Rahasia Hati Wanita

By alyasimayn_alabyad

171K 9.2K 1.6K

Afiffah Zahra Aliyana menahan luka hatinya, di Khianati kekasih dan saudara kembarnya. dan cinta bertepuk seb... More

Chapther 1
Chapther 2
Chapther 3
Chapther 4
Chapther 5
Chapther 6
Chapther 7
Chapther 8
Chapther 10
Chapther 11
Chapther 12
Chapther XX
Chapther 13
Chapther 14
Chapther 15
Secret (GynaĆ­ka (1))
Chapther 16
Chapther 17
Chapther 18
Chapther 19
Chapther 20
Chpather 21
Chapther 22
Chapther 23
Chapther 24
Chapther 25
Chapther 26
Chapther 27
Chapther 28
Chapther 29
Chapther 30
Chapther 31
Chapther 32
Chapther 33

Chapther 9

3.9K 217 9
By alyasimayn_alabyad


Terimakasih untuk tetap menunggu cerita dan terimakasih untuk segala dukungan terhadap Cerita dengan bintang-bintang yang diberikan.. semoga suara dapat terus bertambah

Again part ini tidak melalui proses Editing, maaf atas banyak Typo yang tersebar

Happy Reading ...,

Wajah Putih itu kian memujat, di tengh cahaya yang temaram, i terluka semakin dalam, malam ini ditengah cahaya rembulan yang menjadi satusatunya penerang ruangan hatinya sangat dalam, mengunus hingga tak terkira. Saat isakan itu menyeruh, d yang kini berda di atasnya melepaskan cengkramanya, membuang wajahnya yang tertangkup. dia tidak tahu harus seperti apa merasakan kesakitan itu... terdiam dalam kegelapan saat lelaki itu kemudian meninggalkanya tanpa permisi. Tubuhnya bergetar, perlahan namun pasti, ranjang empuk seolah berubah menjadi pesakitan untuknya. Kakinya melangkah, memerosotan dirinya di bawah lantai marmer yang dingin, namun itu terlihat lebih nyaman dari ranjang busa. terlihat abu-abu. dingin, terlalu dingin hingga menusuk tulang, namun itu lebih nyaman dari ranjang pesakian itu. cahaya temaram membuat tubuhnya semakin bergetar, digigitnya kuku jari lentiknya, dan bersembunyi di bawah ranjang menyembunyikan segala ketakutan yang dia rasakan.

Dia pernah merasakan luka yang lebih sakit dari ini, saat kehilangan orang-orang yang di cintainya, namun sakitnya tidak seberbekas ini, bahkan setelah apa yang terjadi rasa ketakutan itu masih bersarang di tubuhnya, menggerogoti dirinya. dinginnya lantai ditambah cahaya yang gelap total di bawah ranjang memberinya kenyamanan. Rasa tenang itu didapatnya. hingga tertidur dengan pulas di bawah ranjang.indah

***

Pagi yang indah tak pernah di lihatnya lagi, awan yang cerah seolah menggelap. hangatnya pagi seolah mendingin. Aliyah tidak pernah tahu bentuk kesakitan apa yang akan di berikan lelaki yang berstatatsu sebagai suaminya kepada dirinya, dia tahu lelaki itu belum melakukan apapun untuk menyakitinya, tapi rasa sakit itu benar-benar telah menusuk dirinya hingga kini. hanya sebuah ancaman bukan tadi malam, tapi entah mengapa sakitnya begitu terasa.

kakinya menginjak ke ruang makan, sespi ... hanyada ada sepasang manusia yang sedang menikmati sarapan. Dia tidak melihat sosok suaminya di sana, entah kemana perginya. saat terbangun pagi tadi dia tidak melihat ada lelaki itu di ranjang, mungkin beristirahat di kamarnya. begitu melihatnya yang berjalan ke arah meja makan, Nyonya Hasyim menyambutnya dengan senyum lebar.

"Bagaimna kerja hari pertama Aliyah ?"

Belum sempat bokongnya benar-benar duduk di kursi pertanyaan itu keluar dari ayah mertuanya. sembari sesekali melihat ke arah sekelilingnya Aliyah menjawab dengan senyum. seolah mengisyaratkan semuanya baik-baik saja. rasanya masih terlalu lemas untuk beraktifitas, tapi dia tahu bahwa hal tersebut harus dilawanya.

"Baik, Abi."

