Régalien Wedding [ ON HOLD ]

By BlackLunalite

185K 28.4K 3.9K

Kim Seokjin adalah Pangeran dari kerajaan Lazurite. Namun dia adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Walaup... More

Part 1: The Prince Proposal
Lazurite Kingdom
Part 2: Accepted
Part 3: Duel
Part 4: Engaged
Part 5: Engagement Party
Part 6: Fiancé
Part 8: Wedding Day
Part 9: Husbands
Part 10: The Reason
Part 11: Boldness
Part 12: Protectiveness
Part 13: The Square
Part 14: Stalker
Part 15: The Plan
Part 16: Blu Island
Part 17: The Letter
Part 18: Back Home
Part 19: Touchy

Part 7: Days Before The Wedding

9K 1.6K 130
By BlackLunalite

Namjoon menghela napas pelan seraya memutus panggilan telepon yang sebelumnya tersambung ke ibunya. Hari pernikahan yang semakin dekat membuat Namjoon harus mengutamakan persiapan untuk tradisi dan berbagai persiapan lainnya sebelum hari pernikahannya benar-benar tiba.

Kerajaan Lazurite tidak memiliki terlalu banyak tradisi pernikahan yang merepotkan, namun karena ini adalah pernikahan dalam lingkungan keluarga utama kerajaan, tentunya akan disambut berbeda.

Setelah upacara pernikahan di istana yang dilaksanakan secara tertutup, pasangan baru itu diharuskan untuk mengunjungi pulau-pulau di kerajaan Lazurite karena tiap warga asli pulau sudah menyiapkan sebuah pesta kecil untuk mereka.

Namjoon lahir di Pulau Blu, dan tentunya pesta untuk merayakan pernikahannya akan diadakan secara meriah di Pulau Blu. Namjoon sudah cukup lama tidak pulang ke Blu karena hari liburnya sebagai Jenderal tidak lama.

Biasanya Namjoon hanya akan pulang di hari-hari besar dan juga saat merayakan tahun baru. Ayah dan ibunya sepertinya sangat senang dan bangga mengetahui anak mereka akan menjadi anggota keluarga kerajaan, dan Namjoon tentunya tidak akan merusak kebahagiaan itu dengan mengatakan bahwa pernikahan ini terjadi hanya karena Pangeran Seokjin memintanya.

Namjoon menunduk menatap layar ponselnya, ibunya menelepon untuk memastikan kepulangan Namjoon ke Blu besok untuk melakukan persiapan sebelum pernikahan.

Berdasarkan tradisi keluarga kerajaan, calon anggota keluarga kerajaan yang baru harus menghabiskan waktu minimal tiga hari di tempat kelahirannya sebelum kemudian melangsungkan pernikahan di wilayah kerajaan utama.

Namjoon rasa seisi pulau kecil tempatnya lahir itu pastinya telah menyiapkan banyak hal untuk menyambut pernikahan Namjoon dan Pangeran Seokjin. Namjoon menghela napas lagi, kesibukannya belakangan ini benar-benar membuat Namjoon tidak berpikir panjang mengenai upacara pernikahannya.

Walaupun Namjoon rasa dia masih agak ragu dengan bagaimana kehidupan pernikahannya akan berjalan, namun dia akan berusaha untuk tampil sebagai suami yang baik di depan semua orang dan memastikan Pangeran Seokjin akan terlindungi dengan baik.

Namjoon sudah belajar sangat banyak mengenai tradisi dan pesta-pesta yang akan dilaksanakan setelah hari pernikahan. Ada banyak hal yang harus dilakukan Namjoon sejak sebelum dan sesudah upacara pernikahan, ada beberapa dari tradisi itu yang membuat Namjoon mengernyit karena dia tidak berpikir dia akan bisa melakukannya.

Pandangan Namjoon melirik ke arah mejanya yang dipenuhi tumpukan berkas dan dokumen. Namjoon berniat untuk menyelesaikan pekerjaannya sebanyak mungkin sebelum mengambil cuti untuk mengurus pernikahannya dan juga pesta-pesta setelah pernikahan.

