Kumpulan Cerpen dan Dongeng B...

By dayeuhsa

19.7K 935 44

D A F T A R I S I Bobo Nomor 8 Tahun XXIX 24 Mei 2001 - Cerpen "Jangan Bukan Amplop Ini" oleh Ellen Kristi ... More

Jangan Buka Amplop Ini
Lelaki Penunggang Beruang
Pengalaman Baru Pino
Rahasia Bung Jabrik
Pulanglah, Sayang!
Satu Cara Menjadi Teman
Belut dan Kelompok Enam Sekawan
Si Keledai Ingin Berguna
Kakek dan Kerang Bertanduk
Aku Beda, Boleh Kan
Serial Tuan Omong Kosong: Koboi dan Indian
Hero, Pahlawanku
Lukisan Kasih Sayang
Kisah Badak dan Siput
Si Cerdik Murkhanand
Kejutan Liburan
Buah Kampungan
Anak Kincir Air
Kisah Kid dan Kitty
Siapa Calon Pengganti Raja?
Batu Kedua
Nenek Serakah
Harta Warisan
Doa Nana untuk Esok
Nyanyian Si Gembala
Peramal Istana
Imam Sang Ketua Kelas
Biola Tua
Tanah Penghabisan
Serial Tuan Omong Kosong: Mengomel Bersama
Saat Terjaga di Malam Itu
Bisul
Juara Piala Dunia
Zeralda dan Raksasa
Si Sayap Rajawali
Senandung di Malam Hari
Ke Mana Si Anak Burung
Tikus Kecil yang Cerdik
Selendang Nenek
Ayo, Dido!
Peri dan Hutan Berkabut
Putri Sekarwangi dan Lebah
Baju Panggung Ilun
Patricia dan Jin dari Awan
Temanku Jadi Kenek
Puteri Tulus dan Pangeran Tidur
Misteri di Paviliun Kamboja
Rahasia Hadiah Nenek Alma
Boneka Kayu Uti
Giliran Belajar di Rumah Euis
Leontin Ajaib dan Bros Putri Alina
Mimpi Indah Mimpi Buruk
Nenek Sali
Pesan Sandi dalam Botol
Yang Lebih Berharga
Penyihir Tu La Lit
Leunca
Di Balik Penampilan Geri
Andai Ada Kesempatan Kedua
Tersinggung pada Kuda
Surat
Lo Sun
Satu Hari untuk Mama
Nanti Juga Bisa
Ike
Siapa yang Terpilih
Super Didin
Pensil Baru Fanny
Sepatu Ajaib
Peci Usang Mang Ujang
Rahasia Pran
Kasut Bidadari
Perjalanan Rahasia di Larut Malam
Kue Jemari Cokelat
Anak yang Memegang Pot Bunga Kosong
Namaku Tokek
Penghuni Rumah Tua
Si Beruang Hitam Kecil Tak Bisa Tidur
Kado untuk Emak
Peri Laura yang Baik Hati
Naga Emas
Sepatu Putih, Merah, Biru, Hijau, Ungu ...
Pencuri Prangko Oscar
Merpati Mata-Mata
Tiada Maaf Bagimu! Ha! Ha! Ha!
Serangan Seekor Beruang Buas (1)
Serdadu Napoli
Sahabat
Pak Danu dan Celana Hitam Sang Raja
Jalan Rahasia
Dua Ekor Harimau Putih
Surat Wasiat Kesembilan
Jejak Si Kaki Satu
Busana Pilihan Putri Raja
Pak Leon dan Pak Jahil
Wulan dan Sayuran
Keping Keberuntungan

Misteri Hilangnya Kue Pai Bulan

291 9 0
By dayeuhsa

Bobo Nomor 15/XXIX/01

Pagi itu udara di kota Los Angeles cukup hangat. Aku sedang asyik bersantai di 'kantorku'. Di bawah naungan pohon alpukat, di halaman depan rumah. Kutopangkan kaki pada kursi kebun di depanku, dan mulai membaca komik. Tiba-tiba datang seorang gadis cilik. Wajahnya terlihat sangat cemas.

"Aku telah melihat papan namamu," katanya, sambil menggigit bibir bawahnya. "Benarkah kau David Koontz, detektif swasta?"

Aku memang sengaja memasang papan nama, di dahan pohon alpukat. DAVID KOONTZ, DETEKTIF SWASTA. Di bawahnya kugambarkan sebuah mata yang besar. Juga ada papan kecil bertuliskan 'BUKA'.

"Ya, akulah orangnya," suaraku sengaja kubesar-besarkan, agar terdengar meyakinkan. "Silakan duduk."

Ia duduk di kursi kebun, tepat di depanku. Umurnya kira-kira 8 tahun, mungkin juga 9 tahun. Yang paling mempesona adalah rambut hitamnya yang panjang, mata birunya, dan lesung pipit di pipinya. Pakaiannya juga keren. Celana pendek warna biru dan putih, sepatu olah raga, dan T-shirt bertuliskan 'When Your Memory Goes ... Forget It!"

"Aku sedang dalam kesulitan besar," katanya, sambil menggigit bibirnya lagi. "Coba kau jelaskan."

"Apa kau detektif berijazah?"

"Oh, tentu saja tidak. Aku kan masih 20 tahun. Tapi yakinlah, aku detektif yang hebat."

"Aku mesti bayar pakai apa?"

"Cukup 6 kartu baseball, ditambah biaya pengeluaran."

"Tapi aku nggak punya kartu baseball."

"Gimana kalau kartu sepak bola?" tanyaku penuh harap.

"Nggak punya."

"Buku komik?"

"Hm, sedikit."

