WHY YOU? || KIM MINGYU

By gyuwoo18

139K 16.1K 2.5K

Jeon Siyeon tidak pernah menduga bahwa insiden penjambretan yang menimpanya justru mempertemukan dirinya deng... More

00
01. Shocked
02. Long Day
03. Return
04. Honey
05. Who
06. News
07. Help
08. Begging
09. I Don't Know
10. Healing
11. Protect Me
12. Hero
13. Say Yes
14. Q & A
15. Simple
16. Highlight
17. Chocolate
18. Worried
19. Hello
20. Paid Off
21. Word
22. Smile
23. Hope
24. Familiar
25. Drift Away
26. Oh My
27. Quick Pace
28. Again and Again
29. Don't Fall
30. Change Up
31. Call
32. Them
33. About Her
34. Conclusion
35. Mind
36. Wrong Way
37. Don't Wanna Cry
38. I Miss You
39. Unexpected
40. Not Easy
41. In the Rain
42. Hand
43. Obsession
44. Boom Boom
45. Untrue
• TRAILER •
46. Falling for U
47. Talk
48. Together
49. I'm First
50. Bad Thing
51. Getting Closer
52. Him
53. Beautiful
54. Special
55. Hug
56. Letting Go
57. As a Boy
58. Giving Up
59. Chance
60. With You
61. Come to Me
62. Officially
63. Difficult
64. Encounter
65. Stole
66. No More
67. Flower
69. Stuck
70. Darkness
71. Two Sides
72. Lost
73. Worst
74. Egoist
75. Another
76. Flashback
• I N F O •
77. Lean on Me
78. If I
79. Far Away (END)
Extra Chapter #1
Extra Chapter #2
Extra Chapter #3 (Special Mingyu's POV)
Extra Chapter #4 (Final)

68. Effect

1.1K 130 18
By gyuwoo18

4 Oktober.

Ulang tahun Jeonghan.

Siang ini aku menghadiri gathering event untuk merayakannya. Bukan acara yang mewah, aku dan beberapa teman kampusku—termasuk Mina—hanya berkumpul di sebuah kafe dan memesan sebuah kue ulang tahun. Meskipun yang hadir tak lebih dari 20 orang, acara ini tetap berlangsung meriah dan menyenangkan. Kami memang berasal dari kampus yang sama. Faktanya tak semua di antara kami akrab, bahkan ada yang baru saling berkenalan, namun kami sudah layaknya keluarga ketika berkumpul bersama seperti ini. Mempunyai kesukaan yang sama memang mampu mempererat tali kekeluargaan, membuat yang awalnya asing menjadi dekat. Mungkin ini agak berlebihan, namun bagiku pribadi, fandom Carat sudah kuanggap sebagai keluarga keduaku.

Acara itu berlangsung lebih dari dua jam namun rasanya selesai begitu cepat—mungkin karena kami sama-sama menikmatinya. Menjelang malam aku tiba di rumah. Usai membersihkan diri, aku menjatuhkan diri di kasur lalu meraih tottebag yang tadi kubawa. Sebuah kemasan semacam pouch kuambil dari sana untuk kemudian kukeluarkan satu persatu isinya.

Sebuah cupsleeve, empat lembar foto polaroid Jeonghan, sebuah keychain strap berbentuk Caratbong, sticker set fanart Jeonghan, dan mini notebook dengan sampul berupa foto grup Seventeen—freebies yang kudapatkan dari gathering event tadi . Aku tersenyum. Printilan-printilan ini bisa menambah koleksiku.

Setelah meletakannya di rak, aku beralih meraih ponselku. Aplikasi yang pertama kubuka adalah LINE, memastikan tidak ada chat penting yang kulewatkan karena sejak siang tadi aku sama sekali tidak online. Ternyata tidak ada hal penting yang kulewatkan. Daftar chat-ku hanya diisi oleh keriuhan yang muncul dari grup kelas, grup angkatan, serta grup Carat.

Chat terakhirku dengan Mingyu adalah pukul 9 pagi tadi. Dia hanya sekedar mengucapkan selamat pagi untukku dan kami mengobrol sebentar sebelum akhirnya chat di antara kami harus berakhir karena kesibukannya. Mingyu bilang hari ini ia dan member Seventeen masih melanjutkan syuting untuk VCR konser mereka. Oh ya, aku tak lupa menitipkan satu pesan padanya-ucapan selamat ulang tahun dariku untuk disampaikan kepada Jeonghan. Entah sudah disampaikan atau belum, kuharap Mingyu tidak lupa bahwa aku meminta tolong padanya.

