Tentang Kita

Bởi Elsamhra

195K 10.4K 650

AWAS BAPER ⚠️ "Berbeda itu indah. Namun tidak dengan cinta beda agama. Rumit." Segala pikiran yang ada. Semes... Xem Thêm

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 36
BAB 37

BAB 35

2.4K 204 23
Bởi Elsamhra

Assalamu'alaikum, hai, Bucinnestar 💜

Finnaly update! Jangan lupa spam vote & komen. Oh iya aku juga lagi butuh kritik dan saran dari kalian, tolong ya.

Happy reading, i hope not overthinking!

****



"Gimana Al udah siap?" tanya Zahra yang daritadi memperhatikan sahabatnya untuk bersiap pergi ke tempat olimpiade berlangsung.

"Insya Allah, siap."

"Ya udah yuk ke depan, bus-nya udah nungguin."

Mereka berjalan menyusuri koridor dengan derap langkah santai. Murid lain melihat Alsa bak putri Raja, sangat terpukau. Bisa dibilang Alsa menjadi famous karena mengikuti olimpiade, dan juga keanggunannya dalam berhijab. Sekolah Harapan Jaya minim yang berhijab, hampir semua anak perempuan beragama Islam disini tidak mengenakan hijab.

Dari kejauhan Rian melihat Alsa berjalan dan menjadi objek tatapan banyak orang. Ada rasa cemburu menyelimuti hatinya. Cepat-cepat Rian berlari ke tempat Alsa yang kini kaget saat melihatnya tiba-tiba muncul.

"Astaghfirullah," ujar Alsa kaget melihat kedatangan Rian yang ada disampingnya.

Rian tersenyum dan berujar, "maaf-maaf, aku enggak bermaksud buat kamu kaget."

Zahra yang melihat pun menggelengkan kepala. Kakak kelasnya itu ada-ada saja.

"Iya Kak enggak apa-apa."

Sambil mengikuti langkah Alsa, Rian masih dilanda cemburu. Ada dia bersama gadis itu saja masih banyak yang menatap Alsa. Rian tidak suka, rasanya dia ingin mencolok biji mata murid laki-laki yang mencuri pandang pada Alsa.

"Al, kenapa kamu cantik banget sih?" Rian benci kalau begini, meskipun Alsa tidak sadar dia menjadi objek tatapan banyak orang.

Alsa mengernyit heran. "Kenapa tiba-tiba Kak Rian bilang gitu?"

"Aku cemburu. Banyak cowok yang natap kamu."

Alsa celingukan melihat sekitarnya. Dan benar banyak yang melihat ke arahnya sekarang. Alsa tidak ingin dilihat banyak orang, tapi mau bagaimana lagi kalau mereka yang melihat memiliki mata sempurna. Bisa melihat dengan baik, dan tidak hak untuk melarang dalam artian masih dalam batas wajar.

"Cemburu kok bilang-bilang. Cemburu kenapa juga orang bukan siapa-siapa," celetuk Zahra yang berdiri dibelakang keduanya.

"Berisik, Zah." Rian melihat kebelakang memberi tatapan tajam pada Zahra. Sudah biasa seperti itu, adik dari Bang Dimas ini memang suka berbicara sesuai kenyataan.

"Aku boleh cemburu, kan, Al?"

"Setahu Alsa enggak boleh." Pada dasarnya Alsa juga bingung harus menjawab apa.

"Kenapa enggak boleh?" Sedikit terluka tapi tak berdarah. Rian terlalu banyak menaruh ekspetasi berlebihan, padahal realita sesungguhnya sudah tertulis di takdir.

"Apa yang mau dicemburuin, Kak? Cemburu juga datangnya dari syaitan."

"Harusnya kamu bilang boleh. Biar aku senang."

Alsa menggeleng tidak habis pikir dengan perkataan Kakak kelasnya.

Dan sampailah mereka di gerbang, di sana sudah ada bus yang akan mengantarkan mereka ke tempat olimpiade. Sudah ada Gilaang, Miya, dan supporter yang dipilih oleh Pak Dedhy. Syukurlah Zahra terpilih menjadi suporter, Alsa jadi tidak takut berada di tempat keramaian.

Sebenarnya Rian ingin sekali menemani Alsa tapi khusus anak kelas dua belas harus membahas ujian praktek karena sebentar lagi diadakannya ujian. Yang menjadi suporter kali ini hanya anak kelas sepuluh dan sebelas, Rian ada rencana untuk membolos tapi dia tidak ingin Alsa kecewa dengan keputusannya.

"Apa perlu aku ikut kamu, Al?"