"Aku dengar kau pulang larut tadi malam. Abi tidak melarang. tapi kau juga harus ingat bahwa kau tidak lagi sendiri nak, kau juga memiliki orang yang harus dirawat dirumah..."

Tuan Hasyim menjeda kalimatnya, melihat ke arah wajah menantunya yang sedikit pucat. sebenarnya lelaki paruh bayah itu juga tidak tega, tapi mendnegar penuturan dari beberapa pelayan rumah bahwa anaknya keluar dari kamar tamu dengan wajah kesal dan debuman pintu yang keras tuan Hasyim memprediksi mungkin ada pertengkaran semalam, sebab itu dirinya tidak menanyakan kemana anak tunggalnya itu, hingga tidak ikut bergabung di meja makan.

"...Suamimu berhak atas dirimu, jadi berikan waktumu juga untuknya. Apa tidak lebih baik bekerja di kantor Suamimu atau di kantor Abi ..."

Aliyah mendongak, menatap karah ayah mertuanya begitu kalimat itu keluar, dengan segera dia menggelengkan kepalany, entah mengapa begitu otaknya menerima informasi itu dengan refleks kepalanya menggeleng cepat. melihat hal itu sang Ayah mertua hanya tersenyum.

"Aliyah akan meminta pengurangan jam kerja Bi, tapi maaf mungkin tidak untuk waktu dekat. Aliyah baru menjadi karyawan di sana jadi tidak mungkin meminta keringan dalam waktu dekat."

Menarik nafas, melihat wajah bu mertuanya, menimbang-nimbang untuk mengatakan kalimat selanjutnya.

"Untuk bekerja di kantor Refal atau kantor Abi maaf bi, Aliyah ingin mencoba mandiri dan mencoba belajar bisnis di bidang yang Aliyah sukai..."

Pasangan paruh bayah itu mencoba mengerti kinginan anak mantu tunggalnya, mereka mengetahui Aliyah tidak dipersiapkan menjadi penerus perusahaan, sebab itu dia lebih menyukai hal-hal lain dibanding bergelut dengan bisnis. Dan mereka berdua juga menyadar hal ini yang membedakan antara Refal dan Aliyah, Refal yang merupakan anak tunggal sudah di setting sedemikian rupa sebagai penerus perusahaan Al Hasyim.

Aliyah melihat ke arah jam tyang terpasang di tangan kirinya, dengan teresa menghabiskan sarapannya, lalu berpamitan ke kedua mertuanya, memburu bus jam 7 pagi. Ibu meruanya baru akan membuka suara, meminta agar dirya pergi dengan salah satu mobil yang tidak terpakai digarasi dibandingkan denga naik namun belum sempat terucp niat itu, encernya muncul. otaknya berfungsi normal, mana mungkin dirinya meminta anak menantunya untuk menggunakan salah satu mobil di garasi, yang bisa saja mobil itu lebih mahal dari aset toko bunga tempat anak menantunya bekerja.

***

Aliyah melangkahkan kakinya di ruangan yang bercat putih, aroma khas obat membaui indra penciumanya. setelah sekian minggu dirinya menarik diri untuk menghindari rasa sakit yang bertubih dengan tidak menemui ibunya, hari ini dia memberanikan diri datang ke tempat ini menemui ibunya. dia tahu, jiak dia tidak mengalahkan rasa takutnya dan tidak bertekat untuk datang, maka entah kapan dia akan benar-benar memiliki keberanian.

Berbagai alat antu hidup terpasang dengan sempurnah ke badan ibunya, dia tidak tahu jika slaah satu alat penunjang itu dicabut apakah wanita yang melahirkannya ke dunia itu masih bisa bertahan. Dokter hanya mengatakan mereka sudah memberhentikan sedikit demi sedikit alat bantu hidup itu, sesuai kondisi ibunya. harapan kemajuan itu ada walau tipis, jika kondisi ibunya dapat benar-benar stabil maka alat bantu hidup itu dapat segera di lepas perlahan.

5 persenya dari perusahaan n profit yang h dari akusisi perusahaan cukup bermanfaat, jika tidak seperti itu maka dia tidak tahu, kemana hrus sepercari uang yang jumahnya tidak sedikit. kuliitu pucat, sangat memujat. jika tidak ada alat yang mendeteksi denyut jantung, tubuh itu terlihat seperi mayat.