Sebenarnya aku bisa saja melakukannya sendiri, toh aku masih menyimpan kontak Jeonghan. Namun karena tidak ada komunikasi lagi di antara kami—sudah nyaris tiga bulan lamanya, aku mengurungkan niatku. Riwayat chat-ku dengannya pun tenggelam karena munculnya chat-chat baru, membuatku harus menggulir layar hingga tiba di deretan bawah daftar chatroom.

Iseng, aku pun mencari kontak bernama YJH1004 itu di tab Friends. Sedikit informasi, kadang jika aku tidak tahu harus melakukan apa, aku akan membaca riwayat chat di sana sebagai upaya menghibur diri—bahwa dulu aku pernah beruntung diberi kesempatan untuk dekat dengan bias kesayanganku.

Mataku melebar ketika tak sengaja menemukan titik hijau di samping foto profilnya, yang artinya Jeonghan sedang aktif saat ini.

Jantungku berdebar cepat tanpa sebab. Tiba-tiba saja aku merasa panik. Dorongan itu pun muncul begitu saja. Aku ragu, apakah aku harus mengucapkan selamat ulang tahun untuknya selagi ia aktif? Apakah tak masalah jika aku mengirimkan chat untuknya?

Setelah menghabiskan waktu beberapa detik untuk berpikir, akhirnya jempolku mengklik kontak itu. Aku hanya akan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Benar, itu tak akan jadi masalah.

Meski sudah meyakinkan diri sendiri, nyatanya jariku masih mengambang di atas layar. Keraguan masih mendominasi diriku. Tiga bulan bukan waktu yang sebentar. Aku merasa ada tembok pembatas di antara diriku dan Jeonghan karena kami sudah lama tidak berkomunikasi. Pasti ada kemungkinan kami akan menjadi canggung satu sama lain.

Aku menghela napas sembari memejamkan mata. It's okay, Jeon Siyeon. Kau hanya mengirimkan pesan teks padanya, bukan mengobrol secara langsung apalagi bertatap muka. Kenapa harus merasa canggung?

Aku mengangguk yakin satu kali. Dengan yakin jariku pun mulai bergerak di atas keypad—mengetikan kata demi kata secara cepat sambil berharap Jeonghan masih aktif ketika pesanku terkirim.

JeonSiyeon : Oppa, annyeong... Aku tidak tau kau masih menyimpan nomorku atau sebaliknya. Maaf jika chatku ini menganggu. Aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun untukmu. Kuharap kau sehat dan bahagia selalu, terus berjalan di jalan berbunga bersama Seventeen, juga tetap menjadi Yoon Jeonghan yang selalu membanggakan Carat! Dan yang terpenting, semoga apa yang selama ini kau harapkan bisa terwujud. Aku akan terus mendoakan kesuksesanmu
- Dari: Siyeon, salah satu penggemar berat yang akan selalu berada di barisan terdepan untuk mendukungmu

Aku menjatuhkan diriku begitu saja usai menekan tombol send. Perasaanku jadi lega. Tubuhku terlentang di atas kasur dengan pandangan terarah pada langit-langit. Aku tak mengharapkan chat-ku dibalas, tapi kuharap Jeonghan setidaknya membaca isi chat-ku.

LINE!

Aku terlonjak dan refleks bangun dengan posisi duduk bersila ketika bunyi notifikasi itu terdengar.

Jeonghan membalas chatku!

Aku membungkam mulutku. Demi Tuhan, rasanya seperti memenangkan kupon undian fansignmeski sebenarnya aku tidak tahu bagaimana rasanya karena tidak pernah mengalami. Euforia mendominasi diriku dalam sekejap, sama seperti dulu ketika aku pertama kali mendapatkan chat darinya.

Aku tak menduga Jeonghan akan membaca dan membalas chat-ku dalam kurun waktu kurang dari satu menit. Entah ini karena takdir mendukung agar komunikasi di antara kami terjalin lagi atau hanya kebetulan karena ia memang sedang aktif, yang pasti saat ini aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Pasalnya, balasan pertama yang kudapati adalah sticker menggemaskan berupa gambar kartun yang tengah melambaikan tangan. Setelah itu barulah muncul chat dalam bentuk teks.

