DISPARAÎTRE [END]

By this_browneyess

22.5K 3.1K 116

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, DAN JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA!] NOTE : AWAS TYPO "Gue Renald. Kalo lo mau t... More

2. MET BY
3. UNKNOW NUMBER & KISSED
4. VERY PUSHY
5. ANNOYED
6. REYSA SICK
7. INVITE TO GO
8. HEARTBEAT
9. PROBLEM COMES
10. FEEL HURT
11. THREAT
12. RUN AWAY
13. HALFWORD
14. TIRED
15. TWO HARD CHOICES
16. CONFUSING CHOICE
17. MOCKING LAUGHTER
18. NEW STUDENT
19. FEEL GUILTY
20. HARD SLAP
21. FAILED
22. THE PAST
23. LOST
24. PANIC & RESTLESSNESS
25. ENGAGEMENT
26. EVIDENCE & ARREST
27. APOLOGIZE
28. ARGUMENT & JEALOUS
29. MISS, HUG, & JEALOUS
30. JEALOUSY & ANNOYANCE
31. TOGETHERNESS & EMOTION
32. COMPETITION & FRUSTRATION
33. WAITING & A DISSAPOINTMENT
34. NERVOUS
35. MISUNDERSTANDING
36. CASTE & TROUBLE
37. HOT HEARTED
38. SURPRISE
39. BAZAAR PREPARATION
40. MUSIC EVENTS & BAZAAR
41. BAD DAY
42. BAD LUCK, REYSA
43. REAL INCIDENT
44. REYSA'S EXPLANATION
45. THE TRUTH
46. REGRET
47. BE CAGRINED
48. REFUSE
49. DARE
50. TOO SUDDEN
51. HOSPITAL & BAD NEWS
52. SAD TEARS
53. REVENGE
54. NIGHTMARE
55. LASTING MEMORIES
56. LINGERING SADNESS

1. MORNING PROBLEM

2.8K 140 15
By this_browneyess

Hai, you can call me, Istii. This is my first work. I hope  you like this story.

Untuk pembaca baru, jangan lupa vote dan komennya^^

Ah, iya. Ada cerita baru lagi, aku jamin kalian suka. Langsung cek profil aja.

Happy Reading❤

**

"One thing you have to do is, surprise them with your abilities."

***

Semilir angin membawa dinginnya malam yang pekat masuk ke sela pori-pori. Sinar bulan sabit tampak menyorot, namun hampir tak bisa menyinari semuanya.

Kedua netranya tampak memandang sebuah rumah besar yang hanya dihuni oleh satu orang. Dengan perasaan campur aduk, ia meninggalkan rumah itu dengan langkah tak yakin menuju keberadaan motornya. Setelah menghidupkan mesin, ia mulai menambah gigi dan melajukan motor tersebut meninggalkan rumah ini.

Tak lama, gadis itu sampai di sebuah rumah besar dengan banyak motor terpakir di garasi. Ia melepas helmnya dan langsung masuk ke dalam rumah itu. Perasaannya campur aduk, hatinya tak tenang serta rasa marah yang mendalam.

Tanpa menyapa, gadis itu mengambil duduk di single sofa dan mengabaikan tatapan bingung dari mereka yang ada disana.

"Kenapa?" seorang laki-laki dengan hoodie maroon membuka suara. Menanyakan apa yang terjadi dengan gadis itu. Raut wajahnya tampak tak seperti biasanya. Kali ini lebih mengerikan dari apapun itu.

"Gue besok pindah ke Jakarta."

Dua hari yang lalu, orang tuanya mengatakan bahwa Dheni ayahnya, akan pindah tempat bekerja. Otomatis ia harus ikut dengan mereka. Awalnya ia jelas menentang, karena ia sudah nyaman berada di sini. Tetapi setelah kejadian tadi, ia menjadi yakin bahwa ia harus pergi jauh dari tempat ini.

"Nggak, bukan itu. Selain itu masih ada lagi, kan?"

Diantara mereka, laki-laki berhoodie maroon adalah sosok malaikat sekaligus penasehat handal yang selalu bisa menenangkan keadaan. Kadang gadis itu kagum dengan sikap dewasanya. Selalu bisa membuat orang lain terpukau akan kalimat bijak yang keluar dari mulutnya.

"Nggak ada." Reysa memilih berbohong, walaupun ia tahu laki-laki itu bisa membaca pikirannya.

"Gue nggak akan maksa. Tapi gue perlu tahu."

"Dia selingkuh."

