanan, lalu ia duduk di meja yang kosong.

Baru satu suapan, Jungkook langsung tersenyum sambil mengunyah kimchi yang sebelumnya ia ambil. Ia merasa terharu dengan rasa makanan yang otentik.

"Wahh daebak!" Jungkook tidak sadar dengan suaranya yang melengking. Seorang yang tak ia kenal bahkan sampai menoleh ke arahnya. Karena malu, Jungkook langsung menundukkan kepala dan kembali makan dengan cepat.

Setelah beberapa waktu ia duduk mengistirahatkan perut. Jungkook mendengar nada musik yang panjang, dan para siswa yang sebelumnya duduk dengan cepat berdiri meninggalkan area kantin. Merasa aneh dengan suasana kantin yang sunyi, Jungkook memutuskan untuk kembali ke hotel tempatnya menginap.

.
.
.

Dua pemuda berparas cantik berjalan bersama. Kim Seokjin, pemuda bertubuh tinggi melirik teman di sebelahnya yang berjalan santai, tidak menghiraukan suara-suara nyaring beberapa gadis yang memuji ketampanan seorang siswa baru yang bahkan belum masuk sekolah.

"Yoongi, kelasmu akan bertambah laki-laki tampan." Seokjin bukannya tertarik dengan pembicaraan mereka, ia hanya asal melantur saja.

"Oh, benarkah, hyung? apa aku terlihat peduli?" Nada Yoongi di awal memang terdengar bersemangat, namun bagi Seokjin, itu menjengkelkan, jelas dia tidak tertarik.

.
.
.

Jungkook melangkah masuk ke dalam kelas saat seorang pria paruh baya menyuruhnya masuk. Tanpa ragu, ia langsung memperkenalkan dirinya.

Tepat sesaat setelah Jungkook masuk, dirinya langsung di beri tatapan menilai. Mereka menatap Jungkook dari ujung rambut hingga unjung kakinya.

Wali kelasnya mengambil alih perhatian, ia menepuk bahu Jungkook dan menyuruhnya untuk duduk di samping pemuda berkulit putih, seputih susu.

"Hai." Jungkook memperkenalkan diri kepada teman sebangkunya. Ia lalu memberikan tangannya, dan pemuda di sampingnya menerima tangan itu dengan baik. "Jeon Jungkook."

"Min Yoongi." Jungkook tersenyum lalu melepaskan tangannya.

Permulaan yang baik, Jeon Jungkook.


To be continued~

Beberapa hari terakhir punya waktu kosong. Tapi otak lagi kosong buat nulis cerita baru.

Akhir-akhir ini juga lebih suka baca cerita bahasa baku, dan akhirnya jadi punya ide buat revisi cerita ini jadi bahasa baku. Walaupun masih ada beberapa yang gak masuk di KBBI karena mempengaruhi chapter-chapter selanjutnya, jadi gak bisa di hapus. Beberapa bagian juga udah aku upgrade karena kesel sama penulisannya, kacau deh pokoknya, haha.

Chapter selanjutnya di revisi nanti ya, sekarang udah 23:32 di tempatku. Udah ngantuk parah.

+Sebenarnya mau hapus aja cerita ini, tapi ternyata ada peminatnya. Maaf jika cerita ini terlalu absurd, saya pun menyesal membuatnya, huhuT_T

Menerima kritik ya teman-teman!

Silahkan komen/DM

See u next chapter!

Continue Reading

You'll Also Like

5.3K 1.2K 14
"Selamanya itu ada, hanya bukan untuk kita." // Juniandra bagi Rinjani adalah semesta, dan singkatnya, Rinjani kehilangan semestanya karena kesalahan...
26.6K 2.3K 2
Semua kesenangan Kim Taehyung berakhir ketika ayahnya nampak murka melihat kelakuannya yang sulit diatur. Tak ada lagi fasilitas yang bisa Ia pamerka...
122K 10K 27
Berawal dari kesalahan, hingga membuahkan seorang buah hati, akan kah sepasang pria yang tak saling mengenal itu kembali di pertemukan?? Akan kah Jeo...
13.7K 289 3
[Vkook/Taekook] happy reading~ menceritakan tentang kisah seorang jeon jungkook yang sangat mencintai idolanya sampai hal inipun ia lakukan (?) penas...