Tell Me Why ▪ Park Jihoon

By arin-a

2.7K 596 140

Semuanya terjadi terlalu cepat, sampai-sampai seorang Park Jihoon tidak dapat menghindar lagi. Dirinya dipili... More

•Prolog & Cast•
01 • First Meet, Isn't?
02 • Please, Save It
03 • Have Been Chosen
04 • Crazy Thing Called 'Cooperation'
05 • Rendezvous
06 • How Can I?
07 • Special Request
08 • Who is She?
09 • The Special Day
10 • Moving
11 • Heol
12 • Get Closer
13 • No Regret
14 • What is it?
15 • Thank You
16 • Present
17 • Last Forever?
18 • Go Public
19 • How to Protect Her
21 • The Cure
22 • Something Goes Wrong
23 • Promise
24 • I'm Fine
25 • ToGetHer?
26 • At least, Try
27 • Nighty Night
28 • Somewhere in Between
29 • About You
30 • Quotes & Mith
31 • Br(OK)en Kiss

20 • Fight

72 14 0
By arin-a

Langkah Sera perlahan tertahan seiring netranya melebar ketika menangkap sosok gadis cantik berambut sebahu berdiri di lobby utama apartemen ini. Ia mengurungkan niat untuk langsung menuju lift ketika gadis itu berbalik menghadapnya lalu tersenyum ketika pandangan mereka bertumbukan.

"Jiyeon sunbaenim," gumam Sera, nyaris tak terdengar.

Ia semakin terpaku ketika gadis itu berjalan mendekat, masih menampilkan raut ramah. "Annyeonghaseyo, Sera-ssi!" Masih belum memutuskan kontak mata, Jiyeon mengulurkan tangannya percaya diri. "Shin Jiyeon. Barangkali kau belum tahu siapa aku."

Sera terkesiap. Ia berusaha menetralkan ekspresinya sendiri dan membalas senyuman manis gadis di hadapannya ini seraya menjabat tangannya. "Aku sudah tahu." Setelah berhasil menguasai atmosfer yang tercipta, Sera tak ragu lagi mengutarakan pertanyaan yang paling mengganggu pikirannya. "Apa kau mencari Jihoon oppa? Hm, ahㅡsayangnya ... dia baru saja pergi. Mungkin belum jauh, apa perluㅡ"

"Sera-ssi. Aku ingin berbicara denganmu," potong Jiyeon yang membuat perhatian Sera kembali tersita sepenuhnya padanyaㅡsetelah tatapan gadis itu sempat menyisir ulang jalanan arah Jihoon pergi.

Kini Sera menunjuk dirinya sendiri dengan pandangan tak percaya. "Aku?"

"Ya," tegas Jiyeon.

Kenapa?

Tiba-tiba aku?

Sera bergeming. Kali ini ia hanya bisa menyuarakan tanda tanya besarnya itu di dalam pikiran. Gadis itu tidak ingin menerka-nerka terlalu jauhㅡmeskipun otaknya justru dipenuhi hal-hal sebaliknyaㅡnamun, semua ini memang terlalu tiba-tiba untuknya. Jiyeon terlalu sering muncul mendadak dalam hidupnya di saat yang ia tidak pernah menyangkanya.

Menyadari gelagat Sera yang masih sibuk berpikir, Jiyeon sebenarnya bisa saja menunggu. Hanya saja, ia harus segera memastikannya dan mendapat jawaban. "Apa kau ... keberatan?"

Gadis berambut hitam itu kembali ditarik paksa sebelum tenggelam lebih jauh dalam pikirannya sendiri. Ia kembali menegakkan pandangan dan tersenyum santai. "Tidak, tentu saja tidak."

"Jadi, kau punya waktu, 'kan?"

Sera mengangguk menyambut antusiasme Jiyeon yang tercetak jelas di wajahnya. "Apa kau ingin berbicara ... sekarang juga?"

▪°▪°▪

Perlahan tangan Jihoon terkepal kuat mendengar Kangwoo kembali menyeret nama Shin Jiyeon dengan sengaja. Seolah ada emosi terpendam yang semakin mempersempit ruang kesabarannya yang hampir habis. Entah bagaimana, hanya saja ia merasa cukup alergi jika mendengar lelaki itu menyebutkan nama gadisnya.

"Ya. Aku tidak akan melepaskan Jiyeon sampai kapanpun."

Kangwoo tertawa sarkas mendengarnya. Setelah sekian lama bisa berteman cukup dekat dan akrabㅡkarena Jihoon menghargai sosok Taewooㅡakhirnya, kali ini Jihoon bisa melihat bagaimana wajah asli lelaki itu. Sisi lain yang selama ini jarang diperlihatkan dan sangat rapat disembunyikannya.

Kangwoo menyukai Jiyeon. Jihoon menyadari itu semenjak mulai kuliah, gadis itu sering bercerita mengenai kiriman karangan bunga misterius yang sering diterimanya. Di sisi lain, Jihoon mulai akrab dengan Jaesung dan Taewoo yang kemudian juga menyeretnya secara tidak langsung untuk mengenal Kangwoo.