Beberapa dokumen hanya membahas mengenai militer istana, tapi ada juga laporan mengenai tim keamanan yang akan disiapkan selama upacara pernikahan dan juga tim pengawalan khusus yang disiapkan untuk mengawal Namjoon dan Pangeran Seokjin saat berkunjung ke pulau-pulau setelah pernikahan.

Namun di antara semua dokumen itu, ada satu berkas yang membuat Namjoon benar-benar memikirkannya, itu adalah berkas laporan terkait death threats yang diterima Pangeran Seokjin dan dikirimkan oleh ketua pasukan khusus yang diminta oleh Namjoon sebelumnya.

Beberapa death threats terlihat seperti ujaran kebencian biasa, Namjoon masih bisa mengabaikan hal tersebut, namun ada juga beberapa death threats serta ujaran kebencian yang sepertinya mengarah pada Pangeran Seokjin secara personal.

Jika mereka hanya mengatakan bahwa mereka membenci Pangeran Seokjin dan ingin dia mundur dari jabatannya sebagai pangeran, semua pangeran di kerajaan ini menerima hal itu, namun ada beberapa ujaran kebencian yang mengarah pada bidang personal seperti tentang dia yang melihat Pangeran Seokjin dan bagaimana dia mengatakan bahwa dia ingin mencekik Pangeran Seokjin saat berjalan di luar untuk jadwalnya.

Itu membuat Namjoon mengerutkan dahinya, bahasa yang digunakan sangat sopan namun disaat bersamaan juga jelas tidak bisa dianggap sebagai ungkapan khayalan yang rapi.

Namjoon bergerak untuk duduk di kursinya sementara tangannya bergerak meraih kertas berisi hasil print-out dari beberapa ancaman yang 'mendayu' itu.

'My dear Prince Seokjin, you look beautiful today.
I saw you, stands out against the crowds, your skin was shining, and you smells sweet.
I wonder if your blood smells sweet too.'

Sebenarnya ini bisa saja masuk kategori sebagai ancaman dari penggemar yang terlalu obsesif, namun melihat dari banyaknya jumlah yang dikirimkan dan bagaimana intensnya 'rayuan' dalam email-email yang dikirimkan langsung ke kerajaan, Namjoon bisa menduga orang ini serius.

Tidak heran tim khususnya menarik semua email ini sebelum dilihat oleh pihak yang mengurus email untuk para pangeran di kerajaan.

Sebenarnya jika ini ulah penggemar yang memiliki rasa obsesi yang mengerikan, Namjoon hanya perlu meningkatkan satuan pengamanan yang mengawal Pangeran Seokjin saat dia memiliki jadwal di luar istana, hanya saja ada beberapa email yang membahas mengenai bagaimana dia melihat Seokjin di pesta.

Warga sipil biasa tidak akan mungkin berada di pesta yang dihadiri anggota keluarga kerajaan.

Terlebih lagi Pangeran Seokjin bukan pangeran pertama, urusan publiknya lebih sedikit dibandingkan Pangeran Sejong, pesta yang dihadirinya hanya bersifat pesta kenegaraan dan juga rapat-rapat terkait ekonomi.

Tidak mungkin ada warga sipil biasa di sana.

Namun sosok itu selalu mengatakan bahwa dia berada dekat dengan Pangeran Seokjin. Sebuah hal yang sangat tidak mungkin dilakukan oleh warga sipil biasa.

Jadi.. siapa orang ini?

.
.
.

Koridor istana terlihat berbeda hari ini, dekorasi awal untuk pesta pernikahan Pangeran Seokjin dan Jenderal Namjoon sudah mulai dipersiapkan sehingga ada banyak orang yang mulai memadati koridor untuk mempersiapkan pernikahan itu.