YJH1004 : Jika kau mau tau, aku masih menyimpan nomormu. Kau sama sekali tidak mengganggu. Aku senang kau tak lupa dengan ulang tahunku, bahkan menyempatkan mengirimkan ucapan dan doa seperti ini. Jeongmal gomawo, Siyeon-ah 🙏😃

Tak ingin membuang waktu, aku segera mengetikkan balasan. Di tengah mengetik aku teringat dengan gathering event yang tadi kuhadiri. Sepertinya akan bagus jika aku memberitahunya pada Jeonghan.

JeonSiyeon : Ah syukurlah, kupikir Oppa sudah lupa padakuㅠㅠ
JeonSiyeon : Oh ya, tadi aku dan beberapa teman Caratku merayakan ulang tahunmu di sebuah kafe. Kami bersenang-senang, jadi kuharap Oppa juga menghabiskan hari ini dengan bersenang-senang juga!
JeonSiyeon : Picture has sent

Sebagai bukti, aku mengirimkan sebuah foto yang tadi diambil ketika aku dan belasan Carat lainnya berpose di depan kamera sebelum acara tiup lilin. Kue dengan lilin menyala berangka sesuai usia Jeonghan berada di tengah-tengah, sementara kami memegang macam-macam bawaan—ada yang memegang mini banner bertuliskan 'HAPPY BIRTHDAY YOON JEONGHAN', lightstick, slogan ataupun uchiwa fan bergambar wajah Jeonghan. Aku adalah salah satu yang memegang uchiwa fan.

YJH1004 : Woaahhh, terima kasih banyak sudah merayakannya. Pasti seru, seandainya aku ada di sana..
YJH1004 : Tentu. Aku akan menghabiskan waktu menyenangkan bersama semua member sampai tanggal 4 Oktober ini berakhir, jangan khawatir hehe😎

JeonSiyeon : Senang mendengarnya. Oh ya, Oppa, mungkin ini kurang penting. Tapi aku ingin mengabarkan kalau aku berhasil mendapatkan tiket konser kalian yeee!!

YJH1004 : Benarkah?? Itu kabar bagus. Apa kau datang untuk konser hari pertama dan hari kedua juga?

JeonSiyeon : Hm. Aku berhasil mendapatkan tiketnya untuk dua hari berturut-turut. Aku jadi tidak sabar ingin bertemu kalian

YJH1004 : Tunggu sebentar lagi, biasanya tak terasa sudah akhir bulan. Kami sedang mempersiapkan semuanya sesempurna mungkin, jadi bersabarlah✊

JeonSiyeon : Ini baru tanggal 4, masih awal bulan... Tapi karena Oppa yang minta maka aku akan menunggu akhir bulan dengan sabar hehe.
JeonSiyeon : See u in the concert, Oppa!🙋

Di luar dugaan, ternyata kami tak canggung satu sama lain. Rasanya seperti tidak pernah terjadi misscommunication. Chat di antara kami mengalir begitu saja, berlangsung seru dan mengasyikkan—seperti yang dulu biasa kami lakukan.

Aku duduk di tepi ranjang dengan kaki menggantung. Sedari tadi senyum tak luntur dari bibirku.

Satu menit.

Lima menit.

Aku masih menggenggam ponselku menanti balasan dari Jeonghan dengan antusias. Namun ada kalanya ekspektasi tak sesuai dengan realita. Belasan menit hingga beberapa jam kemudian, nyatanya notifikasi balasan yang kutunggu tak kunjung datang.

Entah ia masih aktif atau tidak, Jeonghan tidak membaca apalagi membalas pesanku. Chat di antara kami berakhir di sana begitu saja tanpa salam atau semacamnya.

Aku tak mengharapkan chat-ku dibalas, tapi kuharap Jeonghan setidaknya membaca isi chat-ku.

Benar. Mulanya aku berkata demikian, tapi kini aku tidak bisa membohongi diriku.

Faktanya, aku mengharapkan chat-ku dibalas olehnya. Aku ingin setidaknya ia mengatakan 'see you too' padaku sebelum chat kami benar-benar berakhir.