Mereka langsung paham dengan arah pembicaraan gadis itu. Reysa terpaksa jujur, tidak mungkin lagi ia bisa berkelit. Mereka sebenarnya bisa mencari tahu sendiri. Tapi, ia hanya ingin pergi dengan perasaan tenang, tanpa meninggalkan kekacauan yang ia sembunyikan.

"Oh, pantesan dari kemaren nggak nongol." timpal laki-laki berkaos hitam yang tengah sibuk dengan game onlinenya.

"Lo apain dia?"

"Gue lempar pake vas bunga."

Otaknya seperti mendidih dan ingin sekali ia dinginkan. Bukannya dia tidak rela, hanya saja susah untuk dilupakan karena laki-laki itu adalah cinta pertamanya.

Gadis itu bangkit dari duduknya. "Jangan bubar ya? Bukan berarti gue pindah ke Jakarta, Feroz malah dibubarin." tidak ada sahutan dari mereka, hanya ada suara televisi yang menampilkan acara bola. Gadis itu memilih beranjak meninggalkan mereka yang terdiam untuk beberapa saat.

****

Seorang gadis masih asik meringkuk di atas ranjang empuknya. Selimut tebal dan lembut menutup tubuhnya hingga sebatas bahu. Padahal dia harus segera bersiap untuk pergi ke sekolah. Tapi gadis itu masih nyenyak sekali tidurnya.

Suara Ketukan pintu terdengar. Namun, gadis itu tak terganggu sedikit pun. Mau tidak mau orang yang mengetuk pintu harus menerobos masuk ke kamar gadis itu. Ia geleng-geleng melihat gadis itu.

Ia membawa langkahnya menuju ranjang. Memandang gadis itu sebentar, lalu menghela napas. Ia menusuk-nusuk bahu gadis itu untuk membangunkannya. "Rey! Bangun!" teriak Alex mencoba membangunkan Reysa. Namun Reysa tak merespon sedikit pun.

Alex tampak sedikit geram. Bagaimana bisa? Ia sudah sangat keras berteriak. Gadis itu seperti orang mati suri, padahal ia sudah mengeluarkan semua tenaganya. Ia menepuk-nepuk pipi gadis itu mencoba membangunkannya lagi.

"Woyy. Bangun Rey! Lo mau bolos, hah?" teriak Alex untuk kedua kalinya.

"Engghh..." Reysa hanya mengeliat tanpa mau membuka matanya.  Alex gondok sendiri melihat Reysa yang masih belum juga membuka mata. Alih-alih pergi dari sana dan membiarkan Reysa tetap tidur, Alex malah menggendong Reysa ala Bridal Style menuju ke kamar mandi.

Byurrr.

Alex melempar tubuh Reysa ke dalam bathtub. "Aaaaaaa..." Reysa terlonjak kaget karena air yang begitu dingin. Sedangkan Alex terbahak-bahak sembari berlari keluar dari kamar Reysa. Alex tidak mau sampai terkena amukan gadis itu yang mirip dengan gorila.

"Kak Alex laknat!" teriak Reysa dengan dada yang bergemuruh. Apa Alex tidak bisa lebih santai membangunkannya? Hampir saja ia mati jantungan karena terkejut. Ia pastikan, Alex akan terima balasannya. Tunggu saja sampai ia menemukan cara untuk membuat laki-laki itu merasakan penderitaannya.

Reysa menghentak-hentakkan kakinya. Ia menggeram marah, dan akhirnya memilih untuk menjalankan ritual mandinya.

Setelah selesai bersiap, Reysa langsung menuju ke ruang makan. Tampak kedua orang tua Reysa dan juga kakaknya, Alex, sudah berada di sana lebih dulu.

Reysa menarik salah satu kursi, dan mengambil duduk di sana. Raut wajahnya masih tampak kesal dan tertekuk. Sesekali melirik Alex yang tengah menahan tawanya. Dheni dan Rina heran sendiri dengan keduanya.

Dheni tampak memandang keduanya bergantian. "Kalian kenapa?" tanya Dheni yang menyadari raut wajah Reysa. "Reysa, papa perhatiin mukanya kok ditekuk gitu? Ada masalah?"

Ia menyesap kopi hitam yang dibuat Rina tadi. Sembari menunggu anak perempuannya berbicara. Kadang ia sampai pusing sendiri melihat kelakuan ajaib mereka yang membuat ia selalu geleng-geleng.

"Iya sayang. Dari tadi muka kamu cemberut mulu." kini gilirian Rina yang menyahut. Wanita itu khawatir, tidak biasanya wajah putrinya seperti itu.