Bagian istana tengah menjadi salah satu bagian yang sibuk, beberapa pelayan kerajaan terlihat sibuk membersihkan ballroom di istana, mereka menggosok lantai, mengganti tirai, memoles tiap patung perak serta ornamen mewah di dalam ballroom dan juga menyiapkan vas-vas bunga berukuran besar untuk diisi dengan bunga-bunga segar.

Yoongi menggeleng pelan melihat betapa sibuknya istana ketika salah satu anggota keluarga kerajaan akan menikah. Tentunya hal ini juga berimbas pada pekerjaan Yoongi yang semakin banyak, dia harus memantau setiap ucapan selamat dan juga kado pernikahan yang dikirimkan pada Pangeran Seokjin.

Pelayan pribadi dan pelayan-pelayan Pangeran Seokjin yang lainnya juga terlihat kewalahan karena mereka harus mengurus pakaian, tata rias, dan lain sebagainya.

Yoongi juga mendengar kabar bahwa Jenderal Namjoon sudah mendapatkan pelayan pribadinya karena dia sudah menjadi tunangan Pangeran Seokjin, namun sepertinya pelayan pribadi Jenderal Namjoon tidak kewalahan seperti pelayan pribadi Pangeran Seokjin karena jenderal satu itu tidak berkomentar banyak terkait pakaian yang akan dikenakannya pada hari pernikahan.

Beberapa staff rumah tangga istana yang berpapasan dengan Yoongi mengucapkan salam padanya dan biasanya mereka akan membicarakan mengenai beberapa hal yang perlu mendapatkan konfirmasi dari Pangeran Seokjin, dan sebagai penasihatnya, Yoongi harus memastikan semua hal itu mendapat konfirmasi pasti dari Pangeran Seokjin.

Yoongi menghela napas pelan, dulu ketika Pangeran Sejong menikah, Yoongi meledek Penasihat Lee yang sibuk ke sana-sini untuk mengurus pernikahan Pangeran Sejong, namun sekarang Yoongi justru jauh lebih sibuk karena Pangeran Seokjin jauh lebih pemilih daripada Pangeran Sejong dan Pangeran Seokjin juga lebih suka melakukan segalanya sesuai kemauannya sendiri hingga membuat Yoongi pusing.

Kaki Yoongi berhenti melangkah saat dia sudah tiba di depan pintu ruang belajar Pangeran Seokjin. Dia mengetuknya pelan sebelum kemudian membuka pintu dan melangkah masuk. "Yang Mulia," Yoongi menyapa seraya berjalan masuk dan setelahnya dia terhenti.

Pangeran Seokjin sedang duduk di kursinya, kepalanya sedikit menunduk dan dia terlihat sedang menatap ponsel di tangannya dengan raut wajah begitu serius. Dahi Yoongi berkerut melihat wajah pangeran itu yang memucat dan bagaimana eratnya dia menggenggam ponselnya.

Yoongi melangkah maju hingga dia semakin dekat dengan meja Pangeran Seokjin. "Pangeran Seokjin?" panggil Yoongi lagi.

Pangeran Seokjin masih tidak bereaksi dan dengan jarak yang semakin menipis, Yoongi bisa melihat bahwa tangan Pangeran Seokjin yang mencengkram ponselnya terlihat gemetar. "Yang Mulia?"

Pangeran Seokjin sepertinya baru menyadari kehadiran Yoongi. Dia tersentak kaget dan ponselnya terlepas dari genggaman, benda tipis itu jatuh di atas meja dengan suara agak keras dan Pangeran Seokjin menyambarnya dengan terburu-buru.

Pangeran Seokjin berdeham pelan, "A-ada apa, Yoongi?" bisiknya agak serak.

Yoongi mengerutkan dahinya, "Apa ada sesuatu yang mengganggu anda, Yang Mulia? Apa ada masalah?"