Aku ... merindukan 'kami' yang dulu-yang selalu berbalas pesan tanpa kehabisan topik pembicaraan sebelum salah satu di antara kami menyudahinya karena kesibukan yang ada.

Aku ... merindukan panggilan 'honey' yang ia selipkan di akhir kalimatnya untuk menggantikan namaku.

Dan kini ada bagian dari diriku yang merasa kecewa. Aku kecewa karena tahu apa yang kuharapkan takkan terwujud. Aku kecewa karena sadar apa yang kurindukan tak pernah bisa tersampaikan.

⭐ ⭐ ⭐

Jeonghan's POV

Sekitar pukul 12 malam aku terpaksa bangun dari tidur nyenyakku ketika para member memasuki kamarku dengan heboh sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Keadaan kamar yang mulanya temaram karena aku selalu mematikan lampu ketika tidur seketika menjadi terang bersamaan dengan riuhnya suara terompet ditiup serta confetti yang diledakkan. Meskipun rasanya kelopak mataku terasa begitu berat untuk dibuka tapi aku dapat melihat dengan jelas cahaya dari lilin di atas kue yang dipegang Joshua.

Mereka memang tidak pernah gagal membuat kejutan. Yah, meskipun sejujurnya aku tidak terkejut. Aku sudah menduga hal ini terjadi—mereka akan melakukan birthday surprise tepat pukul 12 malam atau lebih sedikit—karena sejak dulu itu sudah menjadi kebiasaan rutin kami setiap ada member yang berulang tahun.

Singkatnya, malam itu kami merayakan ulang tahunku. Dimulai dari sesi make a wish, tiup lilin, potong kue, dan makan kue bersama yang berakhir dengan para member seenaknya mencolekkan whip cream ke wajahku. Meskipun ujung-ujungnya aku harus membasuh wajah padahal air yang mengalir dari keran begitu dingin menusuk kulit, toh aku merasa bahagia. Setiap tahun, hari lahirku terasa spesial dan lebih bermakna karena aku melewatkannya bersama para member.

Kami kembali ke kamar masing-masing sekitar pukul tiga dini hari. Ada yang melanjutkan tidurnya seperti aku, ada juga yang ternyata memang belum tidur alias begadang. Padahal hari ini kami harus sudah bersiap pukul 8 pagi untuk melanjutkan syuting VCR konser yang sejak dua hari lalu belum rampung juga.



"Apa Anda sudah tau hari ini ada member kami yang berulang tahun? Namanya Jeonghan Hyung. Yoon Jeonghan."

Aku buru-buru menyembunyikan tubuhku dibalik tubuh DK ketika ia langsung menghampiri sutradara yang kurasa baru tiba di lokasi syuting, namun dengan cekatan Hoshi menarikku ke depan.

"Oh, Anda belum tahu? Kalau begitu, Anda harus mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, kamdoknim." Hoshi merangkul leherku erat. Tanpa tahu malu ia mengatakan itu lalu terkekeh di hadapan sutradara.

Bukan sekali dua kali DK dan Hoshi melakukan ini. Dua orang yang selalu hiperaktif di manapun dan kapanpun ini terus menanyakan hal yang sama pada orang-orang yang ada di lokasi syuting hari ini, mulai dari stylist, coordi, kameramen, penata lighting, penulis naskah, dan sekarang: sutradara. Rasanya aku ingin menenggelamkan diriku. Iya aku senang banyak orang yang mengucapkan selamat di hari ulang tahunku, tapi bukan begini juga caranya.

Aku hanya meringis sambil mengusap leher dengan canggung, lalu bersikap sopan menerima jabatan tangan sutradara. Beliau mengucapkan selamat ulang tahun disertai doa untuk kesuksesanku dan juga Seventeen. Senyumnya yang hangat dan tepukan penyemangat yang ia berikan di bahuku membuatku tiba-tiba teringat dengan ayah.

"Kamsahamnida, kamdoknim." Aku tersenyum lalu membungkuk sembilan puluh derajat. Setelah berpesan bahwa syuting akan dimulai sepuluh menit lagi, sutradara pergi dengan gulungan kertas di tangan menghampiri para kru yang tengah berkumpul mengelilingi meja panjang di pojok ruangan.