Reysa menghela napas kasar. "Tuh kak Alex. Lempar Reysa ke bathtub. Gada akhlak emang!" adu Reysa menggebu-gebu. Ia melirik sinis Alex yang masih saja menahan tawa sedari tadi.

Dheni dan Rina hanya geleng-geleng. "Kamu Al, suka banget bikin adikmu marah." tuntut Dheni.

Alex terkekeh geli. "Itu juga salah Reysa, pa. Masa dia dibangunin kek orang mati." ungkap Alex sembari melirik Reysa. Ia kembali melahap sarapan paginya.

Reysa tampak berdecak tak terima. "Ya nggak gitu juga kali kak. Gue kaget banget." balas Reysa semakin kesal.

"Ya lo sen—" sebelum Alex melanjutkan ucapannya, Rina lebih dulu menyela.

"Udah-udah! Mending kalian sarapan. Setelah itu kalian berangkat masing-masing." titah Rina. Keduanya mengangguk.

"Ma, pa, Reysa berangkat." pamit Reysa sembari menyalami kedua orang tuanya.

"Lo mau jalan kaki?" tanya Alex.

Reysa melirik Alex tanpa minat. Lalu berdecak. "Yaudah cepet." ucapnya tak santai.

"Ya sabar." ia meneguk air putih, sebelum akhirnya bangkit dari duduknya. "Ma, pa, Al berangkat?" pamit Alex.

****

Tak sampai tiga puluh menit, Reysa akhirnya sampai di sekolah. Tanpa berkata apapun, Reysa langsung keluar dari dalam mobil.

Reysa membanting pintu mobil itu cukup kencang. Membuat Alex yang berada di dalam mobil terlonjak kaget. Laki-laki itu Mengelus dadanya sabar. Memandang tingkah Reysa yang tidak biasa itu.

Gadis itu langsung berlari masuk ke dalam area sekolah. Jadi, dia tidak akan mendengarkan omongan Alex yang sangat tidak berguna itu. Sedangkan Alex, tampak mengumpat setiap saat. Sampai semua jenis hewan ia sebutkan.

Gadis itu melangkah menyusuri koridor yang masih ramai. Ia mengayunkan kakinya dengan wajah cemberutnya. Rasa kesalnya masih bersarang dalam hatinya. Entah balasan apa yang cocok untuk Alex nanti. Ia akan memikirkannya.

Ia masuk ke dalam kelas, dan langsung duduk begitu saja di tempat duduknya.  Wajahnya tampak masam. Setelahnya, ia menelungkupkan kepalanya diatas lipatan tangan.

Adel dan Tania hanya saling pandang ketika melihat gadis itu. Entah apa yang sedang terjadi pada gadis itu. Tidak biasanya Reysa bertingkah aneh seperti itu. Ya, walaupun biasanya malah lebih random dari pada ini.

Bel masuk berbunyi nyaring melalui speaker. Semua siswa yang masih berada diluar, buru-buru masuk ke dalam kelas.

Guru jam pertama masuk ke kelas mereka. "Selamat pagi," sapa bu Santi guru Fisika kelas itu.

"Pagi bu." jawab semua siswa serempak. Kecuali Reysa. Ia masih menelungkupkan kepalanya, tampak tak peduli dengan sapaan guru killer di sekolah itu.

Bu Santi menyadari hal itu. "Itu siapa yang tidur di kelas?" tanya Bu Santi ketika melihat salah satu siswa sebelas MIPA 5 menelungkupkan kepala. Reysa mengangkat wajahnya yang tampak kusut.

Sebenarnya Reysa tidak tidur. Hanya masih merasa kesal saja karena perbuatan Alex. Bahkan moodnya benar-benar hilang.

"Saya tidak tidur bu." jawab Reysa lesu. Wajah datar, terlihat kesal, dan tidak bersahabat. Ia menggaruk pipinya yang tiba-tiba saja gatal.

"Lah terus, kenapa kamu tiduran?" tanya bu Santi. Tidak mengerti tentang jalan pikiran murid satunya itu. Sudah tau guru jam itu sudah masuk. Masih saja bermalas-malasan.

"Saya tidak tiduran bu. Saya hanya meletakkan kepala saya." jawab Reysa santai dan tampak tak peduli.

"Kamu berani menjawab?"

"Kan ibu bertanya. Berarti saya harus jawab dong?" sahut Reysa dengan wajah menjengkelkan. Membuat siapa saja akan kesal karenanya.

"Kamu ya!" bu Santi tampak geram. "Sekarang kamu jawab soal dari saya. Kalo kamu tidak bisa, kamu saya hukum lari keliling lapangan sepuluh kali!" putus bu Santi.