Pangeran Seokjin mendongak untuk menatap Yoongi, "Uhm? Masalah?" Pangeran Seokjin tersenyum, "Tidak.. tidak ada." Dia mengalihkan pandangannya dari Yoongi, "Aku hanya.." Pangeran Seokjin terlihat mencari kata-kata untuk diucapkan. "..membaca artikel terkait berita pernikahanku."

"Apa ada masalah dalam artikelnya, Yang Mulia? Perlukah kami menariknya?"

Pangeran Seokjin terlihat agak panik karena tanggapan Yoongi, dia menggeleng keras, "Tidak, tidak ada yang salah. Semua artikel itu ditulis dengan baik."

'Lantas, kenapa anda pucat seperti itu?' Yoongi ingin sekali menanyakan itu namun sepertinya Pangeran Seokjin tidak ingin mengatakan apapun, sebaliknya, dia justru menghindari tatapan Yoongi.

"Uh.. ada apa, Yoongi? Ada sesuatu yang ingin kau bicarakan denganku?"

Yoongi mengerjap pelan, "Apa? Ah, ya!" Yoongi berdeham, "Dekorasi awal untuk acara pernikahan sudah mulai dipasang, besok beberapa pelayan akan mulai mempersiapkan kamar anda dan juga ruang rias anda di kamar untuk menyimpan pakaian dan perlengkapan pribadi milik Jenderal Namjoon."

Pangeran Seokjin mengerutkan dahinya, "Huh?"

Yoongi terhenti, dia menatap pangeran yang sudah dilayaninya sejak lebih dari sepuluh tahun lalu itu. "Ya, Yang Mulia, para pelayan harus menyiapkan ruang untuk barang-barang Jenderal Namjoon di kamar anda. Tentunya yang bisa kami persiapkan hanya barang-barang yang telah disetujui oleh Jenderal Namjoon, ada beberapa barang yang dilarang untuk kami sentuh oleh Jenderal Namjoon."

"Oh? Apa itu?"

"Salah satunya adalah senjata milik Jenderal Namjoon, hal lainnya adalah isi brankas Jenderal Namjoon yang ada di kamarnya."

"Itu semua akan dipindahkan ke kamarku?"

"Ya, Yang Mulia. Tentu saja."

Yoongi mengerutkan dahinya, dia merasa agak bingung karena harus menjelaskan terkait urusan perpindahan barang-barang Jenderal Namjoon ke kamar Pangeran Seokjin, tentunya pangeran ini tidak lupa bahwa setelah menikah maka Jenderal Namjoon akan tinggal di bangunan utama istana dan menempati kamarnya, bukan?

"Oke, baiklah." Pangeran Seokjin menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. "Tentunya kalian harus mengurus barang-barangnya." Dia mendongak menatap Yoongi, "Tapi.. apa ruangan itu cukup? Ruangan itu sudah cukup penuh dengan barang-barangku."

"Para pelayan akan menemukan caranya, Yang Mulia. Mereka sangat mengerti tentang hal ini."

Pangeran Seokjin mengangguk lagi, "Ya, tentu saja.." Dia terdiam sebentar sebelum kemudian kembali menatap Yoongi, "Dimana Jenderal Namjoon sekarang?"

"Saya yakin Jenderal Namjoon masih berada di istana karena jadwal keberangkatannya ke Pulau Blu adalah besok pagi."

"Dia akan pergi?"

"Ya, Yang Mulia. Berdasarkan tradisi kerajaan, calon anggota baru keluarga kerajaan harus menghabiskan waktunya di tanah kelahirannya minimal tiga hari sebelum pernikahan."

Pangeran Seokjin mengangguk pelan-pelan, dia terdiam beberapa saat kemudian dia berdiri.

"Yang Mulia?"

Pangeran Seokjin menggigit bibirnya, "Aku harus pergi sebentar." Dia melirik berkas di tangan Yoongi, "Tolong letakkan semua itu di mejaku, aku akan segera memeriksanya." ujar Pangeran Seokjin sebelum kemudian dia melesat keluar dari ruang belajarnya, meninggalkan Yoongi yang menghela napas pelan karena lagi-lagi Pangeran Seokjin bertindak sesukanya.