"Woah, aku juga mau diberi ucapan selamat dari kamdoknim. Itu merupakan suatu kehormatan." DK menampilkan cengirannya. Entah ia sungguh-sungguh dengan perkataannya atau hanya sekedar untuk mengejekku.

"Oke, nanti ketika hari ulang tahunmu aku akan mempromosikannya. Kalau perlu kubuat brosur juga untuk ditempel di dinding dan dibagikan ke orang-orang," ucapku yang langsung dihadiahi tepuk tangan heboh oleh Hoshi, bahkan tawa lelaki itu bergema nyaring.

DK memiringkan kepalanya, nampak keberatan dengan ideku. "Ide bagus, Hyung. Tapi kurasa tidak perlu pakai brosur segala. Kita harus hemat kertas."

Aku tersenyum miring sambil berjalan mundur-berniat ke luar ruangan mencari udara segar. "Aku akan tetap merealisasikan ideku. Mingyu pasti dengan senang hati membuat desain brosurnya."

Baru saja selesai dengan ucapanku, sosok yang namanya tadi kusebut datang menghampiri. Sepertinya ia baru saja selesai di make up terlihat dari tatanan rambutnya yang naik menampakkan dahinya.

"Hyung!"

Aku menoleh. Mingyu ikut melangkah di sampingku dengan senyum terulas di bibirnya.

"Ada seseorang yang menitipkan ucapan selamat ulang tahun untukmu padaku."

"Nugu?" Alisku terangkat menanti jawabannya. (Siapa?)

Bertepatan dengan cahaya matahari pagi menyambut setibanya kami di luar ruangan, Mingyu menjawab, "Siyeon. Dia bilang: tolong sampaikan selamat ulang tahun dariku untuk Jeonghan Oppa!"

Aku sempat tertegun sejenak. Namun menyadari Mingyu berucap penuh semangat seolah ingin menunjukkan bagaimana ekspresi dan nada bicara Siyeon ketika mengucapkan hal itu, aku pun terkekeh.

"Kalau begitu, bilang pada Siyeon aku sudah menerima ucapannya dan juga sampaikan terima kasihku," balasku akhirnya.

"Arasseo. Tapi nanti ya, Hyung, ponselku kutinggal di dalam." Jempol Mingyu bergerak menunjuk gedung di belakang kami. Aku hanya mengangguk mengiyakan. (Baiklah)

Setelah itu hening. Baik aku ataupun Mingyu sama-sama mengedarkan pandangan ke sekeliling, menikmati pemandangan alami yang tersaji di sini. Beberapa puluh meter di depan sana terhampar perkebunan teh yang menghasilkan warna hijau yang sejuk untuk dilihat.

Kami kompak menoleh ketika dari kejauhan terdengar suara yang mengatakan bahwa syuting akan segera dimulai dan waktunya briefing. Ternyata berasal dari salah satu kru yang memegang pengeras suara di tangannya. Sesuai intruksinya, seluruh member baik yang berada di dalam maupun di luar ruangan segera berkumpul di satu titik.

Tak mau menyia-nyiakan tenaga seperti Mingyu yang langsung berlari, aku memilih berjalan dengan tenang sambil menghirup oksigen dari pepohonan di sekitarku. Kemungkinan syuting akan berlangsung hingga sore hari, jadi aku sengaja menghemat energiku agar tidak cepat terkuras.

Dalam perjalanan yang tak sampai 10 meter itu, ucapan Mingyu tadi terngiang di otakku.

Siyeon, ya?

Meski sudah berusaha tetap berekspresi normal, faktanya kini kurasakan kedua sudut bibirku tertarik begitu saja. Aku menunduk, menyembunyikan senyum tipisku yang mungkin akan mengundang tanda tanya jika para member melihat.

Tidak. Aku tersenyum bukan karena Siyeon, tapi karena cuaca hari ini yang begitu bagus.






Usai syuting, kami langsung bertolak ke sebuah restoran Jepang untuk makan malam sekaligus sebagai bentuk perayaan ulang tahunku. Tak hanya kami bertiga belas, Manajer Hyung dan beberapa staff agensi lainnya juga ikut bergabung.