"Jangan Kak, Alsa enggak mau Kak Rian bolos."

"Tapi aku mau semangatin kamu."

"Makasih Kak, tapi Kakak harus belajar. Kan mau bahas masalah ujian praktek."

"Tapi nanti kamu disemangatin cowok lain." Rian tidak rela Alsa mendapatkan semangat kecuali dari dirinya.

"Pastilah, orang yang suka Alsa banyak. Mana ada Danish lagi si ketua risma," sahut Zahra mengompori. Mencoba membuat Rian kesal dengan perkataannya.

Mendengar hal itu membuat Rian jadi kepikiran sebab yang dia tahu jika Danish menyukai Alsa. Informasi itu Rian dapat dari Zahra sendiri. Rian bisa overthinking karena ini semua. Mencintai perempuan cantik dan sholeha menjadi tantangan tersendiri bagi Laki-laki yang mencintai Bunda Maria.

"Kamu suka Danish, Al?" Rian lebih suka to the point daripada basa-basi.

"Aku?" Rian mengangguk.

"Iya kamu. Kalo kamu suka Danish nanti aku suka siapa?"

"Suka halu, hahaha ..." celetuk Zahra diiringi tawa sebab senang menggoda kakak kelasnya.

Jika Zahra laki-laki mungkin dia sudah habis ditangan Rian. Lelaki itu juga mengerti jika itu sebuah candaan. Tenang ... cowok sabar ceweknya banyak.

Kalau Rian ceweknya banyak, Alsa enggak mungkin jadi satu-satunya. Tahu sendiri Rian bucin banget sama Alsa. Tinggal takdir Tuhan maunya gimana.

"Suka enggak Al?"

"Enggak." Alsa menjawab cepat sambil menggeleng pelan.

Rian berhore ria dengan aksi tangan mengepal meninju udara. "Yes! Ada kemungkinan suka aku, kan, Al?" Pede saja dulu namanya juga suka.

Alsa diam. Tidak bergeming ditempatnya.

Kalau dibilang tidak suka, Alsa merasa nyaman bersama Rian tapi jika diungkapkan suka nanti akan panjang ceritanya.

****

Sejak Alsa pergi ke olimpiade Rian tak  berhenti memikirkannya. Di kantin tetap sama, masih gelisah dan wajahnya tampak tak bersemangat. Bagiamana bisa semangat kalau penyemangatnya tidak ada. Teman-teman Rian juga sudah paham dengan kegelisahan Pak Ketua mereka yang sedang jatuh cinta. Rian tidak bisa ditinggal begini oleh Alsa, kalau bisa Rian harus ada bersama gadis itu setiap saat tanpa terkecuali waktu terlewat.

Gila. Definisi untuk Rian yang sedang jatuh cinta.

Meski masih dalam batas wajar tapi tetap saja Fahri dan teman-temannya kasihan melihat Rian jatuh cinta. Masalahnya bukan beda kota, beda negara, tapi beda keyakinan. Kalau pun Alsa juga menyukai Rian, akan tambah ribet lagi urusannya.

Disisi lain mereka bahagia Rian dekat dengan Alsa, setidaknya banyak perubahan yang terjadi saat Rian bersama Gadis itu. Fahri yang mengetahui semua sisi gelap Rian pun jadi lebih tenang saat tahu Alsa menerima Rian sebagai teman. Hanya sebagai teman ... tidak lebih dari apapun.

"Kenapa lagi si Bos?" Ogi melihat ke arah Fahri yang duduk bersebelahan dengannya.

"Lagi galau ditinggal Alsa olimpiade." Jawaban Fahri membuat teman-temannya mengangguk sambil tersenyum ke arah Rian.

Sementara Rian memilih duduk sendiri sambil meminum es teh yang dipesannya di warung Bik Nolis. Rian berusaha untuk tidak galau namun tetap tidak bisa. Alsa sudah mengisi penuh ruang pikiran dan hati. Kalau bisa sudah daritadi Rian bisa tenang.

"Bos kayanya cinta banget sama Alsa. Gue jadi takut," ujar Kevin sambil menyeruput es jeruknya.

"Nasib gue enggak beda jauh sama Bos." Tao ternyata daritadi menyimak pembicaraan sahabatnya. Yang dikatakan Tao juga benar, kisah percintaannya dengan gadis Mandarin keturunan Islam pun tak berjalan lancar. Bedanya di kisah Tao yang berjuang hanya dia seorang, sementara Gadis itu bersikap acuh padanya.