.
.
.

Namjoon dijadwalkan untuk pulang ke Pulau Blu di pagi hari setelah sarapan, dia sudah selesai membereskan barang-barang yang akan dibawanya ke Blu dan pelayan pribadinya, Minsoo, membantunya berkemas dengan sangat baik.

Namjoon bergidik pelan mengingat fakta bahwa sekarang dia telah memiliki pelayan pribadi, tentunya satu pelayan pribadi tidak sebanding dengan para pelayan yang berjejer melayani tiap kebutuhan anggota keluarga kerajaan, untungnya Namjoon berhasil membuat kesepakatan dengan pihak rumah tangga istana dan membuatnya hanya memiliki satu pelayan pribadi.

Dia tidak biasa dilayani seperti itu karena sejak awal dia tiba di istana, dia sudah mendapatkan pendidikan dan pelatihan keras karena dia masuk ke sini untuk mengisi posisi di bidang militer. Dilayani oleh seorang pelayan jelas tidak ada di sana. 

Namjoon menghela napas pelan, dia menggeleng kecil sebelum kembali menunduk membaca barisan kalimat berisi protokol keluarga kerajaan. Pengajarnya sangat senang dengan pemahaman cepat Namjoon dan karena itu dia membiarkan Namjoon belajar sendiri namun tetap mengingatkan Namjoon untuk segera menghubunginya kapanpun Namjoon memiliki kesulitan dalam memahami protokol keluarga kerajaan.

Hari mulai beranjak sore dan langit mulai berubah warna menjadi kemerahan. Namjoon duduk di atas pagar pendek yang membatasi koridor istana dan halaman luar yang mengarah ke bagian militer, punggungnya bersandar ke pilar istana dengan nyaman.

Namjoon selalu duduk di sini ketika dia tidak memiliki jadwal kegiatan di sore hari. Tempat ini adalah posisi terbaik untuk melihat matahari senja, dan salah satu dari tempat-tempat terbaik di wilayah istana yang selalu dikunjungi Namjoon ketika dia ingin sendirian.

Suasana koridor yang sepi dan jarang dilewati orang selain mereka yang ingin pergi ke bagian militer membuat tempat ini menjadi tempat terbaik untuk Namjoon.

Namjoon masih memandangi matahari senja ketika dia mendengar suara langkah di koridor, Namjoon menoleh ke arah koridor dan melihat Pangeran Seokjin berdiri di sana dengan seorang pengawal di belakangnya. Namjoon memperhatikan saat Pangeran Seokjin terlihat mengucapkan sesuatu pada pengawalnya, pengawalnya mengangguk dan berjalan ke sisi koridor sementara Pangeran Seokjin berbalik dan berjalan ke arahnya, Namjoon segera berdiri dari posisinya. 

"Aku mencarimu, Jenderal." ujar Pangeran Seokjin seraya tersenyum kecil. Dia menuding pagar pendek yang tadi diduduki Namjoon, "Kenapa berdiri? Ayo duduk lagi." Dia segera duduk di atas pagar sementara Namjoon dengan hati-hati duduk di hadapannya.

"Saya rasa seorang pangeran tidak pantas untuk duduk di atas pagar, Yang Mulia." Namjoon menoleh ke arah koridor yang mengarah menuju istana, "Bagaimana jika kita duduk di dalam istana saja?"

Pangeran Seokjin tertawa, "Aku sering duduk di lantai, jangan terlalu kaku seperti itu, Jenderal. Aku tidak masalah duduk di pagar seperti ini." Pangeran Seokjin menepuk-nepuk pagar pendek yang didudukinya, "Lagipula, ini terbuat dari marmer, cukup mewah untuk diduduki."

Namjoon mengangguk pelan, "Apa ada yang ingin anda bicarakan sehingga anda mencari saya, Yang Mulia?"

Pangeran Seokjin mengangguk, "Ya, tapi sebelum itu, kurasa ada sesuatu yang harus kita ubah."