Tanganya sedikit begetar menyentuh wajah pucat, menyentuhhing hingga getarn itu terasa sangat hebat, tubuh itu mengurus, jauh dari terakhir kali saat sebelum ibunya benar-benar tumbang. Saat orang-orang di luar sana berfiikir kematian kedua orang yang dicintainya karena dirinya, ketidak berdayaan Ibunya karena ulahnya, bahkan saat sejuta rasa sakit dirasakanya beribu orang tetap menyalahkanya.

Pedang-pedang tajam seolah sedang menghunus tubuhnya dari segala penjuru. Dari sekian banyak luka yang di daptnya, inilah alasanya untuk tetap bertahan, ibunya. salah satu harapan yang meyadarkan dirinya bahwa dirinya tidak sedang sendiri sekarang. Walaupun surganya telah berpindah ke suaminya tapi baktinya tetap pada ibunya, wanita yang telah melahirkannya ke dunia, yang menjadi sebuah dukungan sosial sebagai alasan untuk bertahan.

Setelah mengecek kondisi ibunya Aliyah melangkahkan kakinya keluar, menemui dokter yang menangani ibunya. Langkahnya terasa lebih ringan setelah melihat kondisi ibunya. Langkahnya terhenti, seorang wanita paruh bayah menatapnya dalam, kakinya yang mantap melangkah menuju ruangan dokter perlahan berjalan pelan, berusah menangkap sosok yang memandangnya dalam, berhenti atau berjalan lurus tanpa memperdulikan itu yang ada di pikiranya. Air mata wanita paruh bayah itu jatuh begitu Aliyah sampai di depanya, ia memilih berhenti sebagai bentuk rasa hormatnya.

"Selamat Pagi Bu..."

Hening, tak ada jawaban apapun, namun seperskian detik tubuhnya sudah berada di pelukan wanita paruh bayah itu. isakan itu seolah menjadi ungkapan beban besar yang dipikulnya. Aliyah tidak tahu apa yang harus dIia lakukan selain terdiam.

"Maafkan Elfan. Elfan butuh dirimu Aliyah. Ibu mohon Aliyah masuklah ! Elfan belum sadar hingga kini. Dokter mengatakan kondisi Elfan stabil, tapi dia belum dapat terbangun hingga sekarang, ketidaksadaranya bisa jadi di sebabkan dorongan dalam dirinya, dia yang tidak ingin terbangun. Datanglah dan katakan bahwa dia masih layak untuk hidup Aliyah ... !"

Mohon Wanita itu dengan isakan yang dalam, Aliyah terdiam cukup lama, sebelum akhirnya melepaskan pelukan yang cukup kencang. mata wanita itu bengkak. dia merasakanya, hingga kini ibunya belum terbangun, namun entah dorongan dari mana Aliyah melepaskan pelukan, menggeleng lemah sebelum akhirnya berjalan dengan cepat keluar rumah sakit tersebut. tujuan awalnya mengunjungi dokter yang menangani ibunya berlalu begitu saja dan dirinya memilih untuk pergi.

Dia harus mengakui bahwa dirinya bukan malaikat, lelaki itu seperti membuka luka lamanya, sumber dari segala pristiwa maut yang dialaminya, beratus kata 'jika' selalu dipikirkan Aliyah setiap meningat nama itu, jika saja dia tidak terjerat pesona lelaki itu, jika saja dia menghentikan permainan lelaki itu di awal, jika saja dia tidak menyetujui permintaan konyol dan yang terakhir jika saja dia tidak mengenal lelaki itu maka ini semua tidak akan terjadi. namun dia tahu tuhannya tidak suka itu. ini adalah takdir yang harus di terimanya.

***

Malam menjelang... dinginnya malam ikut menusuk tulang. pikiranya melalang buana ke sana ke mari. di saat dia bekerja tapi harus dihadapi dengan berbagai banyak pikiran membuat konsentrasinya buyar ke sana ke mari, tidak terhitung berbagai teguran yang di dapatnya hari ini. Beberapa karyawan memperbincangan bagaimana dia dapat masuk ke toko dengan banyak janji.

Dan lagi dia membuat kesalahan ketika mawar hitam yang langkah itu lepas dari kuntumnya ketika akan dirangkai di buket. Suasana sedang tidak baik, beberapa karyawan harus lembur karena oerderan yang membludak yang harus dikerjakan karena esoknya akan di ambil. bung mawar hitam cukup langkah karena bunga itu sebenarnya bunga dari kelayinan genetik mawar merah.