Masih lebih baik kisah Rian dan Alsa meskipun hanya teman, tapi mereka bisa komunikasi dengan baik. Tidak menutup kemungkinan kisah mereka berakhir tidak bahagia, tidak ada yang mengalah.

"Kalo cinta perjuangin lah," sahut Diego yang terkenal dengan sikap dingin, namun sekarang sudah mulai terbuka dan friendly.

Tao tersenyum mendengar Diego berbicara. "Gue udah lakuin semua, gue udah berjuang tapi sama sekali gak ada hasilnya. Gue harus coba cara mana lagi?"

"Kalo menurut gue udahin lah cinta beda agama gini, lo nentang takdir banget jatuhnya. Yang satu Iman aja belum tentu jadi, ini pake dua iman segala." Kevin berbicara sesuai kenyataan. Dia tidak salah bicara, kan?

"Lo mah, Vin, namanya juga jatuh cinta. Kita mana tau takdir Tuhan." Ogi berpikir sama dengan Kevin, namun dia lebih ke realistis. Setidaknya hati Tao, dan Rian ––barang kali lelaki itu mendengar, tidak terlalu galau karena perkataan Kevin.

"Udah, udah, malah pada ribut," lerai Fahri agar teman-temannya berhenti bicara yang menyesakkan dada semua korban cinta beda agama.

Rian sendiri tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan. Rian fokus dengan perasaan, pikiran, dan juga kabar Mamanya. Barusan dia mendapat pesan jika tempat keberadaan Mamanya sudah ditemukan, namun belum dengan orangnya.

Pak Danu:
Saya ingin melapor bahwa tempat tinggal Ibu Bos sudah ditemukan.
Dalam kondisi rumah kosong.
Tapi saya akan terus berjaga-jaga barangkali Ibu pulang ke rumah.

****

"Makasih Bu." Rian mengambil sebuket bunga mawar putih dari tangan penjual.

"Sama-sama Nak."

Selepas membayar Rian berniat untuk menemui Alsa di tempat olimpiade. Diberi kabar oleh Zahra ternyata olimpiade Alsa masih berlanjut, itu berarti Rian masih bisa menyemangati Tuan putrinya. Dengan sebuket bunga dan cokelat yang dibelinya tadi di Starmart Rian berharap bisa membuat Gadis itu senang.

"Lo yakin mau ke sana?" Tanya Fahri yang sudah menunggu di motor. Sengaja Fahri tidak ikut memilih agar Rian bisa memilih sendiri barang istimewa untuk Alsa.

"Yakinlah." Rian mengangguk mantap.

Fahri tersenyum melihat begitu antusiasnya Rian saat ini. Jika dibandingkan tadi pagi, wajah kusut tak terurus, gelisah, galau, merana, Rian berubah sumringah di siang hari dengan perasaan berdebar.

"Ya udah kalo Lo yakin gue mah siap kawal, hahaha." Fahri tertawa mendengar kalimat terakhir yang diucapkannya sendiri.

"Kawal sampe halal," lanjut Fahri berusaha menggoda sahabatnya.

"Amin." Rian merapalkan doa dengan tangan menyatu di depan dada.

Fahri yang melihat Rian berdoa merasa bersalah. Kawal sampai halal ... Bagaimana bisa itu terjadi?

Selepas berdoa Rian mengajak Fahri untuk segera bergegas ke olimpiade agar tidak ketinggalan melihat Alsa mengisi jawaban dengan kemampuan yang dimilikinya. Rian jadi tidak sabar untuk cepat sampai ke sana.

Deruan motor membelah jalanan Patung Garuda yang ada di simpang lima tempat Rian lewati sekarang. Tidak banyak kendaraan lalu lalang, hanya beberapa warung makan yang ada di pinggir jalan penuh dengan pembeli. Setidaknya jalanan siang tidak sepadat pagi hari yang kebanyakan orang-orang berangkat sekolah dan kerja.

Beberapa saat kemudian sampailah mereka di lokasi olimpiade. Terlihat banyak bus sekolah serta kendaraan lain terparkir, itu berarti banyak sekali manusia di dalam gedung menjulang tinggi ini. Keduanya melangkah masuk dan seisi ruangan dipadati suporter dari masing-masing sekolah.

Rian mencari keberadaan suporter dari SMA Harapan Jaya yang membawa spanduk berlogo sekolah itu sendiri. Ketemu. Rian melangkah diikuti Fahri dibelakangnya. Sepanjang mereka berjalan melewati anak sekolah lain, sepanjang itu juga mereka jadi objek tatapan kaum hawa. Dengan sebuket bunga di tangan Rian dan tote bag berisikan cokelat mampu membuat orang-orang yakin kalau itu untuk kekasihnya. Yah ... patah hati deh ✧.