"Apa itu?"

"Berhenti memanggilku dengan gelar." Pangeran Seokjin menatap Namjoon, "Jika kita sedang berbicara dengan kasual seperti ini, kau bisa memanggilku dengan 'Seokjin', dan aku akan berhenti memanggilmu dengan 'Jenderal'."

"Saya tidak.."

"Dan berhenti menggunakan bahasa yang terlalu formal." Seokjin mengeluh pelan, "Kau harus ingat bahwa kau tunanganku, Jend-" Seokjin terhenti, "Maksudku, Namjoon.." ujarnya lagi seraya menekankan suaranya di nama Namjoon. "Lidahku pegal jika harus terus memanggilmu dengan gelar, dan kau akan menjadi seseorang yang paling dekat denganku setelah pernikahan, bisa kau bayangkan betapa pegalnya lidahku di masa depan? Jadi, tidak, berhenti memanggilku dengan gelar dan aku juga akan berhenti memanggilmu dengan gelar."

Namjoon tersenyum tipis, "Baiklah.. Seokjin."

Seokjin tersentak kecil, dia berdeham keras dan kembali menatap Namjoon. "Kau sedang apa?"

"Saya sedang.." Namjoon terhenti saat melihat tatapan tajam Seokjin. "Maksudku, aku sedang belajar terkait protokol keluarga kerajaan, Seokjin."

Seokjin tersenyum puas karena Namjoon tidak lagi terlalu formal padanya. "Ah, buku protokol keluarga kerajaan ya? Pengajar istana yang dulu ditugaskan untuk mengajarku sangat menyeramkan hingga rasanya aku ingin mengunyah semua buku-buku itu agar dia menyerah terhadapku."

Namjoon tidak bisa menahan senyumnya, "Benarkah?"

Seokjin mengangguk, "Kurasa jika dia bisa, dia pasti melemparku ke kolam ikan di taman kerajaan. Tapi karena didikannya yang tegas, aku sangat mengingat tiap protokol dan kurasa aku hampir menerapkan semuanya tanpa cela."

Namjoon mengangguk pelan, "Aku bisa melihat itu."

"Kudengar kau akan pulang ke Blu?"

Namjoon mengangguk lagi, "Besok pagi, aku akan berangkat dengan kapal dari dermaga setelah sarapan."

Seokjin mengangguk-angguk pelan, "Apa kau senang karena kau akan pulang?"

Namjoon tersenyum tipis, "Ya, aku senang. Hanya saja aku tidak bisa membayangkan seperti apa mereka akan menyambutku karena aku akan menikah. Beberapa temanku di Blu sudah mengirim pesan bahwa mereka akan mengadakan bachelor party untukku."

Seokjin mengerjap, "Bachelor party?" Seokjin selalu mendapatkan pendidikan di dalam lingkungan istana, namun Seokjin pernah mendapat pendidikan dari luar istana saat mengikuti pertukaran pelajar di tahun ketiganya kuliah. Seokjin pernah menghadiri bachelor party salah satu kakak dari teman kuliahnya dan Seokjin merasa seperti melihat sebuah bentuk dunia baru di pesta itu.

"Apa.. apa.. pesta itu akan.." Seokjin kehilangan kata-katanya, dia terlalu malu untuk menanyakan apakah pesta itu akan seperti pesta yang dihadirinya waktu itu.

"Hmm?"

Seokjin menggeleng keras, "Lupakan!" serunya. Dia menghela napas, "Ah, bagaimana pelayan pribadimu?"

Namjoon mengerutkan dahinya, "Aku tidak terbiasa dilayani seperti itu, tapi Minsoo sangat baik."

Seokjin tersenyum, "Kau harus mulai membiasakan dirimu. Jika kau sudah menjadi anggota keluarga kerajaan, kau tidak akan bisa duduk diam dan menyisir rambutmu sendiri, para pelayan akan melakukannya."