Awalnya Jihoon tidak menyangka jika pengirim bucket bunga kesukaan Jiyeon itu adalah Jeon Kangwoo. Semuanya semakin jelas ketika Jihoon kebetulan melihat tulisan tangan Kangwoo di pesan singkat yang dikirimnya bersama salah satu karangan bunga spesial di hari ulang tahun Jiyeon. Seolah seperti garis yang dihubungkan oleh banyak titik, kesimpulan yang diperoleh Jihoon tidak meleset.

Salah satu teman dekatnya, juga menyukai gadis yang dicintainya.

Hal itulah yang juga mendasari Jihoon enggan bercerita terlalu banyak tentang Jiyeon dan mengenai kehidupan pribadinya yang lain. Ia semakin tertutup pada Jaesung dan Taewoo karena pernah tidak sengaja mendengar ketiganya berbicara mengenai rencana membantu Kangwoo mendapatkan Jiyeon.

Fakta dan kebenaran yang harganya mutlak, akan selalu terungkap tidak peduli sekeras apa ditutup-tutupiㅡhal itu tentu masih berlaku. Kangwoo, Taewoo dan Jaesung akhirnya mengetahui siapa lelaki yang telah merebut hati Jiyeon bahkan sejak mereka masih sekolahㅡPark Jihoon. Menyadari kenyataan itu, perlahan Kangwoo merasa bersalah.

Mereka tidak seharusnya bersaing karena Jihoon telah bersama Jiyeon sejak awal, ditambah Jihoon juga lebih dulu mengenal Jiyeon daripada Kangwoo. Kedudukannya pun sangat berbeda. Sejak saat itu, Kangwoo mulai berhenti mengirimi Jiyeon bucket bunga demi menghargai perasaan Jihoon. Seolah lelaki itu telah merelakan Jiyeon.

Perlahan mengalah.

Namun sepertinya, semuanya kembali berbalik setelah mendengar status baru Jihoon saat ini. Tentu saja hal itu akan dimanfaatkan sebagai kesempatan baik oleh Kangwoo. Ketika keadaan tak lagi sama dan situasi yang tidak memungkinkan. Ketika takdir berbelok.

Jihoon sudah menikah dengan seorang gadis selain Shin Jiyeon.

"Aku tidak akan bisa melepaskannya," ulang Jihoon menegaskan. Ia tidak gentar hingga tawa sumbang Kangwoo perlahan memudar.

"Astaga! Apa kau bercanda? Kau sudah memiliki istri sekarang. Bagaimana mungkin kau tidak bisa melepaskan Jiyeon?"

Darah Jihoon semakin terasa berdesir dari ujung kepala, berusaha keras menahan emosi yang siap meluap kapanpun. Ia beralih sekilas pada Jaesung di depannya yang hanya bisa bergeming dan mengawasi percakapan keduanya dengan seksama. Jaesung tentu berhasil menangkap atmosfer yang semakin panas ini, hanya saja ia tidak punya cukup andil dalam peliknya masalah antara Jihoon dan Kangwoo.

Kangwoo masih melanjutkan kalimatnya melihat Jihoon yang masih diam dengan napas memburu. "Han Sera, dia istrimu. Shin Jiyeon, gadis yang kau cintai. Apa kau pernah memikirkan bagaimana perasaan keduanyaㅡah! Atau setidaknya salah satunya saja?"

"Apa maksudmu?!" gertak Jihoon mulai dingin. Terlihat jelas dari nada bicaranya dan bagaimana mata nyalangnya itu menatap tajam pada sosok Kangwoo.

"Kau sangat egois dan serakah."

"Cukup!" bentak Jaesung tidak tahan lagi, menengahi keduanya. Ia beranjak dan berusaha menjauhkan posis keduanya. Lelaki itu sudah bisa memprediksi apa yang akan terjadi jika ia terlambat sedikit saja untuk memecah suasana ini.

"Kangwoo-ya, berhenti menguras kesabaranku, eoh? Kau sama sekali tidak tahu apa-apa dan ini semua urusanku, bukan urusanmu."

Jihoon berdiri dari kursinya setelah Jaesung menariknya agak menjauh dari posisinya semula yang bersebelahan dekat dengan Kangwoo. Lelaki itu merapikan jaketnya, berniat hendak pergi sebelum emosinya benar-benar tersulut sampai ke puncak dan meledak saat itu juga.

"Kau tidak bisa menggenggam keduanya di saat yang sama, berengsek!"

Sebelum Jihoon berbalik, jaketnya lebih dulu dicengkram oleh Kangwoo seraya melayangkan tinjunya dengan cepat tepat ke arah pipi. Refleks Jihoon membalas pukulan itu hingga pegangan Kangwoo pada jaketnya terlepas. Kejadian yang berlangsung sekejap itu tidak sempat lagi dihalau oleh Jaesung yang masih berada di dekat mereka.

