Tell Me Why ▪ Park Jihoon

By arin-a

2.7K 596 140

Semuanya terjadi terlalu cepat, sampai-sampai seorang Park Jihoon tidak dapat menghindar lagi. Dirinya dipili... More

•Prolog & Cast•
01 • First Meet, Isn't?
02 • Please, Save It
03 • Have Been Chosen
04 • Crazy Thing Called 'Cooperation'
05 • Rendezvous
06 • How Can I?
07 • Special Request
08 • Who is She?
09 • The Special Day
10 • Moving
11 • Heol
12 • Get Closer
13 • No Regret
14 • What is it?
15 • Thank You
16 • Present
18 • Go Public
19 • How to Protect Her
20 • Fight
21 • The Cure
22 • Something Goes Wrong
23 • Promise
24 • I'm Fine
25 • ToGetHer?
26 • At least, Try
27 • Nighty Night
28 • Somewhere in Between
29 • About You
30 • Quotes & Mith
31 • Br(OK)en Kiss

17 • Last Forever?

56 14 0
By arin-a

Jihoon masih bertanya-tanya di benaknya ketika Sera justru enggan pulang untuk bersiap, gadis itu telah memutuskan ke tempat lain. Lelaki pemilik senyum menawan itu hanya bisa menurut dan mengemudikan mobilnya dengan berbagai pemikiran yang menggelayutinya.

Akhirnya, dia bersedia datang ke acara itu.

Melihat bagaimana tatapan antusias Sera yang sangat bergantung pada keputusannya untuk datang dalam perayaan ulang tahun neneknya sendiri, tentu saja Jihoon tidak mampu berkata tidak. Tepatnya, ia tidak punya alasan lagi untuk menolaknya. Meskipun kini ada kekhawatiran tersendiri, bagaimana dirinya harus menghadapi keluarga besar Sera nanti?

Tak lama, keduanya sampai di tempat tujuan Sera. Semangatnya kembali merekah hingga akhirnya ia berjalan beriringan dengan Jihoon memasuki kawasan pertokoan di daerah elit Gangnam.

"Kau mau berbelanja?" tanya Jihoon dengan mata melebar. Pasalnya, keduanya sadar jika matahari sudah mulai tergencir di ufuk barat sana. "Kita tidak punya banyak waㅡ"

"Aku tahu," sela Sera sambil tersenyum, terlihat berpikir sejenak. "Kita bahkan tidak melakukan fitting baju pengantin kemarin. Tapi, kali ini saja ... kau mau melakukannya, kan?"

Jihoon melotot. "Kau mau melakukan pernikahan ulang?"

"Astaga!" Tak pelak lagi, Sera langsung tergelak. Tawa renyahnya menguar tidak peduli Jihoon masih menatapnya dengan alis hampir tertaut. Padahal lelaki itu serius bertanya. "Tentu saja, tidak, Oppa. Bukan itu maksudku."

Jihoon menghela lega. "Syukurlah."

Sera hanya menggelengkan kepala tidak habis pikir. Bagaimana bisa Jihoon berpikir sejauh itu? Padahal ia bermaksud meskipun mereka mengadakan pernikahan seadanya, malam ini keduanya harus tampil berbeda. Gadis itu melenggang masuk salah satu toko yang sudah tidak asing lagi baginya. Masih dengan Jihoon yang hanya turut mengikuti.

"Bagaimana jika kau dan aku bebas memilih untuk masing-masing? Nanti ada saatnya saling mengomentari penampilan satu sama lain, suka atau tidak, harus jujur. Setuju?"

Kini Jihoon baru mengerti arah pemikiran gadis itu, sontak ia manggut-manggut. "Ah, baiklah!"

Keduanya berpencar tanpa aba-aba dalam menjelajah toko yang cukup besar itu. Beberapa karyawan juga dengan sigap dan ramah ikut membantu menawarkan beberapa koleksi terbaik mereka. Jihoon tidak memiliki ekspektasi khusus, meskipun ia juga tidak mau mengecewakan Sera nantinya.

Melalui ekor matanya, ia membuntuti gadis itu. Mengamati diam-diam style macam apa yang dipilih oleh Sera agar Jihoonㅡsetidaknya, bisa mengimbangi gayanya. Sehingga nantinya, mereka tidak terlihat saling bertolak belakang hanya karena gaya berpakaian sebagai couple.

Jihoon meloloskan napas panjang.

Apa style yang sebenarnya cocok untukku?

Apa aku harus mengenakan pakaian resmi?

Atau bisa gaya casual saja?

Lelaki itu masih mengamati dua pakaian di hanger yang kini berada di tangan kanan dan kirinya. Satu kemeja resmi yang biasa dibalut oleh tuxedo dan satu lainnya, hanya kemeja casual bermotif garis-garis. Ia baru sadar, tidak sepandai itu dalam memilih baju yang cocok.