"Jika kau melakukan kesalahan lagi, 25% gajimu akan dipotong !"

bulu kuduk Aliyah merinding begitu mendnegar suara itu dari arah belakang tubuhnya, Owner pemilik toko ini memang terkenal akan ketegasanya pada karyawan, karena mengedepankan pelayanan konsumen, jadi dia tidak mentolerir kesalahan dari karyawanya sedikitpun.

Aliyah mengagguk patuh, setelah selesai merangkai satu bunga dan membawahnya ke bagian display. tubuhnya lagi dan lagi di buat lemas, dia seperti sedang tertangkap basah sekarang melihat lelaki yang berdiri, menatapnya dengan tajam. tidak tahu apa yang harus dia lakukan, namun dia hanya bisa terdiam mematung. setelah kesadaranya penuh dia berusaha untuk bersikap profesional dengan terus melanjutkan aktifitasnya.

"Jadi ini yang dilakukan istriku hingga tega membuatku tidur sendirian..."

Hening ...

Suara itu tidak keras, namun suasana yang hening dan desain tokoh yang minimalis, cukup membuat banyak orang mendengar suara lantang itu. mereka tahu dari mana sumber suara itu, juga mengetahui jati dirinya, dia pelanggan tetap toko ini dan ... tidak lupa dia terkhusus karena mereka tahu asal usul.. tapi sungguh para karyawan di tempat ini tidak punya waktu untuk bergosip riah, sehingga mereka tidak tahu bahwa sang pewaris tahta perusahaan sudah menikah. mereka hanya cemburu setiap kali lelaki itu memesan buket bunga dengan kalimat manis di dalamnya.

Mereka semua saling memandang untuk segala kemungkinan, dan yang paling memungkinkan adalah wanita yang sekarang berdiri terpaku, tidak bereaksi apapun atas ucapapun yang keluar dari Refal.

Sementara Karyawan yang lain sudah mulai ribut, dan jantung sang pemilik toko hampir di buat putus mendnegar ucapan maut itu. Setelah meletakan buket bunga pada tempatnya, dengan segera Aliyah melangkahkan kakinya kembali menuju ruang kerjanya untuk merangkai buket bunga. Aliyah berjalan cepat sebelum tanganya dicekal dan tubuhnya tertarik ke sang empunya.

"Segera pulang ... !!"

Ucapatan itu hanya sebah bisikan, pelan namun menusuk. tidak ada yang dapat mendnegar kalimat perintah itu. Aliyah memahami apa yang dilakukan Refal untuk mencegah orang-orang tahu situasi apa yang sebenarnya yang terjadi, bukankah ini terlihat sangat manis. berada di pelukan dengan sebuah belenggu ancaman.

"Maaf aku harus membawahnya pulang. staffku yang akan mengambil besok pagi seluruh pesananya. Dan...aku memohon izin untuk membawahnya pulang. kondisinya sedang kurang baik, sepertinya untuk besok dan hari-hari berikutnya dia tidak akan masuk, sekali lagi aku memohon maaf. aku akan menggantikan segala kerugianya yang ditimbulkan karena dia akan full rest ..."

Kata yang manis di dengar, dan wajah-wajah mereka berbinar mendnegar penuturan manisnya. Aliyah menahan tangisnya. Refal sangat pintar, dan lelaki ini benar, benar-benar akan membuatnya merasakan luka hingga titik terdalam dirinya. membuat dirinya berhenti dari pekerjaan yang digemarinya. Refal membawah aliyah yang masih berada dalam pelukanya berjalan keluar toko. Aliyah tidak mampu mengucapkan kata-kata apapun, pasrah mengikuti kemana lelaki itu membawa tubuhnya.

Dari arah dalam toko merasakan getaran, tidak menyangka dengan siapa beberapa hari ini mereka bekerja dan well itu terlihat snagat manis di mata mereka. ketika keduanya telah duduk di kursi masing-masing, hening. hanya deru mobil yang menjadi alunan suara kehidupan.

"Sekali lagi kau melakukan hal bodoh, konsekuensi besar akan menimpahmu !"

Aliyah diam, tidak ingin mendebat, walaupun dia telah mendapat izin dari kedua mertuanya. tapi dia memahami kesalahan besarnya, harusnya dia meminta izin pada Suaminya, yang paling berhak atas dirinya.