Bugh!

"Sialan! Apa maumu?!" geram Jihoon yang membuat Kangwoo kembali mendaratkan kepalan tangannya hingga Jihoon hampir tersungkur.

Tidak mau kalah dan menyerah begitu saja, Jihoon juga membalasnya hingga membuat meja di sekitar kafe ikut bergeser berantakan dan kini berganti Kangwoo yang terjerembab.

"Dia tidak pantas bersamamu, bajingan!" umpat Kangwoo seraya bangkit dan menghujam Jihoon dengan pukulan lagi.

Jaesung masih berusaha keras melerai keduanya yang seimbang saling ber-duel hingga memar dan darah akibat luka pukulan langsung tergambar jelas menghiasi wajah keduanya. Sontak mereka menjadi titik perhatian utama seisi kafe akibat keributan ini, akhirnya orang-orang ikut membantu memisahkan mereka.

"Berhenti ikut campur urusanku!"

"You don't deserve her either."

Jihoon mengibaskan jaketnya yang sempat lusuh akibat pertengkaran ini. Matanya menyorot tajam ke arah Kangwoo yang kini dipegangi oleh Jaesung dan salah satu pelayan kafe. "Apa kau lupa? Aku sudah bersamanya sejak awal. Sekarang, kau pikir kau akan pantas bersamanya, huh?!" Jihoon menampilkan smirk-nya yang dingin. "Tak akan pernah aku biarkan."

Lelaki berambut ash grey itu membuang napasnya kasar. Alis sebelahnya naik melihat Kangwoo yang masih balas menyorotinya seperti singa yang siap menerkam. Jihoon berusaha melepaskan diri secara paksa dari pelayan laki-laki kafe ini yang masih memeganginya di sisi kanan dan kiri.

Jihoon mendekati wajah geram Kangwoo dari jarak satu jengkal. Mengibaskan orang-orang yang hendak menahannya lagi sampai Jaesung memberi kode agar mereka membiarkan Jihoon karena Jaesung percaya Jihoon tidak akan mulai memukul Kangwoo lagi. Ia hanya akan memberi peringatan penting.

"Apapun yang terjadi, tidak peduli siapapun wanita yang aku nikahi, aku ingin kau sadar satu hal penting," tegasnya lagi. Memberi penekanan lebih terhadap lawan bicaranya yang sorotnya telah terkunci oleh kedua netra Jihoon. "Aku hanya mencintainya dan Jiyeon juga mencintaiku, jadi dia tidak-akan-pernah bisa balas mencintaimu."

Jihoon berlalu dari tempat panas itu. Menerobos kerumunan yang mendadak tercipta, mengesampingkan rasa perih dan nyeri yang dirasakannya di sebagian besar permukaan tubuhnya. Menyisakan Kangwoo yang masih terbakar emosi dan Jaesung yang kini berpikir keras bagaimana caranya menanggung kekacauan ini. Tenaga Jihoon sudah cukup terkuras, tapi amarahnya belum sepenuhnya padam.

Kangwoo yang menatap garang pada punggung Jihoon yang semakin lama menghilang di balik pintu kafe, masih mengepalkan tangan. Jika saja Jaesung tidak menahannya, ia pasti sudah menghabisi Jihoon saat itu juga. Ini benar-benar kesempatan bagus untuknya. Ia berani bertaruh, hal seperti ini tidak akan datang dua kali. Kangwoo hanya tidak habis pikir Jihoon masih keras kepala mempertahankan Shin Jiyeon.

Lihat saja, Park Jihoon.

Pada akhirnya nanti, kau tidak akan mendapatkan keduanya.

Kau akan hancur karena ketamakanmu, aku akan menunjukkan kepadamu bagaimana rasanya kehilangan segalanya.

▪°▪°▪

Hi!

Kebayang ga Jihoon kl fight kerennya kek apa?:") Kek di mv beautiful wkwkw meskipun dia cute maksimal tp laki bgt kl lg duel eheheh apalagi menyangkut org yg dicintainya~ *tsah

Anyway, maapkan aku jd update-nya Minggu pagi, again. Hhhhhhhhh. Btw minggu2 depan aku dah padet ujian nihh, mana laporan sm tugasku jg blm berenti dateng:"""(

Semoga aku bisa tetep konsisten ya karna aku mulai ngerasain stuck dan tabungan part-ku di cerita ini udh semakin menipis huhuhu:"""

Makasyi buat kamu yg masih bersedia ttp baca sampe sini, ai laf u!❤ Ditunggu terus y kelanjutannya. Jangan mau digantung di tengah2, okaay? Apalagi kalo meninggalkan jejak juga buat aku, itu penyemangat lho:")

See u again.
♡Arin.

Continue Reading

You'll Also Like

75.2K 7.2K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
195K 9.6K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
241K 36.1K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
474K 47.3K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...