Namjoon mengerutkan dahinya, "Aku akan mengatakan pada Minsoo untuk membiarkanku menyisir rambutku sendiri."

Seokjin tertawa, dia menutup mulutnya dengan sebelah tangan dan ketika tawanya berhenti, dia kembali menatap Namjoon. "Ah, barang-barangmu akan mulai dipindahkan ke wilayah kediaman keluarga kerajaan. Dan Yoongi menyebutkan sesuatu tentang brankas? Kau memiliki satu?"

"Tiga. Satu di kamarku, satu di ruang kerjaku yang ada di istana, dan satu di Onix Quarters."

"Kenapa kau memiliki brankas sebanyak itu?" Seokjin mengerutkan dahinya, "Aku saja tidak punya tiga brankas."

"Isinya berbeda, tapi selalu ada dokumen rahasia militer di sana. Ada banyak hal yang hanya diketahui pasti oleh Yang Mulia Raja dan Jenderal."

Seokjin mengangguk pelan, dia menunduk seraya tersenyum kecil. 'Aku tahu itu.'

"Hari semakin sore, Seokjin. Kurasa sebaiknya kau kembali ke dalam istana." Namjoon melirik langit dan matahari sudah hampir tenggelam seutuhnya.

Seokjin menoleh memperhatikan langit, "Kau benar." Dia berdiri sementara Namjoon juga ikut berdiri. Seokjin mengangkat pandangannya untuk menatap Namjoon, "Karena besok kau akan pergi ke Blu, kurasa ini adalah hari terakhir aku melihatmu sebelum upacara pernikahan."

"Ya, kurasa begitu."

"Aku ingin mengucapkan terima kasih padamu." Seokjin tersenyum, "Terima kasih karena bersedia menyelamatkanku dengan setuju pada pernikahan ini." Dia mengangkat bahunya, "Aku tahu ini sangat egois dan semena-mena, tapi terima kasih karena sudah setuju."

"Ya, Seokjin."

"Oke, jadi.." Seokjin menatap Namjoon, "Sampai bertemu di upacara pernikahan?"

Namjoon mengangguk, "Ya, sampai bertemu di sana."

"Aku akan mengenakan tuksedo putih." Seokjin tertawa, "Tapi kurasa kau sudah tahu itu." Seokjin tersenyum kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan Namjoon yang berdiri di koridor, mengawasi Seokjin dan pengawalnya kembali ke dalam istana hingga dia tidak lagi terlihat di pandangan Namjoon.

Namjoon menghela napas pelan, tidak mengerti kenapa seseorang seperti Seokjin harus memiliki masalah dengan seseorang yang sepertinya terobsesi padanya.

To Be Continued

.
.

Part selanjutnya itu pernikahan mereka, alasan kenapa Seokjin ngotot mau nikah sama Namjoon akan ada setelah pernikahan mereka.

Oke, penjelasan terkait tradisi pernikahan di kerajaan Lazurite.

Calon anggota keluarga kerajaan yang baru harus pulang ke rumahnya dan menetap di tanah kelahirannya minimal tiga hari sebelum menikah, istilah lokalnya, 'dipingit'.
Anggota keluarga kerajaan yang akan menikah juga melakukan hal yang sama, dilarang untuk bekerja dan diminta untuk menetap di kediaman pribadi anggota keluarga kerajaan.

Setelah upacara pernikahan tertutup di istana, pasangan baru di keluarga kerajaan harus pergi mengunjungi pulau-pulau di wilayah kerajaan yaitu pulau Lazuli, dan kepulauan Bijoux, nah warga tiap pulau akan membuat pesta untuk merayakan pernikahan pasangan baru tersebut.

Kurang lebih seperti ini~

Continue Reading

You'll Also Like

430K 34.5K 65
"ketika perjalanan berlayar mencari perhentian yang tepat telah menemukan dermaga tempatnya berlabuh💫"
42.8K 4K 41
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
390K 4.2K 84
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
308K 25.7K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...