Sambil menunggu pesanan kami tiba, aku membunuh waktu dengan bermain ponsel. Notifikasi datang bertubi-tubi ketika sambungan data kuaktifkan. Aplikasi chat-ku dibanjiri ratusan pesan dari keluarga maupun teman-temanku. Hampir semuanya menuliskan hal yang sama: ucapan selamat serta doa dan harapan di hari ulang tahunku. Sepertinya di dorm nanti aku akan sibuk karena harus membalas satu persatu chat yang mereka kirimkan. Sekarang aku harus mengisi energiku dulu.

Aku baru saja berniat menyimpan ponselku ketika notifikasi pertanda chat masuk terdengar lagi.

Detik itu juga mataku melebar, menemukan satu pesan baru dari kontak yang entah sudah berapa bulan lamanya tak pernah menghiasi notifikasiku.

Dari Siyeon.

Benar, Jeon Siyeon yang itu. Pacar Mingyu. Memang siapa lagi Siyeon yang kukenal selain dia.

Setelah membaca chat-nya yang berisi ucapan selamat ulang tahun untukku—padahal ia sudah menitipkannya pada Mingyu dan Mingyu pun sudah menyampaikannya padaku—aku refleks mengangkat kepala dari ponsel. Pandanganku terarah pada Mingyu yang duduk di ujung meja membentuk sudut diagonal dengan posisi dudukku saat ini. Lelaki itu nampak asyik mengobrol dan bercanda dengan member di sekitarnya. Tak masalah 'kan jika aku membalas chat Siyeon?

Karena aku sudah terlanjur membacanya maka tidak etis jika aku tidak memberikan balasan. Berawal dari pemikiran itu, akhirnya jariku bergerak mengetik kata demi kata hingga tombol send kusentuh.

Semua mengalir begitu saja. Chat di antara kami terus berlanjut dan aku seolah memiliki duniaku sendiri. Meski sesekali ikut menimpali obrolan yang tengah berlangsung di sekitarku, tapi sesungguhnya fokusku tertuju pada ponsel dalam genggaman.

Bunyi notifikasi yang kunanti terdengar. Aku menunda untuk mengeceknya karena hidangan yang kami pesan mulai disajikan satu persatu di atas meja. Demi apapun, saat ini aku sungguh lapar dan makanan-makanan yang baru saja tiba ini begitu menggugah selera. Alhasil, setelah beberapa suapan barulah aku meraih ponselku.

Aku menarik turun bar notification. Terlihat di sana ada dua pesan baru dari Siyeon. Pesan pertama sepertinya cukup panjang sehingga tak diperlihatkan seluruhnya di bar notification, sementara pesan kedua bisa langsung kubaca tanpa harus menuju ke aplikasi chat.

JeonSiyeon : See u in the concert, Oppa!🙋

Aku refleks tersenyum. Syukurnya tersamarkan karena saat ini aku tengah mengunyah.

See you too, honey.

Itulah yang seketika terlintas di benakku. Namun detik itu juga aku tersadar. Senyum langsung luntur dari bibirku.

Ini tidak benar. Aku tak boleh melangkah terlalu jauh melewati batasanku.

Aku pun menghentikan gerak jariku yang hendak menyentuh notifikasi chat itu, memutuskan menggesernya ke samping hingga eksistensinya menghilang dari bar notification, lalu menonaktifkan ponselku segera tanpa memberikan balasan untuk chat yang Siyeon kirimkan.

Cukup sampai di sini. Aku tidak ingin komunikasi di antara kami terus berlanjut. Aku takut tidak bisa menghentikannya jika kami terus berbalas pesan seperti tadi. Aku takut tidak bisa mengontrol perasaanku. Aku takut ... aku akan goyah dan kembali jatuh padanya.

Menyimpan ponselku di saku jaket yang terdalam, aku pun menyibukkan diri dengan terus melahap hidangan yang tersaji di hadapanku. Aku terus makan dan makan, berusaha mengalihkan pikiranku darinya.

Sungguh. Aku tidak tahu jika satu chat dari seorang Jeon Siyeon bisa memberikan efek sebesar ini padaku.

- TBC -

gaesss jangan lupa mampir dan ramein yaa! siapa tau ada yg suka baca ff lokal. vote, comment, terus masukin library yapss♥♥♥

Continue Reading

You'll Also Like

853K 38K 97
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
90.9K 6.8K 47
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
63.8K 3.4K 19
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...
54.3K 5K 31
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...