"Bagus. Dua buku komik, ditambah biaya pengeluaran."

Ia mengerutkan dahinya, membuat gerakan hendak pergi. Aku mengangkat bahu. "Itu tidak mahal," kataku.

Ia juga mengangkat bahu.

"Oke, oke," kataku mengalah. "Nggak usah pakai biaya pengeluaran deh. Nah, apa masalahmu?""

Ia lalu bercerita. Namanya Ramona Farris. Tinggal di apartemen The Ocean Drive. Ia dan keluarganya baru saja pindah dari Chicago, beberapa minggu yang lalu. Pagi ini ia baru saja pulang belanja dari toko Greenbaum's. Membeli 6 kotak susu cair, sebungkus kripik kentang, dan 2 potong kue pai bulan.

"Dua potong apa?"

"Pai bulan. Kue yang besar dan berwarna cokelat. Kau tahu, nenekku penggemar kue pai bulan. Nenek makan sepotong setiap hari dan 2 potong setiap hari Minggu. Nenek kan berasal dari Biloxi."

"Biloxi."

"Ya, di Mississipi. Orang-orang daerah itu suka sekali makan kue pai bulan."

"Oh."

"Ngomong-ngomong, aku meletakkan belanjaan di keranjang sepedaku. Lalu pulang naik sepeda," lanjut Ramona. "Tapi sebelum sampai di rumah, kulihat kue bulanku tinggal satu potong." Ia menggigit bibirnya lagi. "Aku benar-benar sedang dalam kesulitan."

"Nggak ada masalah," kataku mendengus. "Kalau kue pai bulanmu hilang, beli saja yang baru."

"Tidak bisa. Kue itu cukup mahal. Uangku tak cukup untuk membeli lagi. Dan jika aku pulang tanpa membawa kue pai bulan, Nenek pasti marah."

"Oke, oke. Aku mengerti. Apa kau sempat mampir ke suatu tempat setelah pulang berbelanja dari toko?"

"Ya, aku mencari jalan pintas lewat taman. Duduk di bangku taman dekat kolam ikan, dan memakan kripik kentang. Sambil melihat bebek-bebek yang sedang asyik berenang."

Aku berpikir sejenak.

"Aku yakin, petunjuk penyelesaian masalah ini ada di taman," kataku menyimpulkan. "Yuk, kita pergi ke taman."

Kami bersepeda menuju ke taman. Di dekat kolam ikan, kulihat apa yang kuharapkan. Pak Lanchaster sedang duduk di dekat meja piknik favoritnya. Ia sedang bermain catur dengan seorang kakek. Tak lupa pula ada Cathy, anjingnya yang sudah berumur 12 tahun. Hewan itu sedang berbaring di bawah meja, pura-pura tidur. Ia menegakkan telinganya melihat kedatangan kami.

Ramona menyandarkan sepedanya ke belakang bangku taman. Lalu kami duduk di bangku.

"Begini kan kejadian sebelumnya?"

"Ya."

"Berapa lama kau duduk di sini?"

"Tidak lama, hanya beberapa menit. Sambil makan sedikit keripik kentang."

"Kau lihat anjing besar itu?" tanyaku sambil menunjuk Cathy. "Coba kau awasi. Tapi jangan menengok! Dan jangan bilang sepatah kata pun!"

Pelan-pelan anjing itu menyelinap ke semak dan pepohonan. Hingga tiba di belakang kami. Tiba-tiba, hup ..., ia menyerobot sepotong kue pai bulan yang ada di dalam keranjang sepeda Ramona!

"Oh, aku tak percaya!" teriak Ramona. "Ia mengambil kue pai itu tanpa suara!"

"Benar," jawabku. "Anjing tua itu sering menyerobot makanan di sini. Pak Lanchaster bilang, itu sudah sifatnya. Cathy jenis anjing lurcher, peranakan anjing collie dan anjing greyhound. Beberapa tahun yang lalu, jenis ini digunakan dalam perburuan di Inggris. Ayo, kita datangi Pak Lanchaster. Ia selalu mau membayar setiap makanan yang diserobot Cathy."

Siang iu, aku asyik menikmati buku komik baru. Wah, sedap sekali membaca komik sambil ngemil kripik kentang di depan 'kantorku'. Tiba-tiba Ramona datang menghampiri. Gadis cilik itu tidak lagi menggigit bibirnya. Ia tak lagi cemas, karena Pak Lanchaster sudah mengganti kembali dua potong kue pai bulannya yang hilang dimakan Cathy.

"David, kau detektif yang hebat," ia memuji sambil mengacungkan ibu jarinya.

"Terima kasih," jawabku, malu-malu.

"Oya, satu pertanyaan lagi. Bagaimana kau bisa yakin aku duduk cukup lama di taman, sehingga Cathy datang mengambil kueku?"

"Kripik kentang."

"Apa?"

"Kripik kentang," jawabku santai. "Kau hampir menghabiskan satu bungkus kripik kentang. Benar, kan?"

(dari The Mystery of The Missing Moon Pie, oleh John O'Dell, disadur bebas oleh Kiki Dewanti).*****

Continue Reading

You'll Also Like

340K 25.7K 33
Adrian Martadinata pemuda manis yang harus meninggal karena penyakitnya yang kambuh. Saat sadar Adrian ternyata kembali ke masa lalu.....
258K 8.3K 60
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
232K 3.1K 17
Up sesuai mood Kalau ada waktu juga Tolong jangan di bawa ke RL Futa Area
168K 10.3K 29
Awalnya Rianti mengira sayang nya ke Hamid cuma sebatas sayang kakak kepada adiknya. Tapi, lama kelamaan kok rasa sayangnya jadi beda? (Sekuel dari c...