Sesampainya di kediaman Al Hasyim Aliyah keluar lebih dulu, menuju kamar tamu. menyalahkan lampunya, membersihkan diri lalu kemudian menggunakan piyama tidur. sebelum Aliyah tidur, ditutupnya seluruh gorden agar tidak ada cahaya rembulan yang masuk, setelahnya berjalan mematikan lampu utama kamar. tak lama setelahnya saat ruangan itu menjadi gelap gulita, dia bersiap untuk tidur. Mengambil selimut lalu berbaring di bawah ranjang, tempat yang membuatnya merasa nyaman dan aman.

***

Hujan turun deras, membasahi bumi, menyelimuti hawa dingin yang membuat setiap insan merasa enggan untuk mengangkatkan kaki dari rutinitasnya, wajah pucat itu berdiri di depan kaca yang menghadap taman dengan berbagai macam bunga di dalamnya. Mau tidak mau, suka tidak suka dirinya akan menjadi penghuni penuh kamar ini, dia kembali mengaggur. di tatapnya seseorang yang masih terlelap di atas sana, yah lelaki itu kembali tidur di kamar ini setelah beberapa hari tidak pernah masuk dan menyentuh tempat ini.

Sungguh hatinya masih bergetar, dia tahu lelaki itu menjadi salah satu sumber kesakitanya, tapi hatinya tidak bisa berbohong bahwa nama lelaki itu masih ada di hatinya, orang yang di cintainya. Nafas teraturnya kala tidur wajah yang tenang saat beristirahat dalam tidur, baginya salah satu hal yang menyakitkan saat dia dapat memiliki raga namun tidak hati. dia bagai fatamorganni di tengah padang pasir. ini sudah pukul sembilan namun hujan membuat semua terlihat seperti suasana pagi buta.

Handphone pipi di sana terus berdering, seolah meminta untuk di perhatikan di tengah banyjanya edangkan sang empunya masih enggan untuk memberikan perhatian. lelaki itu nampak begitu lelah. entah panggilan ke berapa namun dari layar itu terus berkedip kedip, suara panggilanya kecil terkalahkan suara hujan yang menderu-deru di luar sana.

Dan hati nuraninya terpanggil, mendekat ke arah benda mati itu, digesernya ikon berwarna hijau.

"Apa hari ini tidak jadi datng. aku sudah menunggumu 30 menit, jika meman tidak jadi aku tidak masalah. tapi aku mohon jangan buat aku emohon seperti ini karena beberapa pasien mungkin sedang menungguku..."

Aliyah menegang, dia tidak membaca dilaar ponsel siapa yang memanggil. dia hanya berfikir untuk mengangkat dan memberitahu bahwa sang empunya sedang berada di alam mimpi. tapi sungguh dirinya tidak menyangka su ra siapa yangberebut erada di ujung sana, yang dia pikirkan tadi mungkin panggilan tersebut berasal dari perusahaan karena biasany pukul 7 malam lelaki ini sudah pergi untuk bekerja. Dan sekarang Aliyah tidak tahu harus mengatakan apa, jika boleh jujur di hatinya ada rasa sakit yang sulit untuk di jelaskan seperti apa rasanya. Siapa sebenarnya wanita yang berada di sebrang sana, mungkinkah wanita ini benar-benar datang dari masa lalu suaminya. Mendnegar kata pasien, bukankah berarti wanita ini adalah seorang dokter,

Mengingat kata dokter membuat dirinya merasa ciut, dokter yang cerdas, cantik dan baik, menjadi kepala rumah sakit di usia muda jika dibandingkan dengan dirinya yang pas-pasan dan hanya seorang pengaguran tentu kala telak bukan.

"Fal..Refal ..."

"Maaf jika suami saya membuat anda menunggu. suami saya sekarang masih beristirahat !"

Bibirnya bergetar, dan kata itu di ucapkan dengan cepat. entah keberanian dari mana tapi dia ingin memberitahukan wanita ini bahwa dirinya adalah pemilik raga dari lelaki yang dia tungguh. Sambungan terputus, entah apa yang dipikirkan wanita itu. Wanita cerdas itu, Aliyah yakin bahwa waita itu tahu status refal, dan Aliyah hanya berusaha mempertegas hal ini. dikembalikanya handphone itu ke nakas.

Miris...