"Tidak harus resmi, Oppa."

Suara Sera yang tanpa disadari sudah berada di dekatnya sukses membuat Jihoon cukup terperanjat. Pandangannya melebar seketika, menangkap gadis berambut hitam yang tersenyum ringan menatapnya itu.

"Kau menjawabku?"

"Hm."

Jihoon baru tersadar, lagi-lagi ia mengungkapkan pertanyaan bingung itu tidak hanya di dalam pikirannya. Ia mengacungkan dua opsi yang masih digenggamnya.

"Tidak perlu terbebani, pilih saja yang paling membuatmu nyaman," ungkap Sera lalu berlalu menuju fitting room eksekutif yang tersedia di salah satu sudut toko. Tidak lupa satu karyawan toko yang mendampinginya telah memboyong sekeranjang baju yang akan dicoba oleh Sera.

Tidak mau terlalu lama berlarut-larut, akhirnya Jihoon mengambil beberapa setelan baju yang menarik perhatiannya dan tanpa banyak berpikir lagi ia juga menuju fitting room. Secara bergantian, Sera dan Jihoon saling mengomentari penampilan masing-masing setelah menyibak tirai.

Tak jarang keduanya justru tertawa, bahkan sampai terkesima oleh style yang dipilih. Kedua kalinya Sera melihat Jihoon mengenakan setelan jas resmi, ia tidak mampu menutupi kekagumannya melihat tampannya lelaki berpipi chubby itu. Meskipun akhirnya Jihoon menggantinya karena merasa tidak terlalu nyaman.

Jihoon juga sempat terperangah ketika Sera memilih mengenakan gaun panjang berwarna cokelat muda, membuat lelaki itu baru menyadari betapa anggunnya gadis itu bak seorang pengantin sungguhan meskipun, warna gaun kali ini bukan putih. Netra lelaki itu berbinar kagum. Namun, Sera justru ragu untuk mengenakannya sehingga ia berubah pikiran dan tidak menangkap kekaguman Jihoon.

"Sera-ya," panggil Jihoon sambil bersiap memakai setelan pilihan terakhirnya. Kebetulan bilik ganti mereka bersebelahan, Jihoon yakin gadis itu juga tengah mengganti pakaiannya, lagi.

"Ya, Oppa?"

"Sampai kapan ini akan selesai?"

Sera menatap pantulan dirinya sendiri pada cermin besar di hadapannya. Mendadak ada mendung yang melingkupi sinar di matanya. Entah bagaimana, kalimat tanya Jihoon memiliki impuls khusus yang membuat hatinya sedikit tersengat. Perlahan, ia menarik dua sudut bibirnya getir. Berusaha menutupi pikiran yang merebak akibat pertanyaan itu.

Selesai.

Membayangkan bagaimana semua ini akan memiliki akhir dan berhenti pada kata selesai membuat hatinya perih. Gadis itu tidak sedang salah paham. Ia tahu betul maksud Jihoon selesai adalah sesi dari fitting baju yang mereka lakukan, tidak kunjung menemukan hasil.

Namun, sebagian besar dirinya justru mengartikannya lain. Ia berpikir jauh, Jihoon seolah menanyakan kapan iniㅡpernikahan 'kerja sama' mereka, akan selesai. Salah satu fakta yang membuat Sera kembali tersadar. Jika boleh meminta tentu ia tidak segan memohon satu hal.

Jangan selesai.

Aku tidak mau ini berakhir, Oppa.

Meskipun ia sadar, bersama seorang Park Jihoon hanyalah mimpi yang dijalaninya dengan mata terbuka. Lelaki itu tidak mencintainya dan mungkin selamanya akan seperti itu. Landasan pernikahan ini hanya sebatas kerja sama. Hal terkuat yang mengikat keduanyaㅡmeskipun Jihoon tidak menginginkan posisi ini lebih lama lagiㅡkarena perjanjian itu.

Hati Sera mendadak sesak.

Jadi, kira-kira ... sampai kapan aku akan terus bersamamu?

Mungkinkah aku bisa hidup dalam mimpi, selamanya?

"Han Sera." Jihoon kembali menegur setelah beberapa saat berlalu ia tidak menerima jawaban. "Kau belum selesai?"

Gadis itu tersentak. Kembali terseret keluar dari lamunan panjangnya dan masih menatap bayangan dirinya sendiri. Beruntung ia tidak sampai menangis. Diam-diam ia merutuki diri, kenapa masih sempat-sempatnya sampai berpikir sejauh itu?

Karena itulah kenyataan yang tak bisa aku ingkari.

"Ah, Oppa! Bagaimana jika kali ini kita keluar bersama?"