Bu Santi mulai menulis soal di papan tulis putih yang masih bersih tanpa noda tulisan. "Sekarang kamu maju. Dan kerjakan soal ini." perintah bu Santi sembari menunjuk papan tulis tersebut dengan spidol. Ia tersenyum tipis dan sedikit mengejek.

Reysa melangkah ke depan kelas dengan langkah gontai. Ia memutar-mutar jarinya santai. Menerima spidol dari bu Santi sembari menunjukkan smirknya. "Kalo kamu tidak bisa, silahkan, pintu kelas kamu terbuka lebar untuk kamu keluar melakukan hukuman." bu Santi mempersilahkan Reysa.

"Tenang dulu dong bu. Saya kan lagi nyoba menjawab." sagut Reysa sembari menatap soal di dihadapannya. Ia tampak berpikir keras dengan soal yang di beri bu Santi padanya.

1 menit

2 menit

5 menit

10 menit

Bu Santi mulai tak sabaran dengan Reysa yang masih diam memperhatikan soal. Bisa-bisa jam pertamanya terbuang sia-sia hanya untuk menunggu Reysa menjawab. "Bisa tidak kamu sih? Dari tadi cuma dilihatin aja." protes bu Santi.

Reysa berdecak pelan. "Sabar bu. Kan saya bilang sama ibu, sabar! Orang sabar badannya lebar." seisi kelas tertawa. Bu Santi memang gemuk, namun tidak terlalu.

Sedangkan bu Santi tampak menghembuskan napas panjang.

Lima belas menit berlalu dan mereka masih menunggu Reysa mengerjakan soal itu. Bukan mengerjakan, namun hanya memandangi soal itu saja.  Sedangkan siswa lain tampak biasa saja. Senang? Jelas, lumayan kan tidak mendengar ocehan guru tentang pelajaran.

Bisa santai-santai sambil bersandar di kursi. Atau bermain game diam-diam.

Bu Santi menarik napas kesal. "Reysa! Sebenarnya kamu bisa tidak sih? Kalo tidak, bilang! Saya tidak mau membuang waktu belajar teman kalian, cuma gara-gara kamu yang lama." bu Santi kembali protes karena Reysa. Wanita itu sudah berapi-api karena merasa dipermainkan oleh siswa itu.

"Nggak papa bu. Kita santai kok, iya nggak gengs?" teriak salah satu siswa membalas ucapan bu Santi.

"Yoi." mereka kompak mengiyakan dengan cukup semangat. 

"Iya kalian suka. Tapi saya tidak suka." tukas bu Santi.

"Sudahlah, cepat Reysa kerjakan! Jika tidak bisa, itu pintu terbuka lebar. Silahkan!" bu Santi mempersilahkan Reysa untuk keluar dari kelasnya. Ia sudah lelah menghadapi siswa satu itu.

Reysa mulai mengerjakan soal tersebut. itu termasuk soal yang sulit. Mungkin membutuhkan waktu 1 atau 2 menit baru selesai mengerjakan.

Namun Reysa hanya mengerjakan dengan waktu 38 detik. "Sudah bu. Pasti bener dong." ujar Reysa yakin.

"Jangan kepedean dulu kamu. Sebentar, saya cek jawaban kamu dulu." bu Santi mulai mengecek jawaban Reysa. Sementara Reysa tampak acuh dengan itu. Ia hanya memperhatikan guru itu dengan tatapan datar.

"K-kamu..."

"Kenapa bu? Kaget ya?" ia terkekeh geli setelahnya. Senang sekali mengerjai guru killer itu.

Raut terkejut bu Santi kembali seperti semula. Ia berdehem sejenak, sebelum akhirnya mempersilahkan Reysa untuk duduk kembali. "Kamu boleh duduk." perintahnya.

"Wuh, mantap Reysa. Kayanya pas nih buat kunci jawaban ulangan." teriak salah satu siswa cukup semangat.

"Yang berani menyontek, saya tidak segan-segan menggantung kalian di tiang bendera!" ancamnya. 

****

Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

33.9K 2.6K 37
FOLLOW SEBELUM MEMBACA ‼️ Bara Sebastian, seorang ketua geng motor yang mempunyai jiwa kepemimpinan tegas serta bertanggung jawab, memiliki sifat mis...
4M 312K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’β€’ "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.3M 299K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
198K 9.5K 34
Langit Akalanka Mirza. Cowok dingin dengan sifat cemburuan tingkat akut. Ditambah lagi dengan gengsi yang setinggi namannya! . . . Itu aja,aku nggak...