"Kak Rian, Kak Fahri, sini!" Panggil Zahra sambil melambaikan tangan agar kedua laki-laki itu bisa melihat keberadaannya.

Rian tersenyum. Cepat-cepat dia berjalan membelah kerumunan tempat duduk anak Harapan Jaya dan mengambil posisi paling depan.

"Widih ... pake bawa buket segala." Goda Zahra dan membuat yang lain jadi ikut menggoda.

"Rian, Rian, kamu ini mau nonton olimpiade apa jualan buket?" tanya Pak Dedhy selaku penanggungjawab anak didiknya.

"Biasa Pak mau semangatin Ayang." Rian menjawab tanpa ragu, malu pun sudah tidak peduli.

"Siapa ayangnya?"

"Alsa, Pak ..." Sahut mereka yang sudah tahu kedekatan Rian dengan Gadis yang sedang mengerjakan soal di bawah sana.

"Alsa? Emang dia mau sama kamu, preman kaya gini?"

"Wih, Bapak gak tau saya aja. Saya udah tobat Pak."

"Ah masa?"

"Hanya Tuhan yang tau." Rian tertawa membuat Pak Dedhy menggeleng-gelengkan kepala.

Rian sudah tidak sabar menyemangati Alsa. Dia menitipkan buket dan cokelat pada Zahra, sementara itu dia maju mendekati pagar pembatas untuk melihat Alsa yang berada di bawah sana. Gadis itu tampak kebingungan membaca lembaran soal yang bisa dibilang soal hots semua, butuh ketelitian penuh untuk menjawabnya.

"Alsa! Semangat!"

Tanpa malu Rian berteriak diantara orang-orang ramai. Semua mata memandang bahkan para juri ikut melihat ke arah Rian yang kini jadi bahan tatapan dan omongan.

Sementara Gadis yang diteriaki namanya pun masih syok dengan aksi Kakak kelasnya barusan. Alsa juga tidak tahu mengapa Rian senekat ini? Dengan kedatangannya saja sudah membuat gempar.

"Masya Allah, Kak Rian," lirih Alsa geleng-geleng kepala melihat ke arah laki-laki itu berdiri.

"Yang teliti isinya jangan asal-asalan! Pangeran yakin kamu pasti bisaa!" Rian belum jera dan mengulangi aksi teriakannya. Padahal rombongan Pak Dedhy sudah memperingatinya untuk diam daripada petugas memergoki.

Rian tidak akan berhenti sampai Alsa memberi tanda kalau dia mendengarnya.

"Semangat Alsaa!"

Alsa terpaksa menghentikan membaca soal dan kembali melihat ke atas, masih ada Rian yang berteriak dengan mengenakan jaket kebesaran Vernski. Dengan berat hati Alsa memberikan kode agar Rian berhenti berteriak.

Alsa tersenyum ke arah Rian dengan perasaan malu, kemudian dia menempelkan jari telunjuk di bibirnya sendiri untuk mengintruksikan kepada Rian.

Rian membalas senyuman gadis itu sambil mengangguk layaknya anak kecil.

Sementara di dekat pintu masuk ada laki-laki yang sedari tadi memperhatikan aksi Rian yang menyemangati Alsa. Mungkin sudah saatnya kisah mereka berakhir.

****

Alhamdulilah bisa update! Sorry lama, dua minggu ini jadwal ku padat bgt. Bela-belain nulis part ini hari ini cuz ingat kalo belum update selama dua minggu.

Ada yang pernah ikut olimpiade juga kaya Alsa gak? Komen dong kalo ada. Biar kita samaan, aku ikut Biologi tapi se-kabupaten hehehe.

Kalian jaga kesehatan ya Bucinnestar 💜 besok saya mau swab, doain ya.

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

6.4M 504K 118
"Kenapa harus Ocha abi? Kenapa tidak kak Raisa aja?" Marissya Arlista "Saya jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu dek" Fahri Alfreza
182K 4.9K 34
Anisa putri al azizah wanita cantik , manja, bar bar ,cerewet dan baik. Anisa terpaksa menikah karena ke inginan eyang dan omah nya ____ Kalian penas...
496K 40.8K 41
"1000 wanita cantik dapat dikalahkan oleh 1 wanita beruntung." Ishara Zaya Leonard, gadis 20 tahun yang memiliki paras cantik, rambut pirang dan yang...
4.9M 296K 60
[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Hana di deskripsikan sebagai gadis nakal pembuat onar dan memiliki pergaulan bebas, menikah dengan seorang pria yang kerap...