Jihoon tertawa, mengangguk mendengar ide gadis itu. "Baiklah. Semoga ini yang terakhir. Aku juga sudah selesai dari tadi."

Keduanya mengembangkan senyum antusias. Menghitung mundur sebelum tangan bergerak menyibak tirai dan keduanya akan saling berhadapan satu sama lain.

"Hana."

"Dul."

"Set."

Kreeeet!!!

"Woah!" pekik Sera kagum ketika tirai keduanya benar-benar tersibak. "Aku suka sekali yang ini. Benar-benar terlihat sangat cocok denganmu."

Astaga, bisakah kau tidak tampanㅡsetidaknya, untuk sekali saja, Oppa?

Jihoon juga tersenyum lebar, ia puas. Penampilannya cukup casual, tapi kemeja yang digulung sampai bawah siku dan celana senada cocok juga untuk acara non-formal. Ia lega Sera tak ragu mengutarakan apa yang dipikirannya, sehingga ia semakin mantap memilih setelan yang ini. Kini pandangannya terpaku pada Sera.

"예쁜데," gumamnya tanpa sadar.

Gadis yang semula masih berbinar mengagumi penampilannya, semakin membulatkan matanya mendengar ungkapan Jihoon. Kini pandangan keduanya bertemu, di mana kekaguman akan satu sama lain terpancar kental.

"Apa?"

"Kau cantik."

Dua kata itu sontak membuat Sera akhirnya merasakan bagaimana sensasi ketika seolah banyak kupu-kupu berterbangan di perut. Dia menunduk, tersenyum malu tanpa tahu harus bereaksi apa lagi. Jihoon menyadari itu, ia terkekeh pelan melihat ekspresi menggemaskan gadis itu ketika pipinya memerah.

"Aku kira kita telah menemukan setelan yang cocok," ucap Jihoon lagi, membuat gadis itu akhirnya kembali mendongak. "Bahkan warna corak yang kau pilih senada dengan kemejaku."

Sera kembali tersenyum semringah. "Ah, benar!" pekiknya, seraya menutupi kegugupan yang sempat dirasakannya.

"Kalian memang sangat cocok," cetus seseorang yang muncul di antara banyak karyawan tokoㅡjuga sedang terkagum-kagum, yang tadi membantu mereka. Sontak Jihoon dan Sera menoleh dan mendapati wanita tiga puluh tahunan dengan blouse hitam dan rok pendek itu tersenyum tulus.

"Eonni, kenapa kau baru muncul?"

Sera tentu mengenal wanita dengan name tag Cho Na Mi itu, sebagai manajer toko ini yang kebetulan menjadi akrab semenjak gadis itu berlangganan berbelanja di sini. Ia mendekati Sera dan Jihoon, masih memasang senyum hangatnya. Memperkenalkan diri pada Jihoon dan masih mengutarakan kekagumannya pada keduanya.

Mereka sempat terlibat obrolan yang hangat. Jihoon cukup membanggakan dengan mampu mengimbangi pembicaraan keduanya. Mengingat waktu yang tersisa tidak banyak, Jihoon berderap ke kasir untuk membayar semuanya sedangkan Sera masih melepas rindu dengan Nami setelah sekian lama tak bertemu.

"Tidak heran jika semesta menakdirkan kalian berjodoh. Terlihat jelas, kau dan dia, diciptakan untuk satu sama lain."

Kalimat Nami itu sukses membuat hati Sera menghangat seketika. Kini ia menatap punggung Park Jihoon yang tengah sibuk di meja kasir. Nami yang masih berdiri di sebelah gadis itu menyadari arah pandangnya. Meskipun tanpa dijelaskan, wanita itu tentu tahu pasti bagaimana perasaan Sera bahkan hanya melalui caranya memandang Jihoon.

"Aku benar-benar berharap kalian bisa bahagia selamanya."

Selamanya?

▪°▪°▪

Annyeong!

Maapkeun telat bgt update heuheu semalem abis nonton EXO's ladder II eps terakhir2 yg baru aku download, ehhh udahannya malah scroll twitter trus ketiduraaan:"

Gimana cerita ini?

Keep stay terus sama aku yaa, perjuangin cerita sampe tamat sendirian itu berattt:( Makasyi buat yg masih baca sampe sini. So, jangan lupa tinggalin jejak buat aku yhaa!❤

Happy Sunday. See ya!
♡Arin.

Continue Reading

You'll Also Like

106K 4.8K 24
[ 18+ Mature Content ] Gerald Adiswara diam diam mencintai anak dari istri barunya, Fazzala Berliano. Katherine Binerva mempunyai seorang anak manis...
76.8K 3.5K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
102K 7.4K 50
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
102K 8.6K 84
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...