Kata itu yang tiba-tiba muncul di pikiranya. apakah dirinya akan dikhianati lagi. seperti saat kekasih dan suadara kembarnya dulu, dan apa yang harus dilakukannya ? apakah sama seperti dulu, diam dan menerima takdirnya, menunggu akhir dari perjalanan permainan apai itu. Apa dirinya tak layak untuk dicintai, apa dirinya tak Layak untuk dimiliki dan juga memiliki. apakah lagi dan lagi dia harus menerima pengkhianatan, perselingkuhan dan kini bukan dilakukan oleh kekasihnya, tapi suaminya. Benang merah yang semu, air mata itu semakin deras menlewati pelupuk seperskian detik lalu jatuh begitu saja.

Kini bukan hanya hatinya yang terasa sakit, seluruh penjuru tubuhnya seolah merasakan hal yang sama, tanganya terkepal. mencoba menyalurkan rasa sakitnya melalui buku-buku jarinya. Melangkah menuju ranjang, di tatapnya pria itu dengan seksama. sungguh dia ingin egois, dia sekarang tidak ingin lagi berbagai dengan siapa saja, dia telah menyerahkan dirinya kepada lelaki ini dan dia tidak ingin berbagi dengan yang lain. lelaki ini hanya miliknya seorang.

Namun ... dia menyadari sebuah hal sederhana di balik itu semua..,

Dia tidak bisa memaksakan kehendaknya, dia tidak bisa untuk memenjarakan orag yang tidak mencintainya untuk terus bersamanya, cepat atau lambat lelaki yang masih bersrtatus suaminya ini bisa saja akan mendaftarkan perceraian, dan dia tahu dia harus menrima itu dengan kerendahan hatinya.

Aliyah duduk di atas Ranjang, memandnag wajah itu dengan seksama jari telunjuknya dengan bergetar dan mengumpulkan segala keberanian menyentuh wajah tenang saat tidur. geliatan kecil membuatnya terlihat seperti anak bayi yang begitu tenang saat tidur. untuk kali terakhir jika memang nantinya harus berpisah makan dia harus benar-benar merelakan lelaki ini, kembali ke pelukan orang yang dicintainya.

Untuk yang pertama dan terakhir. Aliyah mencondongkan tubuhnya, bibirnya bergetar begitu benda lunak itu sampai di pelipis lelaki itu. dia berjanji ini adalah bentuk ucapan selamt tinggal untuknya, kecupan itu turun ke kelopak mata, pipi hingga akhirnya dua benda lunak itu saling bertemu. Aliyah mengecup pelan. hanya ini yang dapat dilakukan sebagai sebuah ucapan selamat tinggal.

Cepat atau lambat, dia tahu perceraian mungkin opsi yang sudah ada, tinggal menunggu waktu yang tepat itu mengeskusi, dan Aliyah akan menunggu itu, menunggu hingga lelaki itu mengeluarkan kata talak. Jantungnya berpacu semakin cepat, kal merasakan pererakan dari benda lunak tersebut, segera Aliyah memutuskan kontak fisik, Namun sepertinya terlambat. lelaki itu dalam kesadaran penuh sekarang, terbukti dari tengkuknya yang tertahan dengan tangan hingga tidak mampu untuk berpindah posisi. Dia tertangkap basah.

Nyalinya begitu menciut begitu kedua kelompok yang tadi dikecupnya membuka, menampilkan tatapan tajam dari kedua mata yang biasanya terlihat tenang. siratann amarah jelas terlihat. Aliyah lupa bahwa dirinya adalah gadis kotor yang tidak layak disentuh dan dirinya berani menyentuh, dia adalah seonggok sampah. kilasan-kilasan itu muncul di dalam benak Aliyah. Hiangga tidak menyadari tubuhnya telah berada dalam kuasan lelaki saat itu, saat posisi berbalik, dia terkunci di bawah tubuh kekar yang menatpnya dengan tajam.


Terimakasih teman-teman sudah membaca sampai akhir, dan terimakasih untuk dukungan yang telah di beri. untuk part selanjutnya akan di post setelah part ini sudah mencapai 50 suara. Happy waiting ...,

Gigeaway kemarin masih berlaku yah teman-teman. di tunggu review menariknya di kolom komentar ...

and @Risanti707 , Terimakasih atas dukungan positifnya, you get a spesial Giveaway from me. 

See you in next Chapther Friends....

26/11/2019

Continue Reading

You'll Also Like

16.4M 655K 38
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
397K 15.9K 34
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
376K 19.9K 49
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
390K